Semua Bab Simpanan Tunangan Tuan Presdir : Bab 31 - Bab 40
97 Bab
Bab 31—Kejutan dari Leo.
Langkah kaki Sanaya mengayun dengan malas, saat memasuki area lobi kantor Leo. Andai saja, bukan mami Anne yang memintanya untuk datang ke sini, sudah pasti Sanaya akan menolak hal tersebut mentah-mentah. Sayangnya, Sanaya tak punya pilihan lain selain menuruti permintaan calon mertuanya itu.Di tangannya kini ada dua paper bag berisikan makan siang yang dia buat khusus untuk Leo. Menu makanan favorit calon suaminya itu, dibuat sendiri oleh Sanaya sesuai arahan dari mami. Ini pun kali pertama dia datang ke kantor Leo, semenjak dirinya berstatus sebagai tunangan dari Presdir di perusahaan ternama tersebut."Permisi, bisa saya bertemu dengan Pak Leo?" tanya Sanaya pada salah satu resepsionis perempuan yang tengah sibuk memandangi layar komputer.Resepsionis tersebut menoleh, dan menampilkan senyum ramah. "Apakah sebelumnya sudah ada janji dengan beliau?" tanyanya yang merupakan bagian terpenting. Atasannya terkenal dingin dan agak arogan, tak pernah mau menemui tamu jika belum membuat j
Baca selengkapnya
Bab 32—Sosok itu...
Brak!Sanaya keluar, lalu membanting pintu ruangan Leo dengan kasar. Kepalanya terus menunduk, sambil memegangi pipi sebelah kiri. Rasa nyeri yang dia rasakan tak seberapa dibanding dengan rasa malu yang harus dia terima, lantaran saat ini semua orang yang berpas-pasan dengannya menyorotnya penuh tanya.Meskipun ingin, tetapi Sanaya tidak mungkin menangis di sepanjang lorong kantor. Dia berharap bisa segera keluar dari kantor tersebut dan melupakan kejadian mengerikan yang baru saja dialaminya."Sshh...." Sanaya mendesis kala rasa nyeri merajai seluruh permukaan kulit wajah dan tubuhnya. "Tuhan... beri aku kekuatan." Maniknya menatap iba pada setiap goresan luka yang ditinggalkan oleh Leo di sekujur tubuhnya. Dia tahu, konsekuensi seperti inilah yang akan diterimanya bila berani membantah atau pun melawan sang tunangan brengseknya itu.Ting!Pintu lift terbuka lebar, buru-buru kaki jenjang Sanaya melangkah masuk ke benda berjalan tersebut. Beruntung, di dalam sana tidak ada orang lain
Baca selengkapnya
Bab 33—Makan dulu baru nangis.
'Dilan?' Sanaya mengulang kalimatnya dalam hati, mengerjapkan bulu mata lentiknya sekali sambil mengatur napas yang mendadak memburu. Tatapan manik kelam Dilan seakan menggiringnya pada kenangan kejadian malam panas itu. Atmosfer di dalam ruangan lift terasa memanas padahal jelas-jelas suhunya sudah begitu rendah. Dilan kemudian menjulurkan tangan kanannya untuk menyentuh sudut bibir Sanaya yang terluka. Tak perlu dia bertanya perihal luka tersebut, sudah pasti pelakunya adalah Leo. Tetapi, yang jadi pertanyaan Dilan saat ini ialah, mengapa Sanaya bisa berada di gedung apartemennya. Apa yang ingin dilakukan Sanaya di sini, pikir Dilan. "Ini pasti ulah si brengsek itu? Iya 'kan?" tanya Dilan setelah berhasil mengendalikan emosi agar tidak meluapkannya detik ini juga. Dadanya memanas, ketika dia harus melihat perempuan yang dia sayang mengalami hal yang menyakitkan. "Bukan." Sanaya menampik, lalu melengos ke arah lain, menurunkan pandangan untuk menatap kaki Dilan yang tak berjarak s
Baca selengkapnya
Bab 34—Jangan Salahin Aku.
"Ini udah di luar batas, Nay. Ini udah bisa digolongkan tindak kekerasan fatal dan kamu bisa melaporkan Leo ke polisi. Kamu bisa visum ke rumah sakit buat dijadiin bukti. Aku bisa bantuin kamu jeblosin dia ke penjara." Dilan mulai melontarkan argumen sekaligus saran untuk Sanaya yang baru saja selesai dia kompres air dingin. Menyerahkan dua butir obat kepada Sanaya, beserta segelas air yang masih tersisa separuh. Sanaya hanya diam, tak menanggapi mau pun mengiyakan saran Dilan. Menerima obat dari Dilan, lalu segera meminumnya. Setelahnya mengembalikan gelas tersebut ke nakas samping ranjang tidur. "Saya gak bisa," tolaknya tegas, sambil mengalihkan pandangan ke arah lain."Kenapa gak bisa? Kamu babak belur kaya gini, masih aja belain dia. Ck!" Dilan kesal mendengar penolakan tegas Sanaya, merasa heran dengan jalan pemikiran gadis di hadapannya ini. "Kenapa? Takut? Apa yang kamu takutin, Nay?" cecarnya, melanjutkan mengolesi salep pada lengan dan siku Sanaya yang lebam. "Kamu udah t
Baca selengkapnya
Bab 35—Aku mau kamu...
"Dilan, kamu tahu 'kan saya gak bisa—" "Iya, aku tahu, Nay," sela Dilan yang tahu ke mana arah perkataan Sanaya. Sejak kemarin dia pun berpikir soal tawaran kesepakatan ini. Memang sangat tidak masuk akal, jika dia dan Sanaya menjalin hubungan diam-diam seperti ini. Namun, hanya dengan cara ini pula Dilan bisa terus berada di sisi Sanaya. Permintaan sederhana yang pastinya akan sangat berisiko bagi mereka. Itu artinya, dia siap menjadi laki-laki simpanan Sanaya. Sementara hatinya tak mungkin bisa berbohong bila apa yang dirasakan tak sekadar ingin melindungi, melainkan ada rasa ketertarikan melebihi perasaannya dulu."Makasih, Dilan. Makasih." Sanaya menghambur ke pelukan pemuda itu. Tak segan melingkarkan tangannya ke pinggang dan menempelkan kepalanya di dada bidang tersebut. Akhirnya, Dilan mau menerima tawarannya. Tak apa, meski hanya sebatas FRIENDS WITH BENEFIT. Sanaya juga tidak bisa melakukan hal lebih dari itu lantaran ada hati yang harus dia jaga. Demi ayah dan demi kewar
Baca selengkapnya
Bab 36—Temenin Saya Tidur.
Dilan ambruk ke samping tubuh Sanaya dengan deru napas memburu. Pelepasan yang baru saja dia raih benar-benar berbeda rasanya. Nikmat, sampai tak bisa dijabarkan lewat kata-kata. Lantas dia memiringkan kepala agar bisa menatap wajah Sanaya. "Thanks, Nay," ucapnya seraya mengelus puncak kepala gadis yang sama-sama tengah mengatur napasnya. Sanaya menoleh, kemudian hanya mengulas senyum. Percintaannya dengan Dilan kembali terulang dan kali ini dia benar-benar menikmati setiap sentuhan pemuda itu. Lembut hingga mampu membuatnya selalu ketagihan. Bahkan, Sanaya sampai menjeritkan nama Dilan berkali-kali ketika dia berada di puncak klimaks. Dilan memiringkan tubuh, menopang kepalanya dengan satu tangan dan memindai tubuh polos Sanaya yang terdapat banyak lebam. "Aku tadi kasar, gak? Kamu kesakitan, gak?" tanyanya merasa khawatir sambil menyentuh lengan Sanaya, mengusapnya, lalu mengecupnya. Sebenarnya tadi Dilan sempat ingin menghentikan niatnya tersebut, mengingat jika Sanaya sedang ti
Baca selengkapnya
Bab 37—Terpaksa.
Paginya Sanaya yang masih tertidur pulas di ranjang menggeliat dan merasa terganggu dengan aroma wangi masakan yang menyeruak ke dalam kamar. Kedua matanya terbuka perlahan, lalu mengerjap berkali-kali guna menyesuaikan dengan cahaya matahari yang masuk lewat celah jendela. Cukup menyilaukan dan...."Astaga!" Sanaya sontak terlonjak dan bangkit dari tidurnya. Memindai seluruh ruangan yang sudah dipenuhi oleh cahaya matahari. Maniknya tertuju pada jam digital yang ada di dinding. "Jam tujuh? Di—" Sanaya menoleh ke samping, dia kira Dilan masih tertidur, tetapi ternyata di sisinya sudah tidak ada siapa pun. Melompat dari ranjang, Sanaya gegas beranjak keluar dari kamar. Aroma masakan kembali tercium di hidungnya begitu tiba di depan pintu. "Dilan?" Sanaya memanggil sang empunya rumah, dan dia pun mendapati Dilan tengah berada di dapur menghadap di depan kompor. "Dilan, kok, kamu gak bangunin saya, sih?" tanyanya mendekat ke Dilan, memilih tidak bertanya apa yang sedang pemuda itu laku
Baca selengkapnya
Bab 38—Menguasai Akalnya.
Siangnya, Sanaya yang masih berada di unit Dilan terlihat sedang duduk di sofa ruang tamu dengan wajah tertekuk masam. Keputusannya untuk tetap tinggal di sini memang tidak ada yang salah. Hanya saja, gara-gara perkataan Dilan, Sanaya jadi terus kepikiran. Hatinya resah, dan bertanya-tanya sendiri."Apa Dilan suka sama aku, ya? Tapi kalau misalkan iya, aku juga gak bisa bales perasaannya," gumam Sanaya sambil memainkan ponsel yang sedari tadi ada di tangan. "Ah, tahu, deh! Tapi ngeselin emang itu cowok, sukanya bikin aku baper sama kepikiran," dengusnya kesal lantaran sikap Dilan yang menurutnya selalu membuatnya dag-dig-dug.DrrttPonsel Sanaya bergetar dan mengedip sekali. Fokusnya pun teralihkan. "Leo?"Kening gadis itu mengerut, menghela panjang dan mengabaikan chat tersebut. Tak berminat untuk membuka apalagi membaca pesan dari tunangannya itu. Sanaya sudah bisa menebak pasti Leo cuma mau minta maaf atau menanyakan keberadaannya."Basi!" Sanaya mematikan ponselnya, lalu meletakka
Baca selengkapnya
Bab 39—Mas Leo...
Hari-hari yang dilalui Sanaya sudah kembali seperti semula. Seperti dulu saat dia dan Dilan mulai dekat. Perhatian-perhatian kecil yang dia dapat, ternyata diam-diam menumbuhkan rasa nyaman. Hati perempuan mana yang tidak akan meleleh bila terus-terusan dihujani perhatian dengan sedemikian besar?Berhubung Restoran sedang tutup, minggu ini rencananya, Sanaya ingin mengajak Dilan pergi ke suatu tempat. Namun, tiba-tiba ayah menelepon dan meminta Sanaya untuk ke rumah. Rindu. Itu yang dikatakan ayah, hingga gadis itu tidak bisa mengelak mau pun menolak.Sesibuk apapun, Sanaya sebisa mungkin tidak menolak permintaan ayah. Mungkin, ini akan menjadi kunjungannya yang pertama kali bersama Dilan ke rumah ayah. Herannya, Dilan sangat terlihat antusias dan mengajak Sanaya mampir sebentar ke toko buah.Kata pemuda itu, dia sudah lama sekali tidak menjenguk ayah. Terakhir kali saat Sanaya pulang ke Indonesia. Sekitar 4bulan yang lalu.Keluar dari toko buah, Dilan menenteng dua kresek berwarna m
Baca selengkapnya
Bab 40—Perih.
Makan siang yang penuh ketegangan itu pun akhirnya selesai. Dengan memberi sedikit alasan yang sekiranya masuk akal, ayah akhirnya percaya. Beliau juga maklum dengan kesibukan sang calon menantunya itu. Karenanya, meskipun begitu ingin melihat puterinya berkunjung dengan calon suaminya, ayah hanya bisa pasrah saat Sanaya datang sendiri atau ditemani laki-laki lain seperti sekarang ini. Selanjutnya, Sanaya membantu ayah pergi ke kamar untuk beristirahat, sedangkan Dilan memilih menunggu di ruang tamu.Sembari menunggu, Dilan membalas chat dari Bianca. Calon tunangannya itu memintanya datang ke Butik karena harus melakukan fitting baju sekali lagi. Namun, dengan berbagai macam alasan, dan tentunya meminta maaf lantaran tidak bisa datang, Dilan seperti sudah terbiasa berbohong.Hingga detik ini, meski dia dan Bianca akan bertunangan. Hatinya seolah belum merasakan getaran atau debaran yang sama, seperti halnya ketika dia tengah bersama Sanaya. Selalu ada gejolak dan gelora dari dalam di
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status