Semua Bab Silakan, Urus Putrimu Tanpa Aku: Bab 111 - Bab 120
145 Bab
Bab 111
Matahari masih bersembunyi, tapi aku sudah membuka toko, menyambut rezeki hari ini. Sambil menunggu pelanggan datang, aku duduk di kursi plastik dengan ditemani secangkir teh beserta gorengan yang aku beli dari penjual keliling. Soni pun sama. Di depannya ada kopi hitam yang manjadi kegemarannya. "Ekhem!" Aku meliriknya yang berdehem sebentar, lalu kembali fokus pada jalanan yang masih basah. Sisa-sisa air hujan masih membekas.Seperti di sini, di dalam dada ada yang membekas tapi bukan luka. Melainkan asmara yang kembali datang dari orang yang berbeda. Aku, telah jatuh cinta pada dia si pemilik raga. "Gak ke kedai?" tanyaku setelah beberapa saat saling diam. "Nanti, sudah agak siangan." Aku manggut-manggut. "Sekarang mau pacaran dulu," ujar Soni lagi seraya mengambil tanganku yang ada di atas meja. Dia menggenggam tanganku, lalu menariknya ke pangkuan saat ada seseorang yang datang. Pria itu pandai bersandiwara. Dia melayani pembeli, tanpa melepaskan genggaman tangannya. D
Baca selengkapnya
Bab 112
"Dasar bocah," kataku seraya menyimpan ponsel. Dia pikir aku akan cemburu dengan foto yang Nabila kirim padaku? Foto yang menunjukkan jika dia tengah di bonceng Soni. Menurutku, itu tidak berarti apa-apa. Bisa saja mereka ketemu di jalan, lalu Soni membawa Nabila karena satu tempat kerja. Bisa juga, wanita itu memang sengaja memanas-manasiku dengan gambar itu? Sayangnya aku tidak merasa terbakar. Gambar, bahkan adegan yang lebih panas dari itu, pernah aku alami dalam hubungan sebelum ini. Jadi, itu tidak berpengaruh apa-apa buatku. Denting ponsel kembali mengalihkan pandanganku. Masih dari orang yang sama. Nabila kembali mengirimkan pesan dengan disertai gambar dia yang sudah berada di kedai kopi. Tangan suamiku itu merangkul pundaknya dengan tertawa lebar. "Mau ini anak apa, sih? Kok, ngirimin gambar beginian?" kataku merutuki kebodohan wanita bernama Nabila. Niatnya untuk membuatku cemburu, tapi malah terkesan memaksakan diri. Aku tahu, jika foto itu diedit. Ada bayangan
Baca selengkapnya
Bab 113
"Nenek, bukannya kita akan pergi ke tempatnya Om Soni?" ucap Shanum seraya berdiri di tengah-tengah aku dan Mama. "Oh, iya tadi Nenek sudah janji, ya mau pergi ke kedainya Om Soni? Mau ke sana sekarang?" Shanum mengangguk pasti. Dia menyimpan ponselku di meja, kemudian mengganti pakaian meskipun aku tidak menyuruhnya. Katanya, dia ingin berfoto di taman yang ada di dekat kedai kopi Soni. "Yuk, Num, kita ke sana. Kayaknya, toko kamu ini, sedang sepi juga. Mendingan kita jalan-jalan aja, yuk." Mama mengajakku ikut serta. Iya, tokoku sedang sepi, tapi sayang juga jika harus ditinggal pergi. Kalau tutup terus, nanti pendapatanku malah kian berkurang. Sedangkan utangku masih lumayan besar pada Ibu dan Bapak. "Num, mau pergi bareng kita? Mama kasih sejuta, biar kamu gak rugi ninggalin toko. Hari ini, kamu jadi supir Mama. Temenin Mama dan Shanum healing. Gimana?" Aku bengong seraya menimbang antara menolak dan menerima.Uang satu juta hanya menjadi supir sehari? Diajak jalan, jajan,
Baca selengkapnya
Bab 114
"Ekhem!" Aku berdehem membuat tangan Nabila yang tengah mengelap kening Soni terhenti. Dua orang berlainan jenis kelamin itu menoleh ke arahku dengan ekspresi yang berbeda. Soni dengan raut kagetnya, dan Nabila dengan seringai menyebalkan. Dia senang, aku memergoki mereka yang seperti sepasang kekasih. Saling membantu, saling memberikan perhatian. Namun, sayangnya aku sama sekali tidak cemburu. Otakku berpikir berusaha berpikiran jernih meskipun hati sedikit emosi. Soni yang tengah kerepotan memegang wadah bubuk kopi yang hampir penuh, menyulitkan dia untuk mengelap keringat yang bercucuran. Pikiran baikku, mungkin Soni meminta Nabila mengusap keringatnya agar tidak berjatuhan pada bubuk kopi mentah. Namun, diartikan lain oleh wanita itu. Dia justru keganjenan dengan memanfaatkan situasi ini untuk membuatku semakin cemburu. "Mbak, aku bisa jelasin. Ini, tidak seperti yang kamu lihat, kok," ujar Soni langsung mematikan mesin penggiling kopi. Dia keluar dari tempatnya, lalu mengh
Baca selengkapnya
Bab 115
"Bukan masalah cemburu atau tidak, Son. Ini hanya untuk berjaga-jaga saja. Kadang, apa yang dilihat orang tidak sesuai dengan faktanya. Takutnya, nanti ada orang yang iri dengki pada kita, terus dengan sengaja mengabadikan momen tadi, kemudian membagikannya dengan judul yang tidak sesuai kenyataan. Mengatakan kamu selingkuh, padaku, misalnya. Kita, kan tidak tahu mana orang yang benar-benar peduli, dan mana orang yang pura-pura peduli padahal dengki," ujarku memberikan pemahaman. Soni tersenyum begitu manis, lalu dia menganggukkan kepala ke arahku. Setelah beberapa saat mengobrol dengan Soni, Mama datang bersama putriku. Aku mempertanyakan mereka yang masuk belakangan. Ternyata, mereka ke taman dulu untuk berfoto ria. Dan putriku terlihat kesenangan dengan kepergian kami kali ini. "Om, kok sepi?" tanya Shanum pada Soni. "Iya, nih sepi. Sengaja Om tutup, kan tahu kalau Shanum mau datang ke sini. Om, hebat, bukan?" "Kalau begitu, buatkan Shanum minuman, dong. Kan, haus!"Kami tert
Baca selengkapnya
Bab 116
"Kenapa tidak diangkat?" tanyaku ketika Nabila menolak panggilan dari mantan suamiku itu. Ponsel yang sudah mati, kini dia masukan ke dalam saku celemek yang masih dia kenakan. Nabila juga tidak menjawab pertanyaanku. Dia mengalihkan pandangan ke sembarang arah tidak sama sekali menatap wajahku lagi. "Kamu bekerja untuk Mas Sandi?" Aku kembali bertanya. Wanita yang selalu menguncir rambutnya itu masih membisu. Namun, kegugupan masih terlihat jelas dari wajah manisnya. Aku masih tetap memperhatikan dia hingga gadis itu berdiri hendak pergi. Aku langsung mencekal lengannya, ikut berdiri di dekat pintu yang hampir dibuka oleh Nabila. "Kita belum selesai, Bila." "Tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan, Mbak. Tolong lepaskan tanganku, aku harus kembali bekerja.""Kamu belum menjawab pertanyaanku. Benar, kamu bekerja untuk Mas Sandi? Dibayar berapa kamu sama dia hingga rela mengkhianati temanmu sendiri?" "Aku tidak mengkhianati Soni! Apa yang aku lakukan, bukan karena materi, tapi
Baca selengkapnya
Bab 117
Soni masih tidak pergi dari sisi mobil yang belum kunyalakan mesinnya. Aku masih menunggu Mama yang tengah berbicara dengan seseorang lewat sambungan telepon. Entah siapa yang menghubungi Mama, hingga wanita itu terlihat sangat serius. Sedangkan Shanum, putriku sudah duduk manis di jok belakang seraya menonton video di YouTube. "Oh, iya, Son. Gimana kalau aku cari orang buat kerja bantu-bantu di toko? Soalnya, 'kan aku sering pergi mengantar jemput Shanum, rasanya sayang banget kalau ditutup. Yang ada, nanti pelanggan malah kabur karena keseringan tidak buka. Menurut kamu, gimana?" Soni manggut-manggut. Sebelah tangannya berada pintu mobil yang belum ditutup, dan sebelahnya lagi memegang pinggiran jok yang aku duduki. Dia menyetujui usulanku, karena memang paham akan kondisi Shanum yang masih trauma naik motor. "Tapi ... jangan cowoklah, Mbak. Aku gak tenang kalau di rumah ada laki-laki lain, sedangkan aku kerja di sini. Cewe aja, biar aman," celetuk Soni dengan kedua alis yang na
Baca selengkapnya
Bab 118
"Tumben datang, Pak?" kataku menutupi rasa malu.Aku sedikit menggeser tubuh, memberikan tempat untuk Bapak duduk di sampingku. Di depan kami, ada Shanum yang masih terlelap. "Iya, ada perlu sama kamu," ujar Bapak seraya menghenyakkan bokong di lantai beralaskan karpet. Tangan Bapak terulur mengusap kepala putriku yang tidak merasa terganggu dengan kehadirannya. Kemudian dia menatap lurus ke depan seraya membuang napas. "Gini, Num, Bapak mau menawarkan seseorang padamu."Keningku langsung berkerut mendengar maksud kedatangan Bapak. Menawarkan seseorang? Terdengar sangat aneh hingga membuatku semakin menajamkan pendengaran untuk menampung kata yang akan diucapkan Bapak selanjutnya. "Sepupu si Adit yang dari kampung, katanya sedang mencari pekerjaan. Maksud kedatangan Bapak ke sini, untuk menawarkan dia pada kamu. Kira-kira, kamu butuh orang buat bantu-bantu di sini, gak?" ujar Bapak membuatku mengerti. Aku manggut-manggut, tapi belum menjawab pertanyaan Bapak. Aku memang butuh or
Baca selengkapnya
Bab 119
Shanum mengangguk lemah. Dia mulai menghadap ke arah makanannya, lalu mencicipi masakan yang aku suguhkan. Namun, bukannya ikut makan bersama putriku, aku malah sudah tidak memiliki selera untuk menikmati hidangan yang tersaji. Pikiranku berkelana jauh pada pria yang pernah begitu berarti dalam hidup ini. Pria yang mengenalkan rasa cinta, bahagia, sekaligus nestapa. Jika saat ini Mas Sandi ada di sini, mungkin aku sudah merobek mulut busuknya itu. Tidak punya pikiran, laki-laki itu sudah mati rasa, hingga tega menyuruh putrinya untuk menuruti nafsu dan egonya. "Bunda, kok tidak makan?" Aku melihat pada Shanum, lalu mengangguk kecil. Tangan ini mulai menyedokkan makanan, lalu memasukkannya ke dalam mulut meskipun sedikit. Perutku harus terisi agar otak bisa berpikir jernih menghadapi kenyataan hidup yang penuh drama. Entah harus dengan cara apa lagi agar Mas Sandi berhenti mengusik hidupku. Aku benar-benar sudah lelah terus berurusan dengan dia juga masalah yang diciptakannya.
Baca selengkapnya
Bab 120
[Mbak, suamimu harus bertanggung jawab atas perbuatannya.] Aku mengusap wajah, kemudian duduk di lantai dengan punggung bersandar pada pinggiran kasur. Lama aku diam hingg pesan yang masuk dari wanita yang tak lain Nabila, bertambah lagi.[Soni harus menikahiku.]Aku memijit kening. Gambar yang Nabila kirimkan mampu membuat jantungku berdenyut nyeri. Namun, aku tidak ingin mengambil kesimpulan sebelum mendengar penjelasan dari Soni. Di dalam foto yang wanita itu kirim, Soni tengah tidur dengan merangkul pinggang Nabila. Bertelanjang dada, sedangkan Nabila hanya memaki tanktop. Bawahannya aku tidak tahu, dia tidak memotret keseluruhan tubuh, hanya dari perut ke atas saja. Aku ingin percaya pada foto itu, tapi harus berpikir ulang mengingat Nabila memang sedang gencar-gencarnya mencari celah untuk jadi orang ketiga. Untuk tidak percaya pun, sulit. Bagiamana mungkin Soni tidur di tempat kerja, yang memang di sana pasti banyak orang, juga ada teman lainnya yang sedang bekerja. "Alla
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status