All Chapters of AKHIRNYA ISTRIKU BERHENTI MEMINTA BANTUANKU: Chapter 21 - Chapter 30
40 Chapters
#21
#21Aku terus membuka satu demi satu foto yang ada di galeri ponsel Nindy. Semua terlihat jelas jika pria yang ia jadikan wallpaper di ponselnya adalah seseorang yang penting.Tak berselang lama, ponsel Nindy berdering. Kontak dengan nama Kevin menghubungi nomor istriku. Nomor yang sama seperti yang mengirimkan pesan pada Nindy tadi."Halo," sapaku."Siapa lu?!" tanya seseorang di ujung panggilan."Kamu siapa?" tanyaku balik."Mana Nindy? Ban*sat banget dia lagi sama cowok!" umpat pria itu dengan nada yang sangat kesal.Aku benar-benar tidak tahu siapa sebenarnya pria ini, mengapa ia berani mengatakan hal kasar pada istriku?"Kamu siapa? Gini deh ya, Nindy kecelakaan dan sekarang lagi di rumah sakit, jadi siapapun elu. Dateng aja kalau memang lu perduli," tegasku lagi.Setelah itu aku langsung menutup panggilan telepon tanpa menunggu pria di seberang sana menjawab. Aku benar-benar kesal dengan ucapan pria tadi.Bahkan ia mengumpat dan berkata kasar kepada istriku. Andai saja saat ini
Read more
#22
#22"Maaf Pak harus ada janji dulu sama Pak Deni," tahan seorang wanita yang aku pikir adalah karyawan disini.Aku hanya memandang wanita itu dengan tatapan tajam, kemudian tetap menerobos masuk ke ruangan Deni.Pintu terbuka dan aku benar-benar melihat sahabat lamaku tengah duduk seperti seorang bos besar di perusahaan. Jas hitam yang rapih dan penampilan yang jauh lebih membuatnya terlihat berwibawa."Maaf Pak, sudah saya larang," ucap karyawan wanita tadi."Ok nggak apa-apa," jawab Deni seraya memberikan isyarat pada wanita itu agar pergi dari ruangannya.Deni hanya melirik ke arahku, ia sama sekali tidak merasa bersalah telah mengambil Indah dariku. Bahkan, ia telah menyembunyikan istriku selama ini."Lama nggak ketemu sudah makin sukses sekarang Den? Atau ... memang menyembunyikan kesuksesan?" cetusku.Deni tetap diam, ia sibuk menandatangani berkas yang ada di atas meja di depannya salat ya memang sengaja tidak ingin memperdulikan kehadiranku di sini."Jadi selama ini kamu memil
Read more
#23
#23#Indah"Udah jangan nangis terus," ucap Deni berusaha menenangkan aku.Setelah Mas Bayu mengatakan jika aku adalah penyebab meninggalnya putriku. Jujur, aku merasa bersalah dan aku berpikir memang semua adalah salahku."Den, apa emang aku yang salah?" tanyaku.Aku benar-benar tak bisa menahan air mata yang terus saja mengalir tanpa henti."Kamu jangan dengerin dia, dia itu lagi memutar balikkan fakta. Jangan mau kalah, please. Mikayla nggak akan pergi kalau Bayu memperlakukan kalian dengan baik," sentak Deni.Entah apa yang membuatku menjadi lemah, tapi setiap kali aku mengingat putriku. Hatiku memang selalu seperti ini, aku merasa bahwa ini semua tidak adil untuk gadis kecil itu.Meski aku tahu, ini adalah rencana Allah yang pastinya akan membawa kebahagiaan nantinya. Entah untuk aku ataupun untuk Mikhayla di surga Allah."Jadi, kamu kenal istri baru Mas Bayu?" tanyaku.Deni langsung terdiam, ia seolah menyimpan sesuatu di dalam hatinya. Bibirnya memang diam membisu, tapi matanya
Read more
#24
#24Setelah beberapa saat pria itu pergi meninggalkan aku dan ruangan tempat Nindy di rawat, aku masih tetap duduk di kursi lorong rumah sakit.Seketika itu pula aku melihat Indah dan Deni berjalan keluar dari lift. Mereka terlihat begitu dekat, aku bahkan tidak menyangka jika ia benar-benar telah berpaling.Dulu, aku mengira cinta Indah padaku begitu besar sehingga aku mampu membuatnya terluka. Aku pikir, ia akan tetap bertahan apapun perlakuanku padanya. Namun, semua salah. Ia benar-benar pergi tanpa pernah mau kembali padaku. Jadi, selama ini istriku tinggal di rumah sahabatku? Padahal aku sempat pergi ke rumah Deni dan bertemu ibunya.Namun, mereka menyembunyikan semuanya. Sekarang aku justru mendapatkan istri siri yang luar biasa menyakiti hatiku.Aku mengambil nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, segera aku beranjak ke ruangan dimana Nindy di rawat.Aku lihat ia masih terbaring lemah disana. Entah apa yang terjadi pada wanita ini, aku benar-benar tak tahu. Mengapa ia bi
Read more
#25
#25Tok tok tok!Aku mengetuk pintu rumah Deni, rumah yang masih terlihat sama seperti saat terkahir aku berkunjung ke sini.Tak ada yang berubah sedikitpun, bahkan tanaman hias yang aku tanam bersama Deni saat kami SMA pun masih tumbuh subur di pekarangan rumah ini.Jelas, mereka merawatnya dengan sangat baik sehingga tanaman masih hidup sampai saat ini. Tak ada jawaban dari dalam rumah ini, suasana nampak sangat sepi.Aku lirik jam di tanganku yang sudah menunjukan pukul sebelas malam. Andai saja taksi online tadi tidak kehabisan bensin, mungkin aku bisa sampai tiga puluh menit lebih cepat.Sudahlah, yang penting aku sudah ada di depan rumah Deni. Aku hanya perlu menunggu beberapa saat hingga mereka membukakan pintu untukku.Tok tok tok!Aku kembali mengetuk pintu, kali ini dengan suara yang lebih keras. Aku benar-benar tidak ingin menunda untuk menemui Indah.Malam ini juga aku ingin membawanya pergi dari rumah ini. Entah apa yang membuat aku begitu ingin memeluk Indah saat ini.Mu
Read more
#26
#26#DeniMalam itu keadaan antar aku dan Indah terasa sedikit canggung. Mungkin karena aku baru saja mengungkapkan perasaanku padanya.Meski begitu, aku merasa jika kami tidak harus merasa canggung jika memang Indah tidak memiliki perasaan yang sama denganku.Usai makan malam, tiba-tiba mengutarakan niatnya untuk menyewa kontrakan."Kenapa mendadak sekali Nak?" tanya ibuku."Bu, sekarang kan Indah udah dapet gaji. Indah cuma mau belajar mandiri, Indah nggak mungkin terus-menerus jadi beban buat Ibu sama Mas Deni. Lagipula, takut jadi fitnah Bu karena Indah sudah terlalu lama tinggal disini," ungkap Indah.Namun, bagiku pernyataan Indah sangat tidak masuk akal. Apakah ia sedang berusaha menghindar dariku?"Tapi Nak, ibu tidak pernah merasa direpotkan sama kamu. Kamu jangan pergi ya, ibu merasa punya teman dirumah ini. Ya, ya!" mohon wanita yang sudah melahirkan aku beberapa puluh tahun yang lalu itu.Dengan lembut, Indah menatap lekat wajah ibuku. Ia mengatakan bahwa semua ia lakukan
Read more
#27
#27#IndahAku segera mendorong pintu dan menguncinya dengan sekuat tenaga tidak ingin jika Mas Bayu kembali masuk dan menghancurkan semuanya.Entah bagaimana lagi aku menghadapi mantan suami yang begitu menyebalkan. Ia tidak hanya menyakitiku, tapi dia juga menuduh ku telah melakukan apa yang sebenarnya ia lakukan.Sedikitpun ia tidak pernah merasa bersalah atas apa yang dia lakukan. Setelah memastikan jika Mas Bayu tidak akan pernah kembali, aku segera pergi ke dalam untuk melihat keadaan Deni."Deni, bangun Nak ...," teriak ibu seraya terisak dalam tangis.Segera aku menelpon pihak rumah sakit untuk mengirimkan ambulance. Setelah itu aku dan ibu bekerja sama untuk membuat Deni tetap tersadar meskipun matanya sudah terpejam."Mbak, tolong ambilkan air hangat untuk mengompres luka dan membersihkan darah ya," titahku pada Mbak Sari.Segera wanita paruh baya itu menjalankan apa yang aku perintahkan, setelah itu aku kembali memastikan apa saja yang akan di bawa ke rumah sakit karena dok
Read more
#28
#28Susah payah aku memberikan pembelaan kepada kedua adikku agar mereka terbebas dari tuduhan yang terus dilakukan oleh seorang wanita paruh baya.Meskipun wanita itu terus meronta dan tidak peduli dengan permohonanku akan tetapi lambat laun wanita itu mau memaafkan kedua adikku dan pergi dengan perjanjian adikku menjauhi suaminya.Setelah wanita paruh baya itu pergi aku memilih untuk masuk ke dalam kamar yang dulu aku gunakan sebelum menikah dengan Indah.Malam ini aku memutuskan untuk istirahat dan tidak mau bahasa apapun masalah tentang kedua adikku. Aku ingin menenangkan pikiran terlebih dahulu sebelum membahas semuanya.Satu yang tidak aku inginkan adalah emosiku semakin memuncak dan membuat mereka justru akan menjadi sasaran kemarahan ku.Saat ini pikiranku sangat kacau apalagi setelah kejadian di rumah Deni tadi aku benar-benar tidak bisa lagi berpikir dengan jernih.Pagi harinya aku bangun tetap pukul jam enam pagi, masih sangat sepi karena belum ada yang bangun diantara kedu
Read more
#29
#29Setelah sampai di rumah sakit, aku langsung membawa ibu ke ruang UGD. Sepintas ujung mataku seperti melihat Indah disini. Entah karena ini rumah sakit tempat ia bekerja atau ia sudah membawa Deni untuk di rawat disini."Dok, tolong ibu saya. Tolong Dok," mohonku."Pak Bayu kan?" tanya beliau nampak heran.Mungkin beliau bingung karena beberapa waktu yang lalu aku masih menemani Nindy di ruangannya. Tanpa membuang waktu, dokter itu langsung memeriksa keadaan Ibu dan segera memberikan pertolongan pertama.Sementara itu, aku dan kedua adik perempuanku menunggu di luar untuk keputusan dari dokter tentang keselamatan ibu kami."Ini semua gara-gara kamu Mas!" lirih Lintang."Kalau aja kamu nggak sibuk sama istri baru kamu, mungkin kami nggak harus jual diri untuk memenuhi kebutuhan kita dan kemauan ibu!" imbuh Wulan.Aku hanya diam, apapun yang mereka katakan aku benar-benar tidak habis pikir. Sampai kapan mereka akan merasa benar atas perbuatannya.Entah bagaimana mereka bisa berpikir
Read more
#30
#30Segera aku pergi ke ruang gawat darurat untuk mengurus pemindahan ibu ke ruang rawat inap."Lama banget Mas?" tanya Lintang."Udah yuk!" ajakku.Kami membawa ibu dengan di bantu dua perawat untuk mendorong ranjang tempat ibu berbaring.Setelah semua selesai, aku meminta kedua adik perempuanku untuk duduk bersama. Aku rasa, kami memang harus membicarakan semuanya."Mas udah ketemu sama Indah, tapi dia kayaknya udah nggak mau balik sama Mas. Apalagi dia sekarang sudah dekat dengan seorang pria artinya Kami tidak akan bersatu kembali," jelasku.Kedua adik perempuan ku hanya diam mereka seolah tidak menanggapi apa yang aku katakan bahkan sedikit pun merasa bersalah mereka tidak melakukannya.Apalagi untuk meminta maaf atas kehancuran rumah tanggaku yang ada andil mereka di balik semua ini."Kalau nanti Mas di tangkap polisi, Mas tolong kalian jadi ibu baik-baik."Lintang mendongak ia seolah tidak percaya dengan apa yang aku katakan barusan."Ditangkap polisi emang? Emang Mas ngapain?"
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status