Semua Bab Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier : Bab 31 - Bab 40
231 Bab
BAB 31
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier (31)Merusuh di Rumah Orang (2)Aku menyuapi Zoya dengan dengan puff untuk selingan makanannya. Pipinya sudah mulai tirus. Konon, Anak-anak yang sudah mulai berjalan maka lambat laun akan kehilangan kemontokannya. Tak masalah, selagi anak itu tumbuh sehat, jarang sakit dan berat badannya normal aku kira masih aman. Gadis kecilku sedang lucu-lucunya. Berjalan ke sana kemari tanpa rasa lelah serta diiringi celotehan yang terkadang membuat kami—orang dewasa, menerka-nerka maksud dari ucapannya. Saat hendak meraih Zoya dan membawanya ke kamar, aku mendengar suara ribut-ribut di depan rumah. Entah siapa yang hampir jam setengah sembilan malam ini berbuat kekacauan di rumah orang. Tak lama, suara pintu diketuk dengan keras dan cepat. Aku meraih jilbab yang tergeletak di atas sofa ruang santai. Ibu meraih Zoya ke dalam pelukannya, serta menggiring si kembar masuk ke dalam kamarnya. Kubuka pintu dengan perasaan menentu. Di luar pintu kulihat Soraya de
Baca selengkapnya
BAB 32
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karir ( 32) Ikatan Batin Ayah dan Anak (1)"Cukup, Vinda! Tutup mulut busukmu. Aku tak suka kamu mengatur hidupku." Kali ini Soraya terlihat meneteskan air mata. Kurasa kalimat ku benar-benar sudah memojokannya. "Kalau begitu cepat pulang. Kedatangan kalian kemari hanya sia-sia saja. Tak akan kalian dapatkan apapun, kecuali harga diri kalian yang akan kuinjak-injak akibat permintaan kalian yang tak masuk akal." Aku sudah melupakan soal kesopanan kali ini. Entahlah, semenjak berurusan dengan Mas Galih dan keluarganya, aku jadi sering mengusir orang. Aku tak mampu mengendalikan diri meski sekuat tenaga kutahan. Soraya mau berdiri setelah kedua tangannya ditarik paksa oleh orang tuanya. Aku tak habis pikir, dimana letak otak dan pikirannya hingga berani mengacaukan rumah orang di malam hari seperti ini. Dan lagi, kenapa dia datang justru bersama orang tuanya? Bukan dengan sang suami? Tak lama kudengar notifikasi panggilan dari ponselku. Kulihat nama Ma
Baca selengkapnya
BAB 33
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier (33)Ikatan Batin (2)Aku tersengal antara kehabisan napas dan mendamaikan emosi yang berlomba-lomba menguasai diriku. Lelah, sungguh. Menghadapi manusia licik kita bisa mengalahkannya dengan trik. Tapi menghadapi manusia tidak tahu malu? "Vin. Soraya divonis dokter tidak bisa punya anak. Dia mandul," ucap Mas Galih dengan suara lemah. Ada setitik rasa kasihan untuknya. Tetapi mengingat bagaimana jahatnya dia satu tahun yang lalu, rasa itu tiba-tiba menguap. "Dia pilihanmu. Aku sudah berusaha mengingatkanmu waktu itu. Bahkan aku mengemis padamu demi anak-anak. Tapi tak ada secuil pun rasa kasihan untuk kami. Silahkan hiduplah sesuai pilihanmu, Mas. Barangkali takdirmu adalah menghabiskan waktu dengan wanita karir dari keluarga berkelas, meskipun kamu harus kesepian tanpa tawa riang anak-anak." Hening. Tak ada jawaban apapun dari Mas Galih. Hanya kudengar helaan napas beras dari ujung panggilan. "Mohon maaf. Tidak perlu menghubungiku lagi setel
Baca selengkapnya
BAB 34
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier (34)Acara di Sekolah Anak Aku sengaja datang ke restoran tepat setelah adzan duhur. Zayn dan Ziyan hari ini ada kegiatan market day di sekolah tempat mereka menimba ilmu. Setelah semalaman mencari ide yang tepat untuk mereka, akhirnya aku dan kedua kembarku memutuskan membuat es jagung. Kali ini mereka menginginkan aku yang mengantar mereka ke sekolah. Selama ini memang ayahku yang mengantar cucu-cucunya ke sekolah. Kubantu mereka menata produk di lokasi yang sudah ditentukan oleh pihak sekolah. Zayn dan Ziyan sangat antusias, meski berkali-kali mereka mencuri pandang pada Alesha—teman mereka yang dibantu oleh kedua orang tuanya. Ayah Alesha dengan sangat sigap membantu memasang stand jualan anaknya. Aku paham apa yang dirasakan anak-anakku. Segera kualihkan perhatian mereka agar mulai menata cup tempat es yang akan mereka jual. Kuajarkan sekali lagi bagaimana cara mereka melayani pembeli nantinya. Dan berhasil, tatapan iri pada Alesha berhasi
Baca selengkapnya
BAB 35
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier (35)Acara di Sekolah Anak "Dia kenalan saya, Pak Ikhwan. Kebetulan anak-anaknya sekolah di sini." Jawaban Pak Rafli membuatku sedikit lega. Tak lama, laki-laki yang kutahu bernama Pak Ikhwan itu mohon pamit. Pak Rafli kembali menyejajarkan langkahnya denganku. Kalau tidak ingat adab, tentu saja kutinggal kabur manusia ini. Aku tak suka tatapan mata menelisik seperti tadi. Bagaimanapun laki-laki dan perempuan yang berduaan seperti ini membuat pandangan miring terhadap kami. Apalagi jika mengingat statusku. Ah… Lagi-lagi aku mengulik soal statusku yang janda ini."Beberapa minggu terakhir saya ke luar kota, Mbak. Ada urusan yang harus kuselesaikan. Suami Mbak Fatma membeli tanah di daerah Banten. Ternyata tanah tersebut berstatus tanah sengketa. Dia meminta saya menyelesaikannya. Alhamdulillah sekarang sudah selesai," ujar Pak Rafli. Aku hanya menjawabnya dengan anggukan tanda mengerti. Aku merutuk dalam hati. Peduli apa menyampaikan hal itu pad
Baca selengkapnya
BAB 36
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karir ( 36 ) Wanita Bar-Bar (1)Segera kuambil uang receh yang biasa kusimpan di dalam mobil. Setelah mengambil yang kira-kira menurutku cukup, aku kembali menutup mobil dengan sekali hentakan. Aku khawatir anak-anak menungguku terlalu lama. Aku berbalik dan jantungku berdegup tak berirama mendapati seseorang yang kukenal berdiri tepat di hadapanku.Mas Galih menatapku dengan raut wajah yang sulit kuartikan. Tak ada satu kata pun yang terucap dari bibirnya. Begitu pun aku yang tak bisa berpikir jernih. Dari arah beberapa meter kulihat Pak Rafli menatap ke arahku. Aku harap dia tak mendekat dan membuat urusanku makin runyam. "Ada apa, Mas?" tanyaku akhirnya pada mantan suamiku. Postur tubuh Mas Galih yang lebih tinggi dariku membuat wajahku mendongak. "Kudengar hari ini acara market day di sekolah anak-anak, aku ingin liat mereka." Kalimat yang keluar dari mulut Mas Galih terdengar memelas. Seolah dia meminta izin dariku untuk melihat anak-anak dari d
Baca selengkapnya
BAB 37
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier (37)Wanita Bar-Bar (2)Lucunya lagi, di saat semua itu terjadi, mereka baru ingat tiga anak yang kubawa berjuang panas perih menata hidup yang porak poranda akibat nafsu dan keserakahan mereka. Anak yang beberapa saat menanyakan di mana ayahnya. Bahkan si kecil Zoya tak sempat menyicip serunya naik pundak ayahnya untuk mengejar gelembung balon sabun. Maka dengan keyakinan sekuat baja tentu saja kutolak permintaan mereka mentah-mentah. "Kalau begitu, menikahkah lagi dengan wanita normal, Mas. Dengan begitu orang tuamu akan puas, mendapatkan cucu darah daging mereka sendiri." Ucapanku membuat Mas Galih berhenti berjalan. Dia menatapku tak percaya, aku bisa mengucapkan kata-kata seperti itu. Tatapan matanya menelisik, membuatku sedikit kehilangan nyali. "Kenapa? Ada yang salah dengan kalimatku?" Aku bertanya dengan raut wajah merasa tak berdosa. "Kamu berubah, Vinda. Sekarang kamu menjadi wanita yang sulit ditebak, bahkan kamu menjadi lebih kasa
Baca selengkapnya
BAB 38
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karir ( 38)Isyarat (1)Aku duduk di depan mesin kasir saat melihat rombongan Bu Fatma masuk ke dalam restoranku. Seperti biasa, dia langsung menyapaku dengan sangat ramah. Tak kusangka Soraya mengekor di belakang pimpinannya. Bedanya, dia langsung mengambil tempat duduk yang sudah direservasi atas nama pimpinan mereka. "Mbak Vinda … sehat?" tanyanya sembari menampakkan barisan giginya yang rapi. Sungguh, tak terpancar sedikit pun aura mencekam dari wajah kepala sekolah yang satu ini. Bahkan dia tak segan-segan menyapa dengan ramah para pegawaiku. Dia juga kulihat beberapa kali memberi uang tip cukup lumayan pada mereka. "Alhamdulillah sehat, Bu Fatma. Terima kasih sudah reservasi untuk ke sekian kali. Bawa rombongan banyak pula," ucapku tak kalah sumringah. Tak kusangka, Bu Fatma mendekat dan berbisik di telingaku. "Abaikan wajah demit betina itu, Mbak. Bawaan lahir sepertinya," bisik Bu Fatma. Aku hampir meledakkan tawa kalau tak ingat ada puluhan p
Baca selengkapnya
BAB 39
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier (39)Isyarat (2)"Lho, Bu Fatma kok belum pulang?" tanyaku sekembalinya dari ruang istirahat di belakang. Kulihat Bu Fatma duduk sendirian di tempat yang tadi di pesannya. Semua rekannya sudah tak ada yang duduk di sana. Setelah menunaikan sholat ashar aku memutuskan untuk merebahkan diri sebentar. Suasana yang gerimis membuatku nyaman meluruskan pinggang di ruangan kecil itu. "Iya Mbak. Kuminta Rafli menjemputku. Tadi saya nggak bawa mobil. Sebentar lagi sampai," terangnya. Suasana yang sepi membuatku duduk di sampingnya. Tak kecanggungan karena selama ini Bu Fatma juga bersikap sangat baik padaku. "Mbak Vinda nggak ada niatan menikah lagi?" tanyanya kemudian. Aku sedikit terlonjak mendapatinya bertanya demikian. Jujur, aku belum berpikiran sampai sana. "Belum, Bu. Saya masih fokus dengan anak-anak," jawabku jujur. Memang anak-anak menjadi fokusku kali ini. "Anak-anak juga perlu sosok ayah, Mbak. Apalagi mereka masih kecil-kecil. Jangan sampa
Baca selengkapnya
BAB 40
Diceraikan Karena Bukan Wanita Karir ( 40 ) Status Pak Rafli (1)"Wah… anaknya lucu sekali, Pak. Siapa namanya?" tanyaku pada laki-laki berkemeja salur itu. Pak Rafli hanya tersenyum kecil mendengarnya. Entah mengapa pertanyaanku membuat Bu Fatma menatapku cukup lama. Dahinya pun berkerut. "Anak?" tanyanya dengan nada bingung. Lagi-lagi Pak Rafli tak menjawab, dia hanya mengulum senyumnya. Bu Fatma justru makin terlihat bingung. Tiba-tiba aku menyadari ada sesuatu yang aneh dari respon mereka. "Lho, anaknya Pak Rafli, 'kan? Namanya siapa?" Kini terdengar suara tawa yang meledak dari Bu Fatma. Aku tertegun. Tak lama, seorang wanita cantik yang ternyata satu mobil dengan Pak Rafli menyusul ke meja kami. Dia heran dengan suara tawa yang dikeluarkan Bu Fatma. "Rame sekali, Mbak. Ada apa ini?" tanya wanita yang menggenakan terusan polos warna mustard dilengkapi longcardy warna hitam. Terlihat serasi sekali untuk kulitnya yang putih. Wanita yang kuyakini istri Pak Rafli kemudian duduk t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
24
DMCA.com Protection Status