Semua Bab Bos Arogan itu Mantan Pacarku: Bab 101 - Bab 110
127 Bab
bab. 101 Nekat
Tanpa pikir panjang, aku meninggalkan kamar hendak berlalu, hingga teriakan atas namaku itu terdengar dan aku menghentikan Langkah.“Nona Vivian mau kemana?”“Ke kantor Haikal.”“Tuan berpesan, untuk mengantar nona kemanapun.”“Baiklah, cepat antar aku.”Aku menunggu di depan gerbang, hingga sebuah mobil berwarna putih itu mendekat, bergegas aku masuk ke dalamnya, dan meminta lajunya untuk dipercepat.“Pak Tejo, bisa tidak jika laju mobilnya dipercepat?”Aku menatap speedometer yang maksimal hanya mencapai di 60km/jam, tak pernah lebih dari itu.“Maaf, Nona. Saya tidak berani. Tuan berpesan untuk membawa nona dengan berhati-hati, gak boleh ngebut.”“Tapi, pak, ini tentang nyawa seseorang.”“ini juga tentang nyawa saya, Bu, kepala saya jadi taruhannya. Saya gak berani.”Lagi-lagi pak Tejo mengelak, hingga kendaraan roda empat ini berjalan layaknya siput dengan kaki yang tertusuk jarum, begitu lambat.Bayangan reynan yang bersimbah darah, terus saja membuatku ketakutan, hingga hampir se
Baca selengkapnya
bab. 102 Butuh Penjelasan
“Om Gunawan,” ucapku lirih.Lelaki itu tampak menoleh, menatapku datar dan kembali focus menatap ke depan. Terlihat dingin dan misterius, hingga kusadari, sebuah gagang pistol terlihat di saku celana, bersamaan dengan telapak tangan yang masuk ke saku itu. sedetik kemudian bayangannya mulai lenyap bersamaan pintu lift yang tertutup.Tubuhku mengeluarkan keringat dingin, rasanya lemas, seluruh tenaga seperti luruh, hingga sekedar melangkah terasa berat. Aku pikir seorang mafia kejam yang tega menghabisi nyawa orang lain hanyalah sebatas film action dan cerita thriller, tapi kali ini, aku benar-benar melihat ia, meskipun tidak dnegan aksinya. Tidak, tidak, aku harap sampai kapanpun tak akan pernah melihat aksinya.“Vivian ….” Seorang lelaki penghuni lanatai ini tengah menangkap tubuhku yang hendak ambruk, jika ia tak dataang tepat waktu, mungkin saja tubuh kurus ku ini telah menyentuh ke lantai dengan sempurna.“Viv, kamu baik-baik saja kan?” tanya haikal yang tampak khawatir denganku.
Baca selengkapnya
bab. 103 penjelasan
Lelaki itu tampak terdiam, tak berani membalas tatapanku, hanya menunduk, sepeti enggan memberikan penjelasan kepadaku. Bahkan sepertinya ia memang sengaja merahasiakan itu.“Eksekusi apa, haikal?” Kembali kuulang pertanyaan yang belum terjawab.“Kenapa butuh sekali jawaban itu, Viv?”“Yang aku butuhkan jawaban, haikal. Bukan dengan pertanyaan yang kembali kau lontarkan.”Lelaki itu masih menunduk, berjalan dengan sayu dan meraih tempat duduknya. “Ap aitu begitu penting?”“Tentu. Aku ingin tahu, apa yang lebih penting dariku, sehingga kamu lebih mementimgkan masalahmu. Bukankah katamu, aku adalah orang pertama yang akmu prioritaskan?”Lelaki yang sudah duduk sempurna itu menoleh ke arahku, menerbitkan senyuman yang lebar dnegan binar mata kebahagiaan. “Apa artinya kamu cemburu, Viv?”“aku tak butuh pertanyyan, Haikal. Yang aku butuhkan adalah jawaban.”“Maafkan aku, Viv.”“Maaf untuk ….?”“Kamu tak akan senang mendengar penjelasanku.”Deg. Bayangan tentang reynan kini kembali mengisi
Baca selengkapnya
bab. 104 jebakan
“Kamu tahu dari mana, Viv?”“Itu tak penting haikal, yang aku butuhkan saat ini hanyalah jawaban darimu.”“Maafkan aku, semua itu tentang reynan.”Senyum miring terbit di bibirku, bersamaan dengan rasa sakit yang menyeruak di dadaku. Aku benar-benar tak menyangka dengan pikiran haikal yang terlalu cetek, dan menghalalkan segala cara. Ia ternyata tak sungguh-sungguh berubah.“Reynan …?”Lelaki itu mengangguk, hingga membuat ekspresiku mendadak berubah, begitu khawatir dengan keadaan lelaki yang masih saja duduk di tahta hatiku.“Dia baik, dan aku pastikan dia akan selalu baik-baik saja.”Aku terdiam, sama sekali belum bisa mencerna apa yang terjadi, hingga beberapa detik kemudian terdengar salam dan ketukan pintu dari luar.“Masuklah,” teriak Haikal.Seorang wanita dengan pakaian sexy dan tubuh sintal itu masuk ke dalam ruangan, mengenakan liptik merah menyala dan shadow warna terang.“Maaf, Pak, mengganggu. Saya hanya mengingatkan, rapat akan dimulai lima menit lagi, bapak sudah ditun
Baca selengkapnya
bab. 105 Aksi Om Gunawan
‘Ya Tuhan, apa ini adalah jebakan? Haikal meminta om gunawan menghabisi reynan sekarang?’Ketika kaki ini hendak melangkah, dering ponselku terdengar, tertulis nama haikal.“Viv, kamu dimana?” tanya haikal yang tampak khawatir.“Viv, dengar aku kan? Jawab aku sekarang. Kamu dimana?”“Vivian …!”Aku tak mempedulikan ucapan haikal, bahkan sama sekali tak menjawab panggilannya meskipun ponsel itu masih berada di dekat telingaku.“Viv, aku mohon, berlarilah zig zag, aku mohon, Viv,” ucapan itu berganti dengan isak tangis, hingga membuatku keheranan.“Viv, kamu masih mendengar aku kan, larilah, dengan jalan zig zag.”Aku masih tak mampu memahami, hingga tiba-tiba dari tangan om gunawan memperlihatkan pistol yang mengarah ke reynan. Seperti siap siaga untuk menunjukkan ahli dari lelaki berdarah dingin itu.Aku menggeleng, dan terus berteriak menyerukan nama lelaki yang masih duduk menatap danau, sepertinya ia sama sekali tak menyadari kedatanganku maupun kehadiran om gunawan yang mengancam
Baca selengkapnya
bab. 106 POV Haikal (kedatangan Indra)
Kutatap gadis cantik dalam ponselku, dari sorot mata itu aku tahu ada Bahagia yang luar biasa di dalamnya. Kebahagiaan yang tak akan mungkin tercipta jika bersamaku.“Viv, kamu cantik sekali kalau tersenyum,” ucapku sambil membelai rambut yang tercipta dalam potret ponselku. Ia tersenyum dengan rambut panjang yang terangkat oleh angin, dengan view pantai di belakangnya.Jika dibilang cemburu, sudah pasti iya. Lelaki mana yang tak akan cemburu jika istrinya berjalan dengan lelaki lain, tapi dibalik itu semua, aku tak bisa menyalahkan Vivian karena aku sendiri yang memaksanya untuk menikah denganku, aku harus menerima setiap konsekuensinya.Berdamai dengan hati itu tidak mudah, apalagi jika menyangkkut dengan rasa cemburu tapi sebisa mungkin aku harus kuat, demi Vivian, dia adalah prioritas diatas priotas, dia adalah nyawa yang tanpanya aku tak bisa bernafas.Setengah umurku kuhabiskan untuk memebncinya, tapi disaat itu juga justru aku tersiksa dengan rasa cinta kepadanya.“Pak, ini Ann
Baca selengkapnya
bab. 107 POV Haikal (Debat )
“Sejak kapan pak Haikal jadi mlempem seperti ini? Sejak bersama nona Vivian kah? Jika Reynan jatuh Cuma karena cinta, aku harap pak Haikal tak berakhir dengan suka yang sama.”Lelaki itu melenggang begitu saja tanpa tahu sopan santun.“Pak Haikal, tahu tidak krupuk yang jatuh dalam lautan, seperti itulah bapak sekarang, hambar tanpa rasa.” Lelaki itu terkekeh. “Saya tunggu transferan secepatnya,” ucapnya ketika masih diambang pintu, hanya terlihat kepala yang masuk ke dalam ruangan dengan tubuh sudah berada di balik pintu. Belum juga drama tentang Indra usai, ponselku berdering dengan nama Om Gunawan, saudara dari papa yang rasanya sudah lama sekali tak saling bersapa. “Hallo, Om ....”“Haikal, gimana kabarnya? Lama kita tidak jumpa.”“Saya baik, Om.”“Katanya kamu sudah nikah, benar?”“Iya.”“Kenapa tidak memberi kabar?”“Maaf, Om, pernikahannya hanya sederhana, akad nikah saja tanpa resepsi.”“Om mau bertemu kamu. Bisa?”“Bisa, Om. Aku ada di kantor, datang saja kemari!”“Baiklah,
Baca selengkapnya
bab. 108 Pov Haikal (Pencarian Vivian)
Vivian datang tanpa kuduga. Bahkan tanpa sedikitpun memberi kabar kepadaku, terlalu surprise untukku mentap wanita secantik ini di kantor. Ia tengah berdiri mematung di depan lift, seperti memikirkan sesuatu, yang aku Yakini bukanlah aku yang ada dalam pikirannya.“Vivian.” Kurengkuh tubuh itu ketika ia hendak ambruk. Entah kenapa, beberapa hari ini ia seperti tak memiliki keseimbangan, tatapan matanya sering kosong, dan tampak memikirkan suatu hal yang berat.“Viv, are you okay?”Pertemuan singkat kami justru berakhir dengan pertengakaran. Aku yang berpikir, Vivian tak mengetahui apapun, nyatanya ia tahu segalanya, bahkan tentang indra. Sebagaimana kita menyimpan bangkai, suatu saat akan tercium juga. Dengan sorot mata tajam ia mengintimidasiku, menagih penjelasan yang harusnya aku beritahukan kepadanya jauh hari. Diposisi ini aku mulai sadar, sejauh apa, aku berusaha mendapatkan hati Vivian, tapi hati wanita itu tak pernah tersentuh karena ku.Vivian pamiit Ketika tahu ada rapat kan
Baca selengkapnya
bab. 109 pov haikal (Tentang Vivian)
“Viv, aku mohon berlarilah zig zag, aku mohon viv.”Wanita yang tengah memegang ponsel itu tak merespon, masih terdiam dengan tubuh yang terpaku dengan bumi.“Viv, kamu masih dengar aku kan? Larilah dengan zig zag.”Wanita itu masih tak merespon, hingga beberapa detik kemudian berteriak dengan mengarahkan pandangan ke depan.“Vivian …” teriakku sambil berlari ke arahnya. Hingga kurasakan tubuhku terguncang dengan rasa sakit yang teramat sangat. Kutatap wajah wanita yang kudekap, aku tersenyum Ketika melihat ia masih terpejam.‘Aku harap kamu akan selalu baik-baik sjaa, Viv,’ batinku.Perlahan mata itu membuka, dan kudapati manik mata indah itu menatapku dengan sayu. Dari tatapan yang ia lontarkan ke arahku, aku mampu menyimpulkan bagaimana khawatirnya ia denganku.“Teruslah peluk aku, Viv, aku mohon …,” ucapku dengan segala kekuatanku.Benar saja wanita itu mmebalas pelukan, hingga kulihat wajah lelaki yang yang menjadi pelaku dari semua ini masih menatap kami.Door …Kulayangkan temb
Baca selengkapnya
bab. 110 Kehilangan
Tubuh Haikal tersentak, dengan darah yang keluar dari bibirnya, membasahi bibir tebal yang kini berwarna merah segar. “Haikal,” ucapku lirih. Hanya doa yang mampu kupanjatkan untuk lelaki di pangkuanku ini. Lelaki yang selama ini selalu keberikan penderitaan, meskipun aku tahu dia selalu berusaha membahagiakanku. Kedua pelupuk mata itu membuka. Kosong. Lalu kembali terpejam. “Rey, bisa dipercepat tidak laju kendaraannya?” Protesku. Untuk sesaat aku menatap jalanan, dan kembali fokus menatap wajah pucat di depanku. Kuhapus darah segar yang membasahi bibirnya, berharap laki-laki ini bisa kembali sehat sepeti semula.‘Haikal, kamu bodoh. Kenapa harus berbuat seperti ini? Harusnya aku yang terbaring seperti ini, bukan kamu,' batinku kesal dengan diri sendiri. Laju kendaraan mulai terhenti, dan kutatap lewat jendela mobil. Kami sudah masuk dalam lingkungan rumah sakit, tepatnya berada di depan ruangan IGD. Pintu mobil dibuka dari luar. Lalu Haikal dijemput oleh perawat dan di ba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status