Semua Bab Ketika Istri Tua Suamiku Hamil: Bab 51 - Bab 60
86 Bab
Part51
Hari ini aku mendapat izin dari Mama untuk pergi bersama Mas Deni melihat toko. Mas Deni katanya ingin memberikanku pekerjaan. Mama sudah tak lagi keberatan. Asal aku berjanji tetap tinggal bersamanya.Mungkin dia juga merasa kesepian. Dua anak perempuannya memilih untuk ikut dengan suami masing-masing. Bahkan Lara, adik bungsu Mas Raka sudah tinggal terpisah sejak sebelum menikah.Kata Bik Inah, dia mendapatkan pekerjaan di luar kota, hingga baru memutuskan berhenti setelah ingin menikah. Untung dia mendapatkan jodoh masih dari kota asalnya, hingga Mama bisa sering-sering berkunjung tanpa harus ke luar kota.Begitu juga dengan Mbak Dian. Setelah berpulangnya Almarhum suami Mama, Mbak Dian lah yang sibuk mengurus perusahaan. Saat itu Mas Raka masih kuliah. Hingga Mbak Dian tak punya banyak waktu lagi di rumah.Untuk itulah aku juga harus memikirkan perasaan Mama. Mama sudah menganggapku seperti anak perempuannya sendiri. Bukan lagi menantu yang sebentar lagi akan bercerai dari putrany
Baca selengkapnya
Part52
"Aneh-aneh saja sikap Mas Deni ini. Masa begini aja dibilang pekerjaan. Pakai upah segala. Harusnya kalau cuman begini, Delima yang bayarin Mas Deni, karena udah ngajak Delima keliling kota.""Ya udah. Kamu yang bayar. Mana?" tanyanya lagi sambil menjulurkan telapak tangan. Aku tercengang. Padahal aku hanya berbasa-basi. Tapi kalau dia tetap mau dibayar, ya mau bagaimana lagi."Berapa, Mas?"Mas Deni menaikkan bola matanya, memikirkan sesuatu. Untung uang yang diberikan Mas Raka masih banyak. Kemarin saat ingin kukembalikan, dengan keras dia menolaknya. Katanya sudah ikhlas dan memang sudah menjadi hakku sebagai istrinya. Padahal aku sama sekali tak ada melaksanakan kewajibanku sebagai istri."Berapa apanya?""Bayarannya.""Mas nggak mau dibayar pake uang.""Terus? Pake apa?""Temenin Mas makan. Titik. Nggak pake nawar."Lho, terus apa bedanya dengan upah yang mau dia kasi tadi? Makin aneh saja sikapnya hari ini..Kami tiba di restoran yang tak jauh dari toko Mas Deni. Tempatnya juga
Baca selengkapnya
Part53
Mama kembali cuek, tak ingin melihat wajah Mas Raka. Menyerahkan semua urusan pada Mas Deni. Usai insiden pemukulan yang dilakukan Mas Raka waktu itu, Mas Deni langsung melakukan visum untuk membuat laporan.Mama terpaksa menyetujui cara itu. Mas Raka tak akan mungkin mau di penjara. Selain merusak reputasi, dia juga tak mungkin membiarkan Mbak Silvi ditinggal sendirian dalam keadaan hamil saat ini. Sebenarnya, ini hanya inisiatif dari Mas Deni saja. Tak ada niat untuk memperkarakan hal sekecil itu. Namun, saat itu terlintas ide untuk mengancam Mas Raka. Agar mau tidak mau, Mas Raka harus menuruti apa pun keinginan Mas Deni sebagai syarat agar Mas Deni mencabut laporannya. Dan tentu saja syarat tersebut adalah menjatuhkan talak padaku.Dengan begitu, putuslah sudah ikatan kami sebagai suami istri secara agama. Tak ada kewajiban atau dosaku lagi untuk tak menuruti apa pun keinginannya. "Itu syarat dariku, Ka. Aku akan mencabut laporan asal kamu menceraikan Delima saat ini juga." Mas
Baca selengkapnya
Part54
Aku segera menunduk. Kini pipiku telah basah oleh air mata menyaksikan semua ini. Aku bahkan tak tahu apa yang membuatku menangis saat ini. Pengakuan Mas Deni, perasaan Mas Raka, ataukah alasan Mbak Silvi sebenarnya kenapa sampai memilihku.Mungkin benar, karena aku hanya orang kampung dengan latar pendidikan yang begitu rendah. Bisa diatur dan dikendalikan sesuka hati. Sama sekali tak bisa melawan karena tak punya apa-apa, dan tak bisa apa-apa.Hanya bisa bergantung pada mereka. Bahkan, hanya untuk membiayai kehidupan keluargaku di kampung, hanya berharap belas kasih dari mereka."Dek, maafin kesalahan Mas selama ini, ya? Mas janji akan berbuat adil dan membahagiakan kamu. Tawaran Mas masih tetap berlaku. Kita cari rumah baru atas nama kamu, dan kita jemput Bue sama Sidik untuk tinggal bersama. Kamu mau kan, Dek?"Aku semakin sesenggukan, lalu menggeleng tanpa bersuara. Tenggorokanku rasa tercekat. Seperti tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun."Dek....""Cukup, Raka." Mama kembali
Baca selengkapnya
Part55
Aku dan Mas Raka kini saling menatap. Apa yang akan terjadi jika aku tak memenuhi permintaannya? Apa dia akan mengurungkan niatannya tadi?Ternyata, berbicara dengan Mas Raka tidaklah sesulit yang aku bayangkan. Mas Raka begitu lembut bertutur menyahuti semua ucapanku. Hanya, selama ini aku begitu ketakutan dan bertingkah kasar, hingga membuat dia emosi dan merasa tidak dihargai.Lalu apa ini? Dia mau menuruti semua permintaanku. Meski harus dengan syarat. Di mana dia akan melakukannya? Di sini? Di depan Mama dan juga Mas Deni? Apa tak mengapa mereka menyaksikan adegan ini?Lalu, di bagian mana Mas Raka akan menciumku? Di pipi? Kening, atau di bibir? Hal yang belum pernah kami lakukan sebelumnya? Sanggupkah aku menerima permohonan terakhir dari laki-laki yang masih sah menjadi suamiku ini?"Boleh, Dek?" Dia mengulangi pertanyaan itu. Menandakan dia benar-benar meminta izin, dan tak berniat memaksa seperti waktu itu.Aku kembali menunduk dalam tangisan. Sama sekali tak berani menoleh k
Baca selengkapnya
Part56
"Maafin Delima ya, Ma. Delima udah bikin kecewa semua orang," jawabku."Enggak, Delima. Bukannya dari awal kita sudah membahas hal ini? Kamu lihat sendiri, bahkan Raka tidak sampai hati marah sama kamu. Apalagi sampai membenci kamu. Jadi, kenapa kamu harus kembali merasa bersalah? Semuanya akan membaik seperti sedia kala.""Mama nggak marah sama Delima?" "Kenapa Mama harus marah?""Nggak tau kenapa, Delima udah merasa nggak layak lagi tinggal di sini. Delima....""Kamu masih tetap anak Mama, Delima!" sela Mama. Air mataku kembali mengalir. Lalu Mama menarikku dalam pelukan."Mama mengerti apa yang kamu rasakan saat ini, Delima. Terlepas bagaimanapun perasaan kamu pada Raka, tetap kamu pasti akan merasa kehilangan pasca perceraian. Merasa ada sesuatu yang hilang dalam diri kamu. Benar, kan?" Aku mengangguk."Itu yang membuat Mama sayang sama kamu. Kamu masih punya hati untuk tak langsung melupakan anak Mama begitu saja. Tak langsung berpaling pada laki-laki lain hanya karena sudah mer
Baca selengkapnya
Part57
Aku jadi gugup mendengar pertanyaannya. Tak menyangka kalau Mas Deni masih ada di rumah saat ini. Rona wajahnya tampak bahagia menyambut kedatangan kami."Eh, Mas Deni di rumah," sapa Bik Inah. "Bibik mau beres-beres, Mas. Mbak Delima juga mau ikut katanya.""Oh, iya, Bik. Masuk aja, Bik."Bik Inah segera masuk, aku sedikit menunduk memberi hormat pada empunya rumah, lalu mengikuti langkah Bik Inah untuk masuk ke dalam."Hem, Delima!" Langkahku terhenti sebelum melewati Mas Deni yang masih berdiri di ambang pintu."Iya, Mas?" jawabku semakin gugup."Gimana kabar kamu?" Dia bertanya seperti kami tinggal berjauhan saja."Delima baik-baik aja, Mas.""Udah lebih tenang?""Iya, Mas. Makasih ya, atas perhatiannya.""Iya, Mas jadi khawatir karena kamu ngurung diri terus.""Iya, maaf. Udah buat Mas khawatir.""Oh, iya. Kamu ke sini untuk...." Mas Deni menggantung ucapannya."Delima mau bantuin Bik Inah, Mas. Nggak boleh, ya?""Eh, bukan, bukan. Boleh, kok. Mau datang kapan aja boleh. Mas mal
Baca selengkapnya
Part58
"Seperti yang kamu lihat. Mas Selalu sendiri, kan? Mas nggak punya pacar.""Iya, tapi kan Delima nggak pantes buat Mas Deni. Delima cuman orang kampung yang nggak punya pendidikan apa-apa.""Buktinya kamu pantes buat Raka. Memang apa bedanya Mas, sama Raka?"Aku terdiam. Ucapan Mas Deni benar. Mas Deni dan Mas Raka sama-sama orang kaya. Bahkan mereka satu keluarga. Lalu apa bedanya? Aku bisa menikah sama Mas Raka. Kenapa tidak mungkin dengan Mas Deni?"Anu, Mas. Itu. Delima....""Anu lagi, anu lagi." Mas Deni kembali mengusap tengkuknya. Aku tertawa kecil melihatnya dengan kegugupanku sendiri."Kalau Mas Deni suka sama Delima, terus mau apa?" tanyaku tanpa sadar. Ya, ampun. Aku langsung menutup mulut. Kenapa sekarang aku yang terlihat agresif?"Ya jadi pacarlah. Calon istri. Kamu mau nggak nikah sama Mas?"Duh, belum seminggu berpisah, Mas Deni sudah melamarku? Rasanya sangat berbeda pada saat Mbak Silvi yang melakukannya. Ada rasa bahagia di hatiku. Merasa benar-benar dihargai dan in
Baca selengkapnya
Part59
Aku begitu terkejut mendengar ucapan Mama. Tiba-tiba saja timbul rasa bersalah di hatiku. Aku tak dapat lagi menahan air mata, membayangkan bagaimana perasaan Mbak Silvi saat ini. Apa lagi yang sedang terjadi pada mereka?Terakhir kali saat masuk rumah sakit, Mbak Silvi dan Mas Raka bertengkar hebat. Apa kali ini terjadi lagi? Atau jangan-jangan Mas Raka masih menyalahkan Mbak Silvi atas perceraian kami? Atau malah membahas lagi soal utang piutang itu?Aku langsung masuk dan bersiap-siap. Rasanya baru saja aku ingin mulai menenangkan diri dari semua masalah. Baru sebentar saja aku dapat merasakan kebahagiaan bersama laki-laki yang aku sukai. Tapi tiba-tiba saja mendapatkan berita duka seperti ini. Wajah Mama tampak pucat. Mama juga pasti merasa sangat terpukul. Meski anak Mbak Silvi bukanlah cucu pertama yang paling dinanti, tapi hati Mama juga pasti merasa sangat sakit. Terlepas dari hal-hal yang sudah membuatnya marah, namun tampak jelas bahwa dia begitu menyayangi menantu wanita s
Baca selengkapnya
Part60
Bukannya aku tak punya perasaan, hanya saja aku lebih mementingkan pekerjaan dan menjaga Bue saja. Saat laki-laki itu berpaling, dan memacari wanita lain, aku cemburu. Tapi tak bisa berbuat apa-apa. Marah pun tidak boleh. Takut ditertawakan karena merasa aku bukan siapa-siapanya. Begitu juga dengan Mas Raka. Sempat merasa cemburu dan perih di hati ini saat melihat dia bermesraan dengan Mbak Silvi. Lagi-lagi aku hanya bisa diam dan menahan perasaan seorang diri."Cemburu sama siapa? Sama Raka?" Mas Deni langsung menebak. Mukanya kembali cemberut."Bukan, bukan." Sanggahku cepat."Terus? Emang kamu pernah cemburu sama laki-laki lain?" Aku mengangguk. Dia semakin merengut."Siapa?""Anu, itu.""Kan, anu-anuan lagi.""Anu, Mas. Itu. Wanita cantik yang jagain tokonya Mas Deni. Suka curi-curi pandang sama Mas Deni. Mas Deni pacaran sama dia, ya?"Akhirnya bisa juga kuutarakan perasaanku padanya. Saat aku diajak ke kantornya waktu itu, ada seorang gadis yang terus memandang ke arah kami. Ak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status