Lahat ng Kabanata ng Rahasia Kelam Yang di Sembunyikan Ibu: Kabanata 21 - Kabanata 30
73 Kabanata
Baikan
Aku termenung, pandangaku kosong ke depan, setelah menangis beberapa jam yang lalu posisiku masih belum berubah, masih duduk di lantai dengan kening yang masih terluka dan darahnya yang mengering.Padahal hari sudah malam, keadaan sekitarku gelap karena lampu yang belum ku nyalakan, hanya cahaya bulan dan televisi yang menerangi, rasanya tak ada gairah untuk hidup, bahkan untuk bangun pun rasanya malas.Mata ku sembab, hidupku memerah di ujungnya, rambutku acak-acakan, keadaan ku saat ini benar-benar sangat kacau,Aku berdiri dengan tertatih-tatih, menutup pintu dan menyalakan lampu luar dan ruang tamu, sementara ruangan lain tak ku nyalakan, aku berjalan mendekat ke arah televisi mencari buku yang tadi Adrian lempar.Tapi buku itu tak ada di tempatnya seperti terakhir kali aku lihat, aku mengehela nafas lelah, " pasti di ambil oleh Adrian," pikirku.Entah apa isi dari buku itu sehingga Mbok Ayu dan Adrian mengambilnya dariku, apa yang tengah mereka sembunyikan sebenarnya.Tubuhku lem
Magbasa pa
22
Aku tengah memperhatikan Amar yang sedang membereskan piring dan gelas bekas makan kita berdua, senyum ku terus mengembang meskipun pusing pada kepalaku dan tubuhku yang masih menggigil sama sekalin tak ku hiraukan.Lihatlah Amar sekarang yang sedang mencuci piring, membuatnya berkali lipat lebih tampan, terlihat seperti cowok yang penuh tanggung jawab dan perhatian.Aku melihatnya tanpa berkedip, sangat bersyukur Amar kembali lagi, ketika kemarin aku berpikir dia akan pergi meninggalkan ku dan tak akan pernah kembali tapi semua pikiran ku salah nyatanya sekarang dia ada di sini."Kenapa sih ngeliatin aku kaya gitu?" tanya Amar yang telah selesai mencuci piring."A Amar ganteng banget sih" ucapku keceplosan."Yah emang aku ganteng," ucapnya narsis sambil merapihkan rambutnya ke belakang."Gimana kalau kaya gini makin ganteng gak?" tanya Amar sambil memperagakan kaya model papan atas.Aku mendengus melihat Amar yang kini sedang berpose, "Sok kegantengan banget sih," dumel ku."Gak! A A
Magbasa pa
Kenangan tentang ayah
Sudah setengah jam Amar pergi entah kemana, aku masih berada di taman belakang sambil mengingat masa lalu ku dengan ayah.Dulu di taman belakang ini, ketika aku masih kecil dulu, aku sering mengajak ayah untuk bermain gelembung tiup sampai-sampai taman ini di penuhi oleh gelembung, dan aku sering main hujan-hujanan dengan ayah sampai berjam-jam hingga ke esok harinya kita berdua jatuh demam.Tanpa terasa air mataku menetes, mengingat masa lalu dengan ayah membuatku merindukannya, aku sangat merindukan pelukan pria yang sudah lama meninggalkan ku, entah dia ayah kandung atau ayah tiriku tak akan merubah apapun, aku masih menyayanginya!Andai Ayah masih ada di sini, mungkin aku tak akan serapuh saat ini, pelukan ayah, senyumnya yang hangat, tawanya yang riang, membuatku selalu bersemangat menjalani hari-hari.Aku menatap langit biru yang cerah pagi ini, dengan air mata yang berlinang, "Ayah apa di atas sana kau melihatku, putri kecil mu ini masih serapuh dulu, maafin Aruna yang tak bisa
Magbasa pa
Sidang Cerai
Kini Aruna dan Amar tengah berada di dalam ruang persidangan dengan Adrian dan juga keluarganya termasuk Zia yang ikut Hadir."Hadirin, sidangn hari ini tanggal 11 januari dibuka," ucap hakim sambil mengetuk palu membuka persidangan."Kepada penggugat, apakah benar anda ingin bercerai?" tanya hakim pada Aruna."Benar pak hakim," jawab Aruna tegas."Apakah saudari yakin dengan semua keputusan yang di ambil?" tanya hakim lagi."Saya bener-benar yakin," ucap Aruna serius."Apakah anda tidak ada niat rujuk kembalidengam pasangan anda?""Sama sekali tidak pak hakim," ucap Aruna mantap"Kepada pihak tergugat apakah anda setuju dengan pihak tergugat?" tanya hakim pada Adrian."Tidak, saya tidak setuju dengan keputusan tersebut," tolak Adrian."Apa alasan anda untuk tidak setuju?""Alasanya karena saya tidak pernah selingkuh seperti yang di tuduhkan," bela Adrian."Maaf ketua hakim, sudah ada bukti yang sangat jelas mengenai hal tersebut, bukti tersebut telah menyatakan bahwa tergugat telah
Magbasa pa
Mbok Ayu
Aruna mengedarkan pandanganya ke sekitar kolidor rumah sakit mencari Cika yang katanya sedang menunggunya di kursi kolidor.Dia terus mencari hampir beberapa menit dan akhirnya menemukan Cika yang tengah melambaikan tangan ke arahnya dengan senyum tipisnya, terlihat lingkaran hitam di bawah mata Cika akibat begadang dan juga badannya yang agak kurusan tak seperti terakhir kali kita bertemu.Aku menghampiri Cika sambil menenteng plastik yang berisi buah-buahan untuk Mbok Ayu."Cika," sapa ku setelah sampai di depan Cika."Maaf yah kak, tadi aku ke kamar mandi dulu, pasti kakak nyariin sampai muter-muter," ucapnya sedikit bersalah."Iya gak papa," jawabku."Yuk kak kita masuk," ajak Cika sambil berjalan masuk ke kamar rawat Mbok Ayu.Terlihat Mbok Ayu tengah berbaring di ranjang rumah sakit memakai baju pasein, dengan selang infus yang menancab pada lengannya."Gimana keadannya?" tanyaku."Belum baikan kak, padahal kata dokter cuman demam biasa aja tapi panasnya gak turun-turun," lirih
Magbasa pa
Pasar Malam
Setelah acara pemakaman Mbok Ayu selesai, aku mendengar kabar bahwa Cika di bawa ke rumah, dan setelah Cika baikan kedua kakanya akan membawa Cika ke Jakarta ikut merantau bersama mereka dan Cika juga akan di sekolahan di sana.Aku bersyukur meskipun Cika telah kehilangam sosok ibu tapi dia masih punya sodara yang selalu ada bersamanya.Dengan kepergian Mbok Ayu harapan ku untuk mengetahui segera tentang isi buku ibu ikut pupus tapi tak apa ada banyak cara untuk aku mengetahuinya.Aku membawa secangkir teh ke kamar dan tak melihat Amar, terdengar bunyi bergemiricik di kamar mandi, "mungkin Amar sedang mandi'" pikirku.Aku duduk di depan jendela kamar sambil melihat ke arah luar jendela, dan menyesap pelan teh yang tadi ku buat.Tiba-tiba ponsel Amar berdering tepat di meja di depanku, aku melihat pintu kamar mandi yang masih tertutup dan mengambil segera ponselnya Amar.Adrian.Gak usah
Magbasa pa
Memata-matai
Pagi telah tiba setelah semalam mabuk karena naik ombak banyu yang membuat Aruna muntah-muntah sampai pulang di gendong oleh Amar.Kini mereka tengah sibuk pacing untuk persiapan kembali ke palabuhan ratu yang rencananya akan kembali nanti siang.Aruna membereskan semua bajunya dan baju Amar ke dalam koper.Ia melihat ke sekeliling kamar, yang akan ia tinggalkan entah kapan Aruna akan kembali ke sini rasanya Aruna ingin menetap di Palabuhan Ratu tanpa harus menginjakan kaki kembali ke Surabaya."Run aku pergi dulu sebentar yah," pamit Amar pada ku."Kemana?" tanya Aruna heran."Aku mau ketemu teman," jawabnya.Aku langsung teringat pesan yang di kirim Adrian kemarin, "Apa Amar akan menemui Adrian? Batin ku."Iya," ucapku.Amar pergi menggunakan mobil, aku langsung bergegas mengambil tasku, mengunci pintu dan berlari ke arah tukang ojeg di sekitar rumah untuk mengikuti Amar.Untung saja mobil Am
Magbasa pa
Pulang
Aruna pulang ke rumah dengan tubuh yang sudah basah kuyup, ia membuka pintu dan berjalan dengan tertatih tanpa basa-basi Aruna bergegas mengganti pakaianya, setelah mengganti pakaian Aruna menyeret kopernya, bersiap pergi sore ini ke Sukabumi menggunakan bis.Untung saja ketika tiba di terminal masih ada bis yang Aruna tuju, meskipun harus berapa kali naik bis agar Aruna sampai di Sukabumi Palabuhan Ratu.Sesampainya di Palabuhan Ratu tepatnya di kontrakan, Aruna bergegas membuka pintu dan menyeret kopernya masuk ke dalam.Seyum tipis terbit di bibir Aruna, ia merasa senang ketika bisa kembali ke sini, meskipum ada yang kurang, Amar! senyum Aruna langsung luntur ketika mengingat Amar kembali."Gimana keadaan Amar sekarang?" tanya Aruna entah pada siapa.Aruna menggelengkan kepalanya mencoba menghilangan Amar dari pikirannya.Tapi ketika Aruna semakin mencoba untuk melupakan Amar, kenangan tentang Amar terus berputar pikirannya.
Magbasa pa
Rumah Adrian
Adrian tersenyum senang mendengar jawaban dari Aruna, ia lantas membawa Aruna pergi.Sementara ayah Adrian mengehala nafas lelah dengan sikap putra satu-satunya."Kapan semua ini akam terungkap rum," lirih ayah Adrian sambil memangil nama ibu Aruna...Adrian membawa Aruna ke kamar yang selalu di tempati mereka ketika menginap kesini dulu ketika mereka masih menjadi sepasang suami isti."Ini," tunjuk Aruna ke arah kamar."Iya ini kamar yang biasa kita tempati, "Aruna mangut-mangut mendengar ucapan Adrian."Kamu pasti lelah, istirahat sana," suruh Adrian padaku.Tanpa di suruh dua kali aku lantas masuk ke kamar."Boleh aku temenin?" tawar Adrian padaku, tanpa berniat menjawab pertanyaan Adrian Aruna lantas menutup pintu kamar dengan keras.Adrian medesah dengan kecewa, Sedetik kemudian senyum terbit di wajahnya."Masih ada kesempatan buat dapetin kamu lagi Run," ucap Adrian sa
Magbasa pa
Flaskback Amar satu
Aku sedang duduk di kursi taman sambil memperhatikan seorang gadis cantik, bernama Aruna yang sedang membaca buku sendirian.Bibir ku terangkat, ketika melihat ia tertawa, entah apa yang sedang ia baca sampai tertawa seperti itu, tapi aku bersyukur melihat tawanya yang membuat ku candu seketika.Tiba-tiba seorang lelaki dengan perawakan tinggi dan gagah menghampiri Aruna dan merangkulnya dengan mesra.Dia Adrian, lelaki yang aku ketahui tengah dekat dengan sosok gadis pujaan ku, meskipun mereka hanya dekat tapi membuatku patah hati.Apalagi melihat perawakaanya yangg gagah dan juga tampan, tak seperti diriku.Tinggi ku 170 cm dan berat badan ku hampir 90kg, serta dengan wajah yang di penuhi jerawat besar membuat ku kalah saing dari segi fisik dengan Adrian, tak lupa kacamata mata yang selalu menghiasi wajahku, membuat teman-teman selalu mengejek dan menghinaku, mereka menganggapku babi besar, babi berkacamata dan banyak ejekan lainya yang
Magbasa pa
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status