All Chapters of Bos Arogan itu Mantan Pacarku: Chapter 71 - Chapter 80
127 Chapters
Bab. 71 Cemburunya Lesta
“Viv, mau kemana?” langkahku terhenti ketika tangan ini di pegang dengan erat. “Haikal,” ucapku lirih, menatap lelaki berpakaian non formal yang tampak keheranan. Tangannya mengambil beberapa belanjaan yang tadinya aku pegang, ada beberapa stel pakaian beserta sepatu, tidak lupa juga untuk Alisa dan Lesta. “Mau kemana kamu?” tanyanya lagi. “E ... Itu ... Tadi ....” Aku tak jadi menjelaskan, mencoba memahami hati Haikal saat ini. Aku tahu ia pasti akan kembali terluka, jika aku berbicara sebenarnya, melihat seorang lelaki yang persis dengan Rey. Mungkin rindu yang menggebu, dan terus meningkat bak langit ke tujuh ini membuatku terus berhalusinasi seakan-akan kekasihku itu masih ada, dan masih bersamaku. ‘Sadarlah, Viv. Ada hati yang harus kamu jaga,' batinku sambil menatap lelaki yang bersamaku. “Kita ke tempat Lesta dan Alisa dulu ya, sekalian kita lihat hasil pengumumannya.”Aku mengangguk. Bak seorang putri raja, aku berjalan santai dengan tatapan yang terus ke depan, sedangka
Read more
Bab. 72 Tidur dengan Haikal
“Viv, lihatlah. Bintangnya banyak sekali,” ucap Haikal sambil menunjuk langit yang bertaburan dengan bintang, kerlap-kerlip sinarnya begitu indah. Hingga mampu membuatku menyunggingkan senyum menatapnya. Kata orang, seseorang yang sudah tak ad lagi di dunia, mereka menjadi bagian dari bintang di sana, dan semoga saja ada Reynan yang kini melihatku tengah tersenyum bahagia. “Iya,” ucapku. Aku dan Haikal kini tengah berdiri di atas balkon dengan menatap langit, aku mengenakan pakaian tidur dengan atasan dan bawahan berbahan kaos, sedngkan ia hanya mengenakan pakaian pendek dengan kaos tipis. Angin sepoi menyapa, merengkuh kami dalam kesyahduan malam ini.“Kamu tahu, Viv. Lima tahun lamanya aku berusaha membencimu, Namun, selama itu pula justru aku menyakiti diriku sendiri.”Lelaki itu tersenyum tipis dengan pandangan yang masih terpaku dengan bintang bertaburan. “Aku tak pernah menyangka hari ini tiba, aku benar-benar bisa membelaimu. Bisa merasakan kehadiranmu dengan nyata. Aku ba
Read more
bab. 73 Pelukan misterius
“Hari ini aku sengaja ambil libur, Viv. Kamu mau kan kita jalan-jalan?” ucap Haikal sambil menyisir rambutnya yang basah. “Apa gak apa? Bukankah bisnismu begitu penting untukmu?” Aku mencolokkan ujung kabel yang terhubung dengan hair dryer. “Gak ada yang lebih penting dari kebahagiaanmu.” Aku tersenyum, sambil menatap wajahku di depan cermin. Parasku yang cantik kinj tengah tersenyum, mencoba belajar berdamai dengan takdir. “Sinj aku bantu,” ucap Haikal yang kini mengambil barang yang kupegang, di sisirnya rambutku sedikit demi sedikit sambil mengarahkan benda pengering itu ke rambut panjangku yang masih basah. Aku menatapnya dari cermin, lelaki bertubuh tegap tinggi dengan perut yang sedikit buncit itu tampak begitu serius dengan tugas salon dadakannya. Terkadang ia mengalihkan pandangan ke arah cermin, hingga pandangan kami saling beradu, lalu beberapa detik kemudian kami kembali fokus degan apa yang kami lakukan, Haikal mengeringkan rambutku dan aku memoleskan bedak ke wajahku
Read more
Bab. 74 bertemu kembali
“Viv, kamu kemana saja? Aku mencarimu.” Terdengar Suara parau dari lelaki yang begitu kurindu, bahkan tanpa melihatpun aku sudah tahu kalau itu ia, ditambah lagi dengan wangi yang sama dengan aroma khas bos Aroganku. “Viv, aku rindu kamu,” ucapnya sambil mengeratkan pelukan, meninggalkan rasa getir bersamaan dengan rasa sesak di dada. Ada rasa bahagia yang menyeruak, tapi mungkinkah? Atau aku hanya berhalusinasi?“Kamu tidak rindu denganku, Viv?” tanyanya lagi, mendekatkan wajahnya ke pundakku. Bahkan deru nafasnya yang tak beraturan itu pun terasa di tengkuk leher, bersamaan dengan rasa hangat. Aku terdiam, masih mencoba mencerna dengan apa yang terjadi. Menatap ke bawah hingga menampakkan bayangan lelaki yang kini mengeratkan pelukan dari belakang. Aku bahkan sengaja mencubit lenganku untuk memastikan kalau ini nyata. “Selama ini kamu kemana, Viv? Berulang kali aku kerumahmu, tapi kosong. Santoso pun tak tahu menahu tentang keberadaanmu.”Ungkapan ini membuatku tersadar kalau in
Read more
Bab. 75 Kepergian Rey
“Reynan,” ucapku lirih, yang terasa berat kala menatap lelaki itu mulai menjauh.Angin berhembus, menyapu rambutku dan menerbangkan benda panjang nan lebat itu menutupi sebagian muka. Aku masih terdiam, tak ada gerak tubuhku yang berarti, menatap nanar lelaki yang kini terus menjauh. Ada rasa sakit yang menyeruak tanpa aku bisa menjelaskan. Biasanya, rey lah yang paling hobi menyibak rambutku tatkala diterpa angin seperti ini, membelai lembut dengan menyuguhkan senyum indahnya. Saat ini, semua berlalu begitu saja.Rey masih mundur ke belakang, namun focus matanya kini beralih ke jari manisku. Sebuah cincin indah tersemat, bersamaan dengan sumpah setia aku dan Haikal, cincin pernikahan yang baru beberapa hari menemaniku. Mata Rey yang tadinya basah, kini mulai menjatuhkan air mata. Namun, dari bibirnya tak terucap sedikitpun perkataan. Kalimat-kalimat cinta yang biasa ia suguhkan bersamaan dengan mimpi yang harusnya saat ini kita bina.Ingin rasanya aku berlari dan merengkuh tubuh itu,
Read more
Bab.76 Gelagat berbeda Haikal
“Kamu ….” Aku memukul tubuh di depanku. “Kamu … egois.”“Pukul saja, Viv, sekuat yang kau bisa. Itu akan lebih baik untuk mengungkapkan rasa kekesalanmu kepadaku.”Aku Kembali memukul dada bidang itu, kali ini lebih keras dari biasanya, bahkan tanpa sadar pukulan itu mengenai dada kiri haikal, tepat di jantungnya.Lelaki itu tersnyum, bahkan seperti tak merasakan kesakitan apapun, meskipun aku memukulnya dengan tenaga penuh.“LAkukan saja, Viv, sepuasmu. Tapi aku mohon, jangan pernah membenciku,” ucapnya dengan mata penuh harap, dan tangan yang meraih tanganku, didekatkannya telapak tanganku itu tepat di pusat jantung yang terus berdetak, hingga aku mampu merasakan getaran berirama itu dnegan sangat jelas, hanya saja tempo ketukan itu begitulah cepat.“Jika kamu pergi, detak jantung ini juga akan menghilang, Viv.”**Kami pulang, dengan wajah yang terus ku tekuk. Bahkan rencana sambangan ke pantipun batal, dua kresek yang berisi makanan dan keperluan di sana, kini tergeletak begitu sa
Read more
bab.77 Karet gelang
“E… iya. Aku dengar, Viv.”Gelagat aneh tiba-tiba terlihat dari raut muka Haikal, apakah ia mengetahui jawaban dari semua yang aku tanyakan?“Kamu kenapa mendadak aneh seperti ini? Apa ada yang kamu rahasiakan dariku?”“A-aneh gimana? Aku biasa saja, Viv,” ucapnya setengah terbata, benar-benar mencurigakan.“Eh, Alisa mulai aktif kuliah kapan?” tanya Haikal Kembali.Pembahasan tentang reynan kini beralih kepada kuliah Alisa, hingga aku tak bisa mengesampingkan pembahasan yang lebih penting dari semuanya. Ya, bagiku, masa depan alisa lebih penting dari pada rasa egoisku.“Kak, kenapa pulang cepat? Katanya lagi otw bikinin ponakan Lesta, ekspress ya?” Lesta menyapa dengan nada candanya, tak lupa dengan binar mata indah yang biasa ia tampakkan.“Dek, kakak lagi pulang lo, capek. Kenapa di candain kayak gini?”“Owh, ternyata bikin ponakan capek juga ya?” lagi-lagi Wanita cantik berambut panjang bak sailormoon itu menggoda kakaknya, bahkan terlihat jelas wajah lelaki yang ada di sebelahku
Read more
bab. 78 Orek Tempe
“Bukan, aku hanya mau melakukan ini, rambutmu berantakan.”Lelaki itu mengambil sebuah karet gelang bekas yang tadinya digunakan untuk menali tempe, lalu merapikan rambutku dengan benda tersebut.“Aku bisa sendiri,” ucapku yang mencoba meraih karet gelang itu dari tangannya.Berada sedekat ini dengan haikal kini mendadak canggung, ada rasa yang tak nyaman. Bahkan mampu kurasakan nafas hangatnya yang menyentuh tengkuk leherku.“Viv, lanjutkan masakmu saja. Tolong jangan tolak bantuanku ini.”Mendapati permintaan seperti ini, akhirnya aku menyerah, membiarkan rambut panjang yang biasa dibelai oleh reynan kini juga tersentuh oleh haikal.‘Viv, sadarlah, kamu sekarang sudah menjadi istri dari haikal. Cukup kamu Bahagia melihat rey masih ada di dunia ini, tapi jangan lagi berharap untuk Kembali bersamanya,” batinku yang mulai protes.Tak menunggu lama, makanan yang biasa aku makan dengan rey kini berada di depanku, bahkan bentuk irisan tempe maupun cincangan bawang ini, aku buat semirip bu
Read more
bab. 79 Menutupi Rasa
Refeleks tubuhku merengkuh lelaki di sebelahku, dengan senyum yang mengembang indah. Hingga beberapa detik kemudian, aku menyadari apa yang kulakukan, diam dengan pandangan yang saling terpaut.“Eh, maaf,” ucapku sambil melepas pelukan, Kembali duduk di kursi tempatku semula.“Tak apa, Viv. Jujur aku Bahagia merasakannya,” ucap lelaki itu sambil tersenyum tipis.Aku memberikan sendok yang tadinya kugunakan untuk menyuapi haikal, lalu Kembali mengambil sendok sendiri untukku.“Makan Bersama ya … aku juga lapar.” Aku mencoba tersenyum, meskipun ini amatlah berat.Kutatap benda yang ada di depan kami, piring putih berbahan keramik dengan orek tempe di atasnya, makanan yang sama dengan apa yang biasa dibuatkan Rey untukku, makanan penuh cinta yang aku kenal setalah bertahun-tahun lamanya, menggunakan bahan sederhana, tapi mampu menciptakan rasa istimewa.Kenangan Bersama rey Kembali bergelayut begitu saja, dengan berjuang aku mencoba menepis memori itu, tapi justru wajah tampan dnegan sne
Read more
bab. 80 Kemarahan Haikal
Lesta menoleh, dan tampaknya bingung mendapati aku dan Haikal yang berada tak jauh darinya. Beberapa langkah dari punggungnya. “Kenapa, Kak? Itu memang benar kan? Selama ini kakak sudah gak peduli sama Lesta. Hidup kak Vivian lebih berarti daripada kedihupanku.”Aku tak pernah melihat api amarah seperti yang ditampakkan Lesta saat ini. Bahkan bisa dibilang inilah awal, pertama kalinya aku melihat emosi adik ipar ku. Ia yang biasanya ceria dan lembut. Kini mendadak bringas. Wajah penuh amarah dengan tangan yang mengepal, tapi dijauh itu aku yakin sebenarnya kakak beradik itu saling menyayangi. Aku merasa tidak enak sendiri menjadi bagian diantara mereka. “Lesta, jaga ucapanmu. Atau kamu akan ....”Lelaki itu menggantungkan kalimat, dengan tangan kanan yang diangkatnya meninggi, siap untuk mendaratkan sebuah tamparan yang keras.“Kenapa? Kakak gak terima? Itu fakta kan? Bahkan kak Haikal sudah mau main tangan hanya karena Lesta bicara seperti ini?” Wanita cantik itu tersenyum miris.
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status