Semua Bab Istri Kedua Tak Berarti Pelakor: Bab 91 - Bab 100
112 Bab
Season 2 - Kerjasama
Isna duduk berhadapan dengan Rangga, di ruang kerja pria itu. Tadi siang Aska sudah tiba di Jakarta, bersama Isna dan pengasuh Aska. Tidak ada sesuatu hal yang merugikan terjadi pada Aska, tapi Rangga sengaja memanggil Isna untuk bicara.Isna sedang berpikir apa kesalahannya sampai harus berada di situasi seperti terdakwa. Rangga terlihat menatap tajam pada Isna.“Ada apa sih, bikin aku takut aja,” ujar Isna.“Ck, kamu itu bener-bener susah dikasih tahu. Keras kepala,” sindir Rangga. Baru saja pulang dari kantor, memang berniat bicara dengan Isna setelah kepulangan mereka di Jakarta.“Kak, please deh. Kalau bicara itu to the point, aku nggak paham dengan maksud Kak Rangga,” jelas Isna.“Bagaimana Aska selama di Bali?”“Baik,” jawab Isna singkat sambil memutar bola dunia yang ada di meja kerja Arjuna.“Isna, sekarang kita bicara tentang kamu bukan tentang Aska lagi,” seru Rangga.“Memang ada apa denganku, perasaan nggak ada masalah.”Rangga sudah mengambil alih peran Harsa setelah pri
Baca selengkapnya
Season 2 - Teman?
Klien Isna menjelaskan permintaan keluarga mengenai model busana dan gaun untuk seragam perhelatan keluarga besar Wijaya. Salah satu keluarga pengusaha yang cukup ternama.“Jadi untuk acara pertunangan, Mbak Isna persiapkan gaun untuk mempelai dan keluarga inti. Sedangkan untuk resepsi, seragam untuk para bridesmaid saja.”Isna mendengarkan arahan dari pihak keluarga dengan baik, tidak ingin mengecewakan atau salah dalam mengeksekusi permintaan pelanggannya.“Ibu Isna tau nggak siapa mempelainya?” tanya asisten Isna saat klien mereka sudah undur diri.“Nggak, kenapa gitu?”“Putri bungsu keluarga Dharmendra. Di acara itu sekaligus perayaan kembalinya putra mereka yang hilang,” jelas Nia asisten Isna.“Masa sih, macam cerita novel aja. Pewaris yang hilang,” canda Isna.“Ih, bener loh Bu. Lagi ramai loh di pemberitaan online dan media sosial, kembalinya penguasa keluarga Dharmendra.”Isna tersenyum mendengar penjelasan Nia, seraya berpikir karena merasa tidak asing dengan nama itu.“Bali
Baca selengkapnya
Season 2 - Ansel Dharmendra
“Iya, teman Tante Isna. Om Ansel, ayo hubungi dia,” pinta Aska.“Isna, kamu bohongi Kakak?”“Tidak, kita ketemu di Bali tidak sengaja Kak dan aku sudah pernah bahas juga dengan Kak Rangga.”Rangga menatap Isna mencari celah kebohongan di sana tapi tidak ada. Jelas apa yang dikatakan oleh Isna benar adanya.“Air terjun? Maksudnya apa?” tanya Rangga lagi.“Hm, Aska di ….”“Diajak lihat air terjun Pah, tapi Tante marah dan nggak boleh kita berangkat. Padahal pasti seru, kita ke Bali lagi ya Pah. Aku mau ke air terjun.”“Hm.”Isna beranjak dari sofa, bergabung dengan Hayati. Tidak ingin Rangga lagi-lagi menuduhnya macam-macam karena masalah Ansel.“Ada apalagi?” tanya Hayati sambil menyiapkan hidangan.“Tau tuh, Kak Rangga yang aneh-aneh.”“Yang aneh kamu, Isna,” pekik Rangga. “Libur begini harusnya dengan keluarga bukan sendirian ga jelas,” ejek pria itu pada Isna. Sindiran Rangga untuk Isna agar perempuan itu mau membuka hatinya kembali dan membangun rumah tangga seperti sebelumnya.“I
Baca selengkapnya
Season 2 - Bukan Salahku
“Ansel,” ucap Isna. Pantas saja dia merasa tidak asing dengan nama keluarga itu. Karena nama belakang Ansel adalah Dharmendra.“Aku harus pergi dari sini, jangan sampai Ansel melihatku,” gumam Isna.Saat ini sedang berlangsung ramah tamah, Isna mempergunakan kesempatan itu untuk beranjak pergi. Saat sebagian tamu undangan menikmati hidangan atau ada yang saling menyapa untuk memperluas jaringan bisnis dan usaha.Sebagian besar tamu undangan adalah pengusaha dan rekan bisnis keluarga Dharmendra.Isna menyelinap menuju pintu utama, tapi urung dan berbalik arah karena ada Ansel dan Ayahnya di sana.“Bu Isna,” panggil Nia.Isna bergegas menghampiri Nia agar gadis itu tidak memanggilnya lagi. Isna berniat mengajak dua stafnya untuk segera meninggalkan tempat acara.“Bu Isna ditunggu Nyonya Dharmendra, katanya mau berfoto untuk endorse dan koleksi apa gitu,” tutur Nia.Isna menoleh ke arah di mana Ansel berada. Merasa aman karena Ansel tidak berada bersama adiknya yang melakukan pertunangan
Baca selengkapnya
Season 2 - Tidak Bisa Bersama
Ansel tidak menyiakan kesempatan di hadapannya. Dia menyesap bibir pink yang terlihat menggoda dan ternyata Isna tidak menolak bahkan menyambutnya. Entahlah jika Isna dalam keadaan sadar, bisa jadi Ansel sudah dilempar sandal.Isna bahkan mengerang di sela pagutan yang terjadi, apalagi tangan Ansel sudah menjelajah di tubuh Isna. Aktivitas yang sudah lama tidak mereka lakukan dan Ansel sangat mendambakan hal ini.“Isna,” bisik Ansel saat pria itu menjelajah di sekitar leher dan bahu Isna. Gaun yang dikenakan Isna perlahan dilepaskan oleh Ansel sehingga menyisakan penutup tubuh berenda dan segitiga di bagian bawah.“Isna, aku tidak akan berhenti,” bisik Ansel lagi dan mulai menyesap beberapa area dan meninggalkan jejak kerlap-kerlip keunguan.Kedua mata Isna terpejam tapi wanita itu mendessah dan mengerang menikmati sentuhan tangan dan indra perasa Ansel di tubuhnya. Pria itu benar-benar membawa Isna melayang dan terbang setelah tubuhnya sudah benar-benar polos.Apalagi saat Ansel berm
Baca selengkapnya
Season 2 - Kondisi Malika
Isna sudah dalam perjalanan menuju bandara. Setelah kepergian Ansel, dia meratapi kembali hidupnya. Apalagi perkataan Ansel sungguh menusuk hatinya, Isna bahkan tidak turun untuk sarapan pagi dan keluar hanya saat cek out.Jika kedua rekan Isna sangat bahagia bisa bekerja sambil menikmati perjalanan mereka di Bali, berbeda dengan Isna. Menyesal menerima pekerjaan tersebut dan bertemu dengan Ansel.Tunggu, kalau semalam Ansel dan aku … bahkan dia tidak memakai pengaman. Semoga tidak ada masalah lain setelah ini, batin Isna.Isna membuka ponselnya, melihat kalender dan memastikan kalau kemarin bukan masa suburnya. Tentu saja dia sangat khawatir jika kejadian bersama Ansel malah membuahkan keturunan. Saat dulu dia masih menjadi istri Rama, ISna selalu mengkonsumsi pil untuk menunda kehamilannya.Setelah sampai di rumah, Isna menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Tubuhnya masih merasakan tidak nyaman, entah berapa lama dia dan Ansel menyatukan diri sampai merasakan remuk redam. Terdengar ket
Baca selengkapnya
Season 2 -Jangan Tinggalkan Aku
Malika sudah berada di kamar rawat inap, di mana Rangga dan Isna ikut menunggu. Bukan hanya jarum infus yang terhubung pada tubuh Malika, tapi selang oksigen dan alat yang memastikan fungsi jantung wanita paruh baya itu.Isna dan Rangga semakin khawatir dengan kondisi Malika, karena semakin ke sini terlihat semakin tidak sehat. Fisik Malika semakin buruk setelah Harsa Adam mulai bermain api dengan wanita lain, yang mana wanita itu ternyata ibu Hayati.Walaupun terucap dia baik-baik saja dan tidak peduli kalau Harsa meninggalkannya, kenyataan berbicara lain. Malika mulai sakit-sakitan, bahkan pernah beraktivitas menggunakan kursi roda. Sampai saat ini kondisinya semakin tidak baik.“Tidurlah, Bunda pun sedang istirahat. Biar aku yang menunggu,” titah Rangga.Isna tidak menolak, tubuhnya memang perlu dibaringkan. Apalagi perutnya terasa diaduk, setelah tadi memaksakan diri untuk makan.Esok pagi, Isna masih berbaring di ranjang khusus penunggu pasien. Hayati datang membawakan pakaian ga
Baca selengkapnya
Season 2 - Kepergian Bunda
Kediaman Adam sudah mulai ramai, para pekerja di rumah itu sudah mengkondisikan untuk menyambut kedatangan jenazah dan para pelayat. Isna masih duduk di ranjangnya bersandar pada headboard dan memeluk bingkai foto Malika.Kedua pipinya basah dan matanya sembab. Hayati baru saja datang dan bergegas menemui Isna. Aska dan Alka berada di kamar Aska bersama pengasuhnya.“Isna,” panggil Hayati.Isna menoleh, “Hayati, Bundaku ....”Kedua wanita itu saling berpelukan dan menangis. Hayati sebagai menantu tentu saja merasa kehilangan. Malika adalah Ibu mertua yang baik bahkan menerima Hayati dengan lapang dada. Padahal Hayati adalah putri dari wanita yang sudah merebut suaminya.Sedangkan Isna menangis karena kehilangan, dia sudah tidak bisa menumpahkan rasanya kepada Malika. Apalagi kenyataan saat ini, Isna sedang mengandung. Tentu saja membuatnya semakin sedih.“Mas Rangga bilang kamu harus bersiap. Akan banyak kerabat dan pelayat yang hadir. Tidak sopan kalau kamu tidak ikut menyambut,” tut
Baca selengkapnya
Season 2 - Kehamilan Isna
Sudah tujuh hari kepergian Malika, Rangga dan anak-anaknya masih tinggal di kediaman Adam. Rangga sempat mengusulkan pada Hayati untuk kembali tinggal di rumah itu bersama Isna. Walaupun belum ada kata sepakat. Hayati masih ragu untuk menyampaikan kondisi Isna yang sedang hamil.Isna saat ini sudah rapi siap berangkat setelah seminggu berada di rumah.“Sarapan dulu, aku sudah buatkan sup tom yam. Kuahnya segar, tidak akan buat kamu mual,” seru Hayati pada Isna yang berdiri menatap hidangan di meja makan.“Iya tante, sarapan dulu. Kata Bunda, kalau aku tidak sarapan nanti tidak konsen karena rasa lapar. Tante kalau tidak makan nanti nggak bisa kerja, terus nggak dapat uang dan aku nggak diajak main lain,” tutur Aska.Isna mengacak rambut Aska lalu ikut duduk di samping Aska.“Iya deh, tante sarapan dari pada nanti nggak konsentrasi saat bekerja,” ujarnya pada Aska.Hayati tersenyum melihat interaksi Aska dan Isna, apalagi Isna pagi ini menghabiskan sarapannya dan terlihat lebih segar.
Baca selengkapnya
Season 2 - Keputusan Isna
Saat ini Rangga berada di ruang kerjanya, memikirkan apa yang disampaikan dokter. Rangga tidak membicarakan hasil pemeriksaan pada Isna. Membiarkan adiknya beristirahat dan berencana bicara esok hari. Tidak menduga kalau Isna akan mengalami hamil di luar nikah. Merasa gagal sebagai seorang kakak, dia tidak bisa memastikan keamanan Isna.Bahkan saat Hayati mengantarkan kopi, tidak banyak yang diucapkan oleh Rangga. Hayati sengaja membiarkan Rangga sendiri.“Tidak mungkin Rama,” gumam Rangga. “Mereka berpisah dan sudah tidak memiliki rasa. Apa pria itu, yang pernah menemui Isna di Bali?" Rangga pun mengingat kapan dia mendapatkan informasi Isna bertemu dengan pria yang menjadi orang ketiga saat masih berumah tangga dengan Rama.“Hampir tiga bulan yang lalu, bisa jadi dia dan Isna ….”Rangga tidak habis pikir, Isna sengaja menutup rapat kondisinya. Sedangkan yang namanya kehamilan tidak akan bisa ditutupi. Semakin lama akan semakin terlihat kondisi perut yang semakin besar.“Halo, Pak R
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status