All Chapters of Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier : Chapter 51 - Chapter 60
231 Chapters
BAB 51
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier (51)Bukti Chat (2)"Dulu sudah kami peringatkan. Berikan Zoya dengan baik-baik. Maka tidak akan terjadi hal yang pastinya membuatku tak nyenyak tidur mulai hari ini," ucap Pak Tanu dengan logat sombongnya. Rasanya ingin tertawa hingga berlinangan air mata melihat tingkah konyolnya. Sepertinya keluarga ini memang tak bermain-main dengan gertakannya dulu. Mereka pernah mengatakan akan mengajukan pencabutan hak asuh atas Zoya dariku. Sayangnya kalian telat satu langkah dariku. "Jangan menyesali keputusanmu, Vinda. Ini semua karena sikap sombong dan serakahmu. Sekarang nikmatilah saat-saat terakhir dengan Zoya. Kamu sudah terbukti lalai menjaga anakmu, kami yakin itu menjadi bukti kuat bagi pengadilan untuk meninjau keputusannnya." Bu Mirna mencebik sangat sinis. Bibirnya yang dipoles warna merah cabai makin menguatkan kesan antagonis pada sosoknya. Kubiarkan mereka merasa di atas angin sejenak. Kupasang tampang memelas dan ketakutan, agar mereka
Read more
BAB 52
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karir ( 52 ) Permohonan Mas Galih (1)[ Kau sudah gila, Vinda! Kamu berubah sangat mengerikan. Kumohon, hapus tangkapan layar itu dari ponselmu! ] Mas Galih mengakhiri chatnya dengan disertai emotikon memohon. Sayangnya aku tak juga merasa kasihan. Sudah kubilang untuk tak mengusikku, 'kan? [ Kabari aku secepatnya, siapa yang nanti malam sudah tak bisa tidur nyenyak! ] Setelah mengirimkan chat tersebut, aku langsung keluar dari grup gila itu. Jika kemarin kalian masih bisa tidur nyenyak setelah siang malam menerorku tanpa henti, maka kupastikan mulai detik ini kalian akan sulit memejamkan mata. Aku yakin itu. Kulajukan mobil keluar dadi pelataran gedung itu dengan hati yang puas. Seandainya aku mampu bersiul, sudah kulakukan dari tadi saking senangnya. Bahkan jika perlu kudendangkan satu full lagu Rhoma Irama dengan nada siulan untuk merayakan hal ini. Aku terkekeh membayangkan keempat manusia itu kelimpungan di sana. Bahkan aku sangat yakin, merek
Read more
BAB 53
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier (53)Permohonan Mas Galih (2)"Vinda. Kamu masih mendengarku?" Mas Galih terdengar mulai frustasi dengan reaksiku yang seolah tak peduli. "Seandainya kalian masih mau menempuh jalur itu aku persilahkan, Mas. Tetapi aku tak tinggal diam. Bahkan akan kubuka semua kelakuan busukmu dengan Soraya di masa lalu pada pengadilan. Bukankah kamu juga ingin tahu hal apa saja yang sudah kuketahui? Yang tadi itu tidak lebih dari separuh yang masih kusimpan. Memang akan jadi trending news jika publik tahu, dua orang abdi negara yang digaji menggunakan uang mereka berkelakuan minus alias cacat moral. Aku tak bisa membayangkan jika kalian akan kehilangan profesi jika sampai hal itu terjadi. Aku juga penasaran, apakah gelar kehormatan wanita karir akan tetap dibanggakan oleh kedua orang tuamu?!""Vinda. Jangan bermain-main dengan kami," ucap Mas Galih lagi. Dia mulai mengeraskan nada suaranya. "Aku sudah muak berurusan dengan keluargamu, Mas. Entah kalian gadaik
Read more
BAB 54
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karir ( 54 ) Penawaran Bu Fatma (1)Sejak kejadian di kantor pengadilan beberapa bulan yang lalu, aku benar-benar merasakan kelegaan yang luar biasa. Tak ada lagi satu pun dari keluarga Mas Galih yang nekad berurusan denganku. Hanya beberapa kali aku berpapasan dengan Soraya di swalayan yang memang menjadi satu-satunya tempat terlengkap yang tidak jauh dari tempat tinggal ku. Ada yang berbeda dari wanita itu. Jika biasanya dia akan mencari masalah denganku, sekarang tidak lagi. Bahkan sepertinya dia sengaja menghindar saat berpapasan denganku. Sengaja memutar lorong lain agar tak bertemu muka denganku. Tak masalah. Justru aku lega, tak perlu beradu urat lagi dengan wanita karir yang satu itu. Aku bisa santai menyusuri lorong demi lorong, mencari kebutuhan harianku yang kini bukan menjadi hal yang sulit untuk kupenuhi. Kini aku bisa fokus dengan usaha kulinerku. Anak-anak yang makin besar membutuhkan biaya besar pula. Aku ingin kebutuhan mereka terc
Read more
BAB 55
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier (55)Penawaran Bu Fatma (2)"Mbak. Jika ada yang ingin berniat serius denganmu, apakah kamu mau menerimanya?" "Maksudnya?" "Aku bingung menjelaskannya. Hanya saja aku kasihan dengan Rafli." Jawaban dari Bu Fatma membuatku bertanya-tanya. Apa apa dengan Pak Rafli? "Mengapa hubungannya dengan Pak Rafli?""Jawab dulu pertanyaanku, Mbak. Apakah jika ada seseorang yang sudah siap lahir dan batin untuk membina rumah tangga denganmu, apakah kamu bisa menerimanya?" "Maaf, Bu. Kukira ini terlalu cepat. Aku masih ingin fokus dengan anak-anak. Lagipula aku tak punya bayangan sama sekali untuk menikah lagi. Memulai lagi kehidupan dengan seseorang asing dalam ikatan rumah tangga, kukira aku belum siap, Bu." Aku mengurai jawabanku pada Bu Fatma. Memang kenyataannya aku belum siap dekat dengan laki-laki lagi, apalagi menikah. Bagaimana pula dengan anak-anak nantinya, memiliki ayah baru dalam kehidupan mereka. Meski kenyataannya, si kembar beberapa kali perna
Read more
BAB 56
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karir ( 56 ) Fakta (1)"Kalau boleh saya tahu, alasan apa yang membuat Pak Rafli bercerai dari istri pertamanya?" tanyaku tiba-tiba. Bu Fatma menatapku dengan mimik serius. Manik matanya bergerak-gerak menelisik keseriusan dalam ucapanku. "Benarkah Mbak Vinda ingin mengetahuinya? Apakah Mbak janji setelah mengetahui hal itu, maka Mbak akan mempertimbangkan permintaanku tadi? Aku yakin Rafli tidak akan mengecewakanmu, Mbak!"Lidahku kelu mendengar pertanyaan beruntun dari Bu Fatma. Terdengar suara tertawa Bu Fatma yang sangat renyah. Aku tertegun memandang wajah ayu di depanku. "Nggak Mbak. Saya nggak maksa Mbak Vinda untuk menerima Rafli. Ada banyak kekurangan juga dalam dirinya. Saya nggak mau membebani Mbak Vinda dengan permintaan yang berat seperti itu. Apalagi untuk seseorang yang pernah gagal dalam berumah tangga, kukira harus cukup banyak pertimbangan untuk memulai lagi." Bu Fatma menjeda kalimatnya. Aku berusaha tersenyum, mengurai rasa gugup
Read more
BAB 57
Aku memutar gagang pintu kamar. Kulihat anak-anakku sudah tidur. Setelah membersihkan diri, aku berbaring di sisi mereka. Menciumi satu per satu anakku yang tumbuh dengan baik. Kuusap rambut mereka satu per satu, kulantunkan doa terbaik untuk mereka. Beginilah jika aku pulang telat sedikit saja. Jangankan menemani si kembar belajar atau Zoya bermain. Bahkan aku tak bisa sekedar menuntun mereka untuk berdoa sebelum waktu tidur. Ada rasa sesal menelusup dalam dadaku, mengingat mereka yang harusnya masih sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang dariku. Tiba-tiba ponselku berbunyi. Kulihat nomor baru lagi. Aku mengabaikannya, mengingat waktu yang sudah malam. Jika memang penting, dia akan mengirimi pesan untuk menjelaskan kepentingannya. Sekarang saatnya beristirahat. Aku sudah cukup lelah dengan aktivitasku hari ini. Proses penambahan dan pergantian meja kursi serta peralatan dapur restoran membuatku payah bukan main. Kuhitung dengan pasti setiap item yang memang harus kuganti. T
Read more
BAB 58
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karir (58)Sebuah Pertanyaan (1)Aku mengatur napasku yang memburu. Lengang. Tak ada jawaban apapun dadi ujung sana. Hanya kudengar helaan napas yang masih bisa tertangkap telingaku. Aku mulai menangkap suatu hal yang ganjil. "Siapa yang mau poligami, Mbak Vinda?" Suara tak asing yang beberapa waktu ini sudah tak pernah lagi kudengar. Aku menilik layar ponselku segera. Nama yang terpampang di sana membuatku panas dingin hingga bergetar hebat karena gugup. "Kulihat kamu sedang online, jadi kuputuskan untuk menghubungimu." Aku tak bisa berkata-kata. Rasanya malu hingga ke ubun-ubun. Aku kesal dengan diriku yang kali ini bertindak ceroboh hingga berbuah fatal seperti ini. "Mbak Vinda?!" panggil Pak Rafli. Aku makin gemetaran. Keringat keluar, di tengah hawa malam malam yang sebenarnya sangat dingin. "P-Pak Rafli?" tanyaku tergagap. Terdengar suara renyah dari ujung sana. Sial sekali. Bahkan dia tertawa seperti itu. Aku yakin sekali dia menertawakanku
Read more
BAB 59
Aku menyisir rambut Zoya yang sudah sampai bahunya. Dengan memakai dress selutut dan rambut kuncir ekor kuda, penampilan anakku makin membuatku gemas. Kuciumi pipinya yang penuh dengan aroma bayi. Tak kusangka anak ini sudah sebesar ini. Setelah kedua kakaknya berangkat dengan diantar Mbah Kalung mereka, aku memutuskan untuk membawa Zoya ke restoran hari ini. Rasanya aku ingin berlama-lama dengan anak perempuanku. Ruangan istirahat yang dulu hanya ada kasur dan televisi, kini kutambah dengan beberapa fasilitas yang kuyakin akan membuat anakku betah berada di sana. Karpet dengan aneka karakter dan juga beberapa mainan sengaja kusiapkan. "Zoya, tidak boleh rewel. Hari ini ikut Bunda kerja ya?" pintaku saat memakaikan seat bealt untuknya. Zoya mengangguk dan tersenyum memperlihatkan barisan giginya yang tanpa karies sama sekali. Zoya sudah kebiasaan berkumur dengan air hangat setelah meminum susu. Dia juga sudah tahu aturan sikat gigi sebelum tidur. Kuusap rambut kepalanya dengan g
Read more
BAB 60
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karir ( 60 )Ibunda Pak Rafli (1)"Silahkan duduk, Mbak. Saya ibunya Rafli. Saya yang memaksa Rafli untuk membawaku kemari sepagi ini. Rasanya kesal sekali di PHP terus dari beberapa bulan yang lalu. Saya penasaran karena Fatma dan Dewi berkali-kali membicarakanmu." Kalimat itu meluncur dari bibir wanita yang masih terlihat menawan meski di usia lanjut. "Saya hanya ingin memastikan satu hal," lanjutnya. Aku menunggu kalimat selanjutnya yang akan dia ucapkan. "Kapan kalian meresmikan hubungan kalian? Anak saya sudah siap lahir batin, tunggu apa lagi? Saya bosan menunggu Rafli yang diam di tempat. Dia kira berapa usianya, bisa-bisanya maju mundur mendekati seorang wanita. Hingga rasanya gatal sekali ingin menanyakan langsung padamu. Jadi mau kapan?" Astaga. Aku menatap penuh selidik pada pria di samping wanita yang tengah memberondongku itu. Aku meminta kejelasan, perihal apa yang membuat ibunya bicara sejauh itu. Bisa-bisanya kami yang baru pertama ka
Read more
PREV
1
...
45678
...
24
DMCA.com Protection Status