Semua Bab Bos Arogan itu Mantan Pacarku: Bab 111 - Bab 120
127 Bab
bab. 111 Penyesalan
Dengan tumpuan Reynan, aku kembali menatap jendela ruangan. Di sisi sana, seorang lelaki yang tak berdaya tengah di tutup kain putih. Hatiku terhenyak, ulu hatiku berdenyut. Kurasakan lara yang semakin ketara. Tak kupungkiri, aku merasa kehilangan tatkala melihat tubuh yang terbujur itu akan masuk ke dalam keabadian. Pintu ruangan terbuka, dan beberapa detik kemudian lelaki berseragam putih yang menangani Haikal menghampiri. Ia meminta maaf, karena tak mampu menghadirkan Haikal di sisi kami. Meskipun aku tahu. Beliau juga berusaha keras untuk membantu. Dengan tangan yang masih di genggam erat oleh Reynan, aku melangkah masuk meskipun berat. Kutatap tubuh yang terbujur dan tertutup itu, air mataku terus luruh dengan bayang-bayang Haikal yang selalu menyapa pikiranku. Ia merelakan nyawanya demi wanita tak tahu balas Budi ini. “Haikal ...,” ucapku lirih sambil membuka sedikit kain yang menutupi wajahnya. Wajah pucat itu seperti tersenyum, seakan bahagia berada di alam yang lain. “H
Baca selengkapnya
bab. 12 Pertanyaan lesta
“Bu Vivian, apa jenazah pak haikal mau diantar ke rumah duka sekarang?”Aku bergegas menutup ponselku, takut jika pertanyaan perawat rumah sakit terdengar olehnya.“IYa.”Aku kembali menempatan benda yang kupegang ke dekat telinga, seusai perawat itu berlalu.“kak Vivian, apa yang lesta dengar tidak salah?” tanyanya dengan intonasi yang berbeda. Suara ceria itu mulai lenyap.“I-iya, Les,” ucapku berhati-hati. Aku tak ingin kalimat yang terucap dari bibirku menyakiti hati, apalagi mentalnya. Meskipun aku tahu, kabar ini pasti akan membuatnya terpukul.“Kak Vivian lagi bercanda kan?” tanyanya yang kini mulai terisak. Akupun sama, air mata yang tadinya tertahan kini kembali lolos.Hingga panggilan itu berakhir dengan saling menyemangati satu sama lain.**Mobil ambulance berhenti di depan rumah, dan beberapa petugas membawa tubuh yang sudah tak bernyawa itu untuk masuk. Lesta tengah menunggu, mengenakan pakaian serba hitam dengan jilbab pashmina yang ujungnya dililitkan ke belakang.Lest
Baca selengkapnya
bab. 113 Lelaki misterius
“kak Vivian, sebenarnya apa yang terjadi, kak haikal meninggal karena apa?” tanya Lesta yang membuat langkahku terhenti.Aku terdiam, bingung sendiri harus berbicara apa.“Kak, kak Vivian dengar kan?” tanyanya lagi memastikan pertanyaannya.“Dengar, Les. Kakak ceritakan di mobil ya,” ucapku sambil menggenggam tangannya.Kami berjalan bersama, menuju mobil yang kita tumpangi terparkir.Alisa duduk di depan, bersebelahan dengan reynan yang menyetir, sedangkan lesta duduk di jok belakang bersamaku. Ia terus dalam pelukanku, dengan rambut panjang yang terus kubelai.“Sebelumnya, kakak minta maaf ya, Les, karena kepergian kak haikal karena aku.”“Karena kak Vivian? Apa maksudnya?” tanyanya lirih, yang sepertinya enggan menjawab.“Karena haikal menolong kakak, ada yang ingin berbuat jahat kepada kakak, hingga haikal terus membantu, dan merelakan dirinya.”Sesaat gadis kecil it tersenyum tipis, “Kak haikal beneran cinta mati sama kak Vivian,” jelasnya yang membuat hatiku teriris. Aku merasa
Baca selengkapnya
bab. 114 Tertembak
Tubuhku terperangkap, bersamaan dengan mulut yang kini tertutup sebuah telapak tangan. Dipaksanya aku sedikit menjauh dari lelaki yang kuincar, masih dengan posisi ia yang memelukku dari belakang.'Jika hari ini adalah takdir ku untuk meninggalkan dunia ini, aku harap kedua adikku bahagia, begitupun dengan Reynan, dan semoga saja semua masalah telah usai dan kembali damai.'Cengkraman tangan yang tadinya kuat kini mulai melemah, aku sedikit menoleh ke belakang, dan mendapati laki-laki berpakaian mirip dengan laki misterius tadi. Berpakaian serba hitam dengan topi yang sedikit ditundukkan, kacamata hitam beserta masker gelap pun turut menjadi asecoris yang dikenakannya. Dari parfum yang dipakai, aku sangat mengenal jika dia adalah ...."Diamlah, Viv," ucapnya sedikit berbisik. Ia mengangkat sedikit topinya dan menggeser kaca mata itu sedikit ke bawah. Tatapan mata tajam dengan ekspresi penuh rasa khawatir itu begitu tampak, lalu ia kembali memakai kacamata hitam itu di posisi yang sam
Baca selengkapnya
bab. 115 rayuan Reynan
Lelaki yang tadinya terlempar dengan tembakan kini bangkit, begitupun beberapa orang yang tiba-tiba keluar dari posisi kanan, kiri, dan depan rumah, di semua sakunya tampak sebuah senjata api yang tersemat. "Sial, tembakan kita tidak mengenai lawan," ucap salah satu diantara mereka. Lelaki yang tadinya tertembak, sepeti menatap ke pakaian yang di kenakannya. Aku baru sadar pakaian serba hitam yang dikenakan, bersamaan dengan para lelaki lain dan termasuk Reynan adalah pakaian yang sama dan sudah dilengkapi anti peluru. "Rey, Indra pasti akan datang lagi," ucapku menatap lelaki di dekatku. "Sabarlah, Viv. Aku akan selalu menjagamu," ucapnya sambil memeluk tubuhku. Wangi aroma parfum Reynan, menguar di indraku. Apakah aku salah sedekat ini dengan lelaki lain? Sedangkan saat ini statusku adalah janda ditinggal mati. Pelukan erat, bersamaan dengan belaian tangan yang menyisir rambut panjangku, sedikit menenangkanku saat ini. Meskipun aku tahu Indra pasti akan kembali menyerang kami.
Baca selengkapnya
bab. 116 membentak Rey
Aku tersenyum tipis, pujian dari reynan benar-benar mampu membuatku terbang, bak kapas putih yang diterpa angin, meskipun tak tahu akan kemana semua akan berlabuh.“Viv, segera tidur ya! Jaga kesehatanmu.”“terima kasih.”Aku kembali merebahkan diriku, menatap langit-langit kamar rumah ini. hal yang biasa kulakukan sebelum tidur dengan irama dengkuran dari lelaki di sebelahku. Aku menoleh, dan kosong. Ada rindu yang tak akan mampu untuk diobati, rindu yang hanya mampu mengenang, dan benar-benar tak akan lagi mampu menyapa. Rindu yang terasa berat, dan hanya mampu direngkuh untuk doa, rindu berbeda dunia.“Haikal, surga untukmu,” ucapku lirih.Kucoba memjamkan mata, namun pelupuk mata ini seperti enggan untuk menyatu. Bayangan reynan datang bersamaan aroma tubuh yang terkesiap dari balik pakaian yang dikenakan. Masih jelas kuingat, Ketika aku menoleh ke arahnya, dan menatap wajahnya dengan dekat, pipi dengan pori yang sedikit membuka, dan beberpa komedo di ujung hidungnya. Aku yakin se
Baca selengkapnya
bab. 117 kondisi Lesta
Aku menatap adik kecilku yang tengah terbaring di ranjang rumah sakit, tubuhnya telihat menggigil dan kejang. Dokter sedang melakukan tindakan dan aku hanya mampu berdoa untuk kesembuhannya, menatap ia dari balik jendela yang sama seperti saat aku menatap haikal.Pikiranku terus melaju dengan hal yang terburuk, aku tak akan bisa jika lesta benar-benar pergi dari dunia ini. Aku berhutang banyak kepada ia dan haikal, dan aku adalah penyebab dengan semua yang terjadi.Reynan berdiri di sebelahku, dengan sesekali menatap ke arah lesta, lalu kembali mengarahkan pandangan ke sekitar. Begitupun dengan dua lelaki berbaju serba hitam yang terus berada tak jauh dariku, mereka bertugas menjaga keamananku dan alisa. Reynan begitu over dalam hal ini, sehingga membuatku sedikit risih.“Kak, aku takut terjadi apa-apa dengan lesta.”Alisa meragkul tubuhku, dengan pelupuk mata yang menahan air bening agar tak terjatuh.“kita berdoa saja ya, Sa. Semoga lesta baik-baik saja.”Tak lama kemudian, lelaki b
Baca selengkapnya
bab. 118 Keributan
Secepat kilat lelaki yang duduk di sebelahku langsung bangkit. Ia berlari keluar, dan akupun mengikuti. Dua orang yang bertugas menjaga keamanan sudah tak ada lagi di pandangan, hanya terlihat sekelibat tubuh yang aku yakini itu Om Gunawan berlari menjauh. Reynan terdiam, ia tak berlari untuk mengejar lelaki misterius itu, takutnya semua adalah strategi Indra, dimana Rey pergi, dan indra akan masuk ke ruangan ini, dan melenyapkan kami semua. Aku tak pernah habis pikir, jika karena harta bisa melakukan tindakan kriminal separah ini, menghabisi nyawa orang lain.Terlihat lelaki di sebelahku yang meraih ponsel di sakunya, mencari nomor di dalamnya dan meletakkan benda tersebut ke dekat telinga. Tak ada jawaban, melainkan dari operator yang menjelaskan nomor yang dihubungi sedang tidak aktif. "Sial, dua orang penjaga pasti sudah di sekap oleh mereka," umpat Rey sambil memukul tembok di hadapnya, melepas rasa kesal. Aku mengelus lembut bahunya, mencoba menenangkan lelaki yang kini waj
Baca selengkapnya
bab. 119 kedatangan Om Gunawan
"Viv, apa tadi ada yang masuk ke kamar kalian?" tanyanya panik. Aku semakin bingung tatkala mengingat perawat tadi masuk dan menyuntikkan cairan obat ke tubuh Lesta. "Iya. Seorang perawat masuk dan memberikan obat. Apa ada yang salah, Rey?"Aku tak tahu lagi, harus bertanggung jawab seperti apa jika keadaan Lesta semakin memburuk karena kecerobohan ku. "Tidak apa, Viv. Aku kira Indra kabur dan masuk kesana.""Maksudmu Indra belum ketemu juga? Bagaimana keadaan di luar? Apa semua baik-baik saja.""Iya, Indra kabur setelah tembakan mengenai lengannya, dan sekarang aku bersama Gunawan.""Om Gunawan?""Aku akan segera datang kesana." Benar saja dalam hitungan menit, Dua lelaki masuk ke dalam kamar, satu lelaki yang paling kucintai dan paling kunanti kedatangannya, dan satunya lagi lelaki yang paling kutakuti. Aku memindai tubuh lelaki itu dari bawah ke atas, takut jika ada senjata bertimah panas melekat di antara pakaiannya. Namun, dari sorot mata kedua lelaki itu seperti tak memil
Baca selengkapnya
Bab.120 Permintaan menikah
Baik Rey dan aku dibuat kikuk kala menatapnya. "Indra sudah ditemukan. Ayo ikut aku," ucap Om Gunawan menatap lelaki di sebelahku. "Kamu mau pergi, Rey?" tanyaku ragu. Masih tersimpan dalam ingatan bagaimana om Gunawan mengarahkan senjata ke arah Reynan, lalu berbalik arah menembakkan timah panas ke arahku, dna berakhir dengan Haikal yang menerima tembakan itu. Masih terekam begitu jelas bagaimana darah Haikal mengalir bersamaan ia yng menutup mata dan menghembuskan nafas terakhirnya. Aku menggeleng, seperti tak ikhlas jika lelaki yang pernah menjadi bos ku itu pergi. "Maafkan aku. Aku janji pasti akan kembali," ucapnya sambil melepas genggaman tangannya perlahan. "Rey," ucapku lirih. Aku begitu takut terjadi sesuatu hal kepada Reynan. Apalagi ia akan pergi bersama om Gunawan, dan hendak bertemu Indra. Mereka berdua adalah musuh, ya g ingin sekali menghabisi Reynan. Reynan masih berjalan mengekori om Gunawan. Hingga punggung keduanya mulai lenyap dari pandangan, ketik melewati
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status