Setelah acara pemakaman Mbok Ayu selesai, aku mendengar kabar bahwa Cika di bawa ke rumah, dan setelah Cika baikan kedua kakanya akan membawa Cika ke Jakarta ikut merantau bersama mereka dan Cika juga akan di sekolahan di sana.
Aku bersyukur meskipun Cika telah kehilangam sosok ibu tapi dia masih punya sodara yang selalu ada bersamanya.Dengan kepergian Mbok Ayu harapan ku untuk mengetahui segera tentang isi buku ibu ikut pupus tapi tak apa ada banyak cara untuk aku mengetahuinya.Aku membawa secangkir teh ke kamar dan tak melihat Amar, terdengar bunyi bergemiricik di kamar mandi, "mungkin Amar sedang mandi'" pikirku.Aku duduk di depan jendela kamar sambil melihat ke arah luar jendela, dan menyesap pelan teh yang tadi ku buat.Tiba-tiba ponsel Amar berdering tepat di meja di depanku, aku melihat pintu kamar mandi yang masih tertutup dan mengambil segera ponselnya Amar.Adrian.Gak usahPagi telah tiba setelah semalam mabuk karena naik ombak banyu yang membuat Aruna muntah-muntah sampai pulang di gendong oleh Amar.Kini mereka tengah sibuk pacing untuk persiapan kembali ke palabuhan ratu yang rencananya akan kembali nanti siang.Aruna membereskan semua bajunya dan baju Amar ke dalam koper.Ia melihat ke sekeliling kamar, yang akan ia tinggalkan entah kapan Aruna akan kembali ke sini rasanya Aruna ingin menetap di Palabuhan Ratu tanpa harus menginjakan kaki kembali ke Surabaya."Run aku pergi dulu sebentar yah," pamit Amar pada ku."Kemana?" tanya Aruna heran."Aku mau ketemu teman," jawabnya.Aku langsung teringat pesan yang di kirim Adrian kemarin, "Apa Amar akan menemui Adrian? Batin ku."Iya," ucapku.Amar pergi menggunakan mobil, aku langsung bergegas mengambil tasku, mengunci pintu dan berlari ke arah tukang ojeg di sekitar rumah untuk mengikuti Amar.Untung saja mobil Am
Aruna pulang ke rumah dengan tubuh yang sudah basah kuyup, ia membuka pintu dan berjalan dengan tertatih tanpa basa-basi Aruna bergegas mengganti pakaianya, setelah mengganti pakaian Aruna menyeret kopernya, bersiap pergi sore ini ke Sukabumi menggunakan bis.Untung saja ketika tiba di terminal masih ada bis yang Aruna tuju, meskipun harus berapa kali naik bis agar Aruna sampai di Sukabumi Palabuhan Ratu.Sesampainya di Palabuhan Ratu tepatnya di kontrakan, Aruna bergegas membuka pintu dan menyeret kopernya masuk ke dalam.Seyum tipis terbit di bibir Aruna, ia merasa senang ketika bisa kembali ke sini, meskipum ada yang kurang, Amar! senyum Aruna langsung luntur ketika mengingat Amar kembali."Gimana keadaan Amar sekarang?" tanya Aruna entah pada siapa.Aruna menggelengkan kepalanya mencoba menghilangan Amar dari pikirannya.Tapi ketika Aruna semakin mencoba untuk melupakan Amar, kenangan tentang Amar terus berputar pikirannya.
Adrian tersenyum senang mendengar jawaban dari Aruna, ia lantas membawa Aruna pergi.Sementara ayah Adrian mengehala nafas lelah dengan sikap putra satu-satunya."Kapan semua ini akam terungkap rum," lirih ayah Adrian sambil memangil nama ibu Aruna...Adrian membawa Aruna ke kamar yang selalu di tempati mereka ketika menginap kesini dulu ketika mereka masih menjadi sepasang suami isti."Ini," tunjuk Aruna ke arah kamar."Iya ini kamar yang biasa kita tempati, "Aruna mangut-mangut mendengar ucapan Adrian."Kamu pasti lelah, istirahat sana," suruh Adrian padaku.Tanpa di suruh dua kali aku lantas masuk ke kamar."Boleh aku temenin?" tawar Adrian padaku, tanpa berniat menjawab pertanyaan Adrian Aruna lantas menutup pintu kamar dengan keras.Adrian medesah dengan kecewa, Sedetik kemudian senyum terbit di wajahnya."Masih ada kesempatan buat dapetin kamu lagi Run," ucap Adrian sa
Aku sedang duduk di kursi taman sambil memperhatikan seorang gadis cantik, bernama Aruna yang sedang membaca buku sendirian.Bibir ku terangkat, ketika melihat ia tertawa, entah apa yang sedang ia baca sampai tertawa seperti itu, tapi aku bersyukur melihat tawanya yang membuat ku candu seketika.Tiba-tiba seorang lelaki dengan perawakan tinggi dan gagah menghampiri Aruna dan merangkulnya dengan mesra.Dia Adrian, lelaki yang aku ketahui tengah dekat dengan sosok gadis pujaan ku, meskipun mereka hanya dekat tapi membuatku patah hati.Apalagi melihat perawakaanya yangg gagah dan juga tampan, tak seperti diriku.Tinggi ku 170 cm dan berat badan ku hampir 90kg, serta dengan wajah yang di penuhi jerawat besar membuat ku kalah saing dari segi fisik dengan Adrian, tak lupa kacamata mata yang selalu menghiasi wajahku, membuat teman-teman selalu mengejek dan menghinaku, mereka menganggapku babi besar, babi berkacamata dan banyak ejekan lainya yang
"Gue juga bilang apa bangsat, dia pasti nolak gue karena fisik gue jelek," teriak Ku sambil menatap sengit Frikas yang kini menundukan kepala.Kini aku dan Frikas sedang berada di kamar kos yang kami berdua tempati."Maaf, gue gak bermaksud," ucapnya pelan tanpa mau melihat ku."Lo liat tadi di sana gue jadi bahan ejekan teman-teman Adrian," bentak ku."Dan gue yakin besok gue jadi bahan bulyan mereka lagi," lanjut ku, membayangkan besok di kampus teman-teman Adrian akan terus membuat ku tanpa henti."Itu karena ide konyol lo Frikas," bentak ku meluapkan semua amarah."Gue cuman niat bantu lo dapetin Aruna," bela Frikas.Aku menatap Frikas tajam," Bantu! lo bilang mau bantu gue," "Lo liat sekarang, apa yang terjadi, lo sama sekali gak ngenbantu," ucap ku sarkas sambil menatap Frikas yang kini tengah menatap ku."Lo nyalahin gue," ucap Frikas sinis."Iya," jawab ku sambil mendongakan kepalanya."Gue niat ngebantu lo dapatein Aruna, seharusnya lo berterimakasih sama gue," seru Frikas y
"Cepatan Kas, tempelin semua," desak ku yang kini sedang berada di depan mading kampus."Jangan lupa kertasnya," perintah ku sambil menyerahkan beberapa lembar kertas padanya untuk di tempelkan juga."Ini kertas apaan?" tanya dia."Udah jangan di baca cepet tempelin," suruh ku tak sabaran.Amar memperhatikan sekitar lorong kampus yang terlihat remang-remang, takut kalau sampai satpam kampus lewat dan menangkap basah mereka berdua."Beres," ucap Frikas sambil berjalan ke arah Amar yang masih memantau keadaan sekitar.Amar melihat ke arah mading, dan tersenyum puas melihat foto-foto yang sudah tersusun rapi di sana."Ayo balik," ajak Amar pada Frikas, yang langsung di ikuti Frikas dari belakang......Pagi telah tiba Amar dan Frikas baru saja menginjakan kaki di halaman kampus, dan ia sudah mendengar suara ricuh dan makian yang terlontar dari anak-anak.Apalagi di area mading segerombolan mahasiswa dan mahasiswi sedang berdesakan untuk melihat apa yang terdapat di mading.Frikas pun ta
"Jangan gila kamu Adrian, hanya karena wanita ini kamu mau melukai diri mu sendiri," bentak ayah Adrian."Di segalanya bagiku, dia hidup ku," teriak Adrian frustasi."Gak Adrian semua ini salah, kamu keterlaluan," ucap Aruna kecewa, ia tak menyangka bahwa selama ini telah menikah dengan adiknya sendiri.Aruna merasa telah di tipu habis-habisan oleh orang terdekatnya."Jangan bilang begitu Aruna," ucap Adrian pelan sambil berjalan ke arah Aruna."Jangan mendekat Adrian, aku sudah terlalu muak sama kamu," teriak ku."Lihat ayah, ini semua gara-gara ayah yang membocorkan semuanya ke Aruna," ucap Adrian menatap ayah Adrian dengan tatapan penuh kebencian."Ini bukan salah dia," tunjuk Aruna pada ayah Adrian."Tapi salah kamu Adrian," lanjut Aruna."Kita seharusnya memang tak pernah bersama Adrian, hubungan ini salah, dan aku lega karena telah bercerai dengan mu," ucap Aruna dingin lalu melangkah pergi."Kalau kamu pergi aku akan melukai diri ku sendiri Aruna," ucap Adrian yang kembali menga
PlakSatu tamparan mendarat di pipi Aruna, sehingga meninggalkan bekas kemerahan di pipinya.Aruna mendongak dan melihat Sarah ibu Adrian yang menatap ku nyalang."Saya juga bilang apa, dia ini memang wanita pembawa sial," teriak Sarah sambil menujuk ke arah Aruna."Awas saja kamu, saya akan melaporkan kamu ke polisi karena sudah mencelaki anak saya," lanjut Sarah.Aruna menatap Sarah malas, apalagi bibir merah menyala terus berkomat-kamit tanpa menanyakan dulu kejadian sebenarnya."Stop Sar," ucap ayah Adrian yang jengah melihat istrinya datang-datang sudah mencari masalah."Kenapa mas? Seharusnya kamu laporin dia kepolisi," kesal Sarah, matanya melotot ke arah suaminya."Adrian yang melukai dirinya sendiri bukan ulah Aruna," jelas ayah Adrian."Aku sudah menjelaskan semuanya pada Aruna," lanjutnya lagi.Sarah yang mengerti ucapan dari suaminya langsung terdiam sejenak, Aruna melihat ke belakang Sarah yang terdapat Zia yang terlihat terkejut mendengar ucapan ayah Adrian."Bagus kalau