All Chapters of Dendam Membara Sang Pewaris!: Chapter 91 - Chapter 100
113 Chapters
91. Menyamar Menjadi Pemulung
Aldan dan Faizal berangkat menuju kawasan kantor polisi tempat Hendrawan bertugas. Mereka harus sampai terlebih dahulu di sana.Di tengah perjalanan tiba-tiba ponsel Aldan berdering. Nama Adelia terpampang di layar.Aldan berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangkat telepon itu, “Ya hallo, sayang.”“Ada dimana? Lama banget,” keluh Adelia terdengar cemberut.“Servicenya ngantri, sayang,” kilah Aldan.“Sekarang udah pulang?” “Belum, sayang.”“Lah itu suara mobil.” Adelia mulai curiga.“Hehe mau cari baju dulu. Sabar ya sayang, bentar lagi aku pulang kok,” kilah Aldan dengan suara lemah lembut agar Adelia mempercayainya.“Yaudah cepetan, jangan lama-lama,” pinta Adelia kesal.“Oke, daaahhh,” kata Aldan, lalu dia mematikan sambungan telepon setelah ada jawaban serupa dari Adelia.Setelah itu, Faizal mempercepat laju mobil. Kurang lebih dari 15 menit akhirnya tiba di daerah kantor polisi.“Sekarang apa rencana Bos?” tanya Faizal penasaran sembari meminggirkan mobil ke pinggir jalan.“Sebe
Read more
92. Misi Merebut Flashdisk
Aldan berlari super kilat meninggalkan jauh para polisi yang mengejarnya. Di perempatan jalan, dia berbelok ke arah kiri sembari melepas rambut palsunya. Dia menuju mobil Faizal di depan sana dan masuk ke dalam sebelum ada polisi yang melihatnya.Aldan bersembunyi di bawah kursi belakang kemudi. Di bawah sana, dia melepas pakaian dan menggantinya dengan pakaian lain. Bukan hanya itu, dia mengganti aksesoris penyamaran lainnya yang melekat di tubuh.Sementara Faizal tidak langsung cabut. Dia justru turun dari mobil dan berpura-pura mengecek ban mobil.Di titik ini, beberapa polisi sudah sampai di perempat jalan dan menuju ke arah mobil Faizal berada.“Apa kalian melihat pemulung berambut keriting pakek baju warna merah?” tanya salah satu polisi pada pejalan kaki.“Gak lihat, Pak,” jawab pejalan kaki jujur.Beberapa polisi lainnya menghampiri Faizal yang sedang mengecek ban belakang mobil.“Selamat malam, maaf mengganggu,” sapa salah satu polisi, sementara teman-temannya mengecek mobil
Read more
93. Melihat Wajah Pria Bersepatu
Wajah Aldan dan Faizal begitu semringah ketika Flashdisk terhubung dan terbaca di layar ponsel.Di flashdisk hanya ada 3 folder, tentu itu mempermudahkan Aldan mencari rekaman yang berkaitan dengan peristiwa pembunuhan 10 tahun silam.“Mungkin ini,” Aldan memencet salah satu folder tak berjudul. Hanya berisi foto-foto pemandangan.Aldan memeriksa folder lainnya, dan hanya berisi foto-foto masa lalu Wahyu. “Tampan juga ternyata bajingan itu,” ucap Faizal tersenyum kecut menatap foto Wahyu kecil. “Tapi sayang tuanya jadi iblis.”“Persetan dengannya.” Aldan tidak peduli dengan foto masa kecil Wahyu. Dia lebih mementingkan sebuah rekaman yang bisa mengungkap kasus pembunuhan orang tuanya yang terkubur selama 10 tahun“Berarti yang ini.” Aldan membuka folder terakhir. Perlahan senyuman seringai terbit di bibirnya ketika isi folder itu ada sebuah rekaman berbentuk 1 audio dan 1 video. “Ini dia yang kucari-cari.”Aldan mulai memutar rekaman video berdurasi 3 menit 38 detik terlebih dahulu.
Read more
94. Nama Pria Bersepatu
“Apa?!” pekik keras Hendrawan saat dia mendengar kabar teman-teman kepolisian gagal menangkap pemulung yang mencuri flashdisk miliknya.“Cari sampek ketangkap! Flashdisk itu sangat penting!” titah Hendrawan meninggikan suara. “Libatkan tim IT untuk melacak jejaknya. Jangan biarkan dia lolos.”Ketika sambungan telepon terputus, Hendrawan langsung melemparkan ponsel ke tumpukan dokumen yang ada di atas meja kerjanya.“Ahhhhhh ....” Hendrawan menggebrak meja dengan penuh emosi. Lalu dia mengibaskan beberapa kertas dokumen yang ada di atas meja hingga jatuh berserakan ke lantai. “Siapa dia? Gak mungkin seorang pemulung mencuri sebua flashdisk, kecuali dia tau apa isi flashdisknya. Aku sangat yakin dia orang-orangnya Wahyu.”Hendrawan mendaratkan tubuh ke sandaran kursi, dengan kedua siku tangan bertumpu pada pegangan kursi kebesarannya. Sesekali dia putarkan kursi seirama dengan rasa cemas dalam hatinya.“Tapi bagaimana jika dia bukan orang-orangnya Wahyu? Bagaimana jika dia orang lain ya
Read more
95. Tidak Ada Tempat Bersembunyi
Setelah pulang ke rumah kontrakan, sebenarnya Aldan ingin menemui Adelia. Namun, kekasihnya tertidur.Aldan pun kembali ke kamar di rumah kontrakan untuk menggunakan keahlian hacker-nya dalam membobol cctv yang mengarah ke sekitar perempatan jalan daerah kantor polisi. Dia ingin menghapus rekaman yang menunjukkan dirinya sedang masuk ke dalam mobil. Sementara Faizal juga bergerak cepat mengganti dan mengubah penampilan mobilnya. Tentu tujuan mereka adalah menghilangkan jejak agar kepolisian tidak curiga. Saat jari-jemari Aldan bergerak cepat di atas kerboard, telinganya sambil mendengarkan curhatan Hendrawan.Aldan sangat senang, malam ini dirinya bagai mendapat rezeki nomplok dari langit. Dia mendapat sebuah rekaman yang menunjukkan percakapan 3 sekawan yang merencanakan pembunuhan orang tuanya. Rekaman itu sekaligus memperlihatkan wajah pria bersepatu yang selama ini dia cari. Kesenangannya bertambah lengkap saat dia berhasil menghapus rekeman cctv perempatan jalan kantor polisi. D
Read more
96. Mencari Informasi Tentang Joshua
Menjelang jam istirahat, Aldan merapikan beberapa dokumen di atas meja. Di titik ini tiba-tiba ponsel miliknya bergetar. Ada sebuah pesan dari Verra Kristian.[Putra, ketemuan di restoran aja, ya. Gak usah jemput aku. hehe malu sama teman-teman, bunyi pesannya dengan diselipi smile emoticon.Aldan membalas pesan itu dengan mengulas senyuman tipis, [Iya GPL] [Iya iya bawel,] balas lagi dari Verra, diakhiri dengan emoji menjulurkan lidah.Aldan memasukkan ponsel ke kantong baju. Perlahan senyuman miring terbit di bibirnya dan membatin, 'Verra aku kasian padamu. Tatapan matamu mengharapkan aku mengatakan cinta padamu. Tapi maaf, Verrra. Aku mencintai orang lain, hatiku sudah kuberikan pada Adeliaku. Kamu cuma aku manfaatkan untuk memuluskan balas dendamku pada iblis-iblis yang membunuh orang tuaku. Salah satu iblis itu adalah Papamu. Papamu juga harus mendapat hukuman dariku.'Aldan bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Faizal yang masih merapikan beberapa dokumen.“Pasti mau n
Read more
97. Belum Saatnya Wahyu Mati
Saat ini Wahyu digiring ke ruangan rahasia. Tatapan matanya seperti tak mempunyai semangat untuk melanjutkan hidup. Dia sudah tak sanggup menahan gempuran-gempuran siksaan dari skenario yang Hendrawan ciptakan. Sementara di depan Wahyu, ada seorang kepala polisi yang duduk dengan tatapan mata berkilat iblis. “Berikan rekaman itu padaku,” ucap Hendrawan memulai pembicaraan. Dia masih meminta dengan baik-baik. “Rekaman apa?” Wahyu tak mengerti. “Jangan pura-pura sok polos, Wahyu. Berikan Flashdisk itu lagi padaku.” Hendrawan mulai sedikit meninggikan suaranya. “Flashdisk apa lagi, Hendrawan? Kemarin kamu sudah merampasnya dariku,” respon Wahyu yang mengira Hendrawan sedang berakting. Hendrawan mendengkus miring, lalu dia memberikan ponsel miliknya pada Wahyu, “Mau mengelak lagi?” Wahyu masih mengira Hendrawan sedang bermain-main. Dia mengambil ponsel itu yang sudah disuguhkan sebuah rekaman cctv yang menunjukkan pencurian Flasdisk. Namun, Wahyu justru tersenyum kecut dan melempa
Read more
98. Mencari Petunjuk Melalui Berita Lama
Faizal memarkirkan mobil di pinggir jalan di sekitar daerah rumah Wahyu.Menggunakan nomor baru, Faizal mengirim sebuah video rekaman itu ke nomor Hendrawan. Tentu dia melakukannya atas perintah Aldan.Tujuan mengirim video rekaman percakapan 3 sekawan 10 tahun silam untuk memperkeruh keadaan dan mempermainkan Hendrawan dan Wahyu. Dengan begitu, mereka pasti saling menuduh satu sama lain.“Skenario permainan Bos sangat menakjubkan. Bos membuat tontonan film yang penuh plot twish. Ini wajib ditayangkan di bioskop seluruh dunia. Ini film terbaik, terdahsyat, terkeren yang pernah ada,” gumam Faizal tersenyum puas dan berganti menjadi tawa lucu.“Aku gak sabar menantikan episode selanjutnya, sayang sekali untuk dilewatkan,” ucap Faizal terkekeh pelan sembari melepaskan sim card dari ponsel. “siapa yang akhirnya mati duluan, ya? Hemmm penasaran aku.” Faizal mematahkan sim card dan membuangnya ke luar mobil. Pekerjaannya harus rapi agar musuh tidak bisa melacak. Tujuan mengirim video di da
Read more
99. Rem Blong
Di kamar pribadi miliknya,Adelia baru saja selesai mandi dan langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Beberapa hari, dia hanya berdiam diri di rumah. Dia masih trauma atas kejadian percobaan pembunuhan oleh penjahat terhadap dirinya. Padahal banyak pesan dan telepon masuk yang meminta dirinya untuk menjadi pengacara orang-orang itu. Namun, dia menolak secara halus dan merekomendasikan pengacara lain yang menurutnya juga mengutamakan keadilan hukum.“Huhhhh bosen,” keluh Adelia sembari memainkan ponselnya.Tetiba jari-jemari Adelia bergerak mencari sebuah foto di galeri, “Kalung ini sangat cantik.”Adelia memandangi foto kalung liontin berwarna putih yang masih menghantui dirinya. “Gak nyangka kalung ini udah 10 tahun bersamaku.” Adelia memperbesar foto itu dan mengamati ciri-ciri khasnya.Tidak puas hanya memandangi foto, Adelia bangun dari rebahan dan mengambil kalungnya yang disimpan di dalam lemari.“Siapa pemilikmu? Kenapa kamu kayak gak mau kembali lagi ke pemilikmu? Apa kar
Read more
100. Penyebab Rem Blong
Suara klakson bus terdengar nyaring seketika, sementara Aldan berusaha tidak panik. Dia meliukkan motor ke arah kiri sebelum bus itu mencium badan motornya.“Rem blong!” teriak Aldan sembari membunyikan klakson untuk memberi tahu pengendara lainnya.Pengalaman Aldan disini berbicara. Semua panca indranya saling bekerja sama, Dia meliuk-liuk melewati beberapa kendaraan sembari menurunkan gigi gas motor secara bertahap.Usaha Aldan membuahkan hasil, kecepatan laju motornya semakin melambat dan akhirnya bisa dikendalikan.“Kurang ajar! Siapa yang berani merusak rem motorku? Aku akan membalasnya,” gumam Aldan kesal sembari menepikan motornya di tepi jalan.Aldan turum dan memeriksa keadaan motornya. Ternyata dugaannya benar, kabel rem-nya rusak dan tak tersambung sempurna. Bukan hanya itu saja, kanvas rem juga hilang.“Bangsat!” umpat Aldan pelan. “Awas saja kau, Pak Tua. Aku akan membalasnya.”“Siapa lagi kalo bukan pak tua bangka? Brengsek!” umpat Aldan sembari naik ke motor dan melajuk
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status