All Chapters of Diamnya Istriku Usai Tahu Aku Selingkuh: Chapter 81 - Chapter 90
113 Chapters
Bab 81
Pov Alea“Kita memang menikah, tapi ingat ini semua hanya karena kepentingan saja. Kita saling membutuhkan satu sama lain,” ucap Mas Syahru, Pria keturunan India itu melangah menjauh. Meninggalkan aku sendirian di ranjang pengantin yang penuh dengan taburan kelopak bunga mawar merah. Ya, kami menikah memang bukan saling mencintai. Namun, karena suatu kepentingan yang menguntungkan satu sama lain, karena kebodohanku yang mengejar Mas Andi begitu menggila aku diteror di mana-mana. Dicap pelakor tak tahu diri. Yang paling parah adalah ketika aku berjalan-jalan di keramaian. Orang-orang tak lagi memandangku kagum seperti dahulu. Mereka malah cenderung memaki dan menghinaku. Parahnya ketika aku mulai sering mendapatkan lemparan telur busuk. Ya Tuhan, entah kenapa aku harus menanggung semua ini, padahal aku sudah benar-benar berhenti mengejar pria itu. Pria yang kuanggap seperti malaikat itu. Namun, apalah artinya dia berjiwa malaikat kalau sudah milik orang lain. Keteguhannya untuk memp
Read more
Bab 82
Saat itu aku merasa benar-benar ditolak dunia. Dibenci masyarakat, tak dianggap oleh suami, juga tak punya pekerjaan. Lengkap sudah penderitaanku ini. Aku tidak tahu berapa lama aku menangis di kamar, sampai aku terbangun ketiak matahari sudah naik.Aku memutuskan untuk turun, setelah sebelumnya memastikan tak ada suara di bawah sana. Rupanya pria itu sudah pergi. Ia bahkan meninggalkan rumah tanpa pamit.Aku duduk di sofa bekas tidur Mas Syahru yang bahkan masih berantakan.Haruskah aku yang membereskannya? Untuk apa, aku bahkan tidak dibayar sebagai pembantu.Namun, tetap saja rasanya mataku sakit melihat pemandangan yang berantakan ini. Apa lagi bau selimut ini, seperti tak pernah tersentuh air. Warnanya saja sudah sangat dekil. Bagaimana dia bisa sejorok itu.Akhirnya dengan sedikit perjuangan aku membawa benda bau dan dekil itu ke mesin cuci. Untunglah meski rumah ini sangat mini, tetapi peralatan elektroniknya cukup lengkap.~Entah ke mana dia pergi pagi ini. Bahkan, semalam ia
Read more
Bab 83
Melihat wajahnya yang menyeramkan, aku hanya bisa menggigit bibir bagian bawah, demi menghilangkan rasa gugup. Namun, setelah menciptakan jeda yang cukup panjang, tanpa kata pria itu langsung meninggalkan kamar begitu saja.Lebih baik aku segera menyelesaikan makan dari pada nanti dia akan mempermasalahkannya lagi. Ternyata makan di kursi gamers seperti ini sangat nyaman. Seharusnya dulu aku membeli kursi yang seperti ini.Setelah makan aku kembali ke bawah dan langsung mencuci piring. Namun, entah hanya perasaanku saja atau memang benar. Cara Syahru melihatku sungguh sangat mengganggu.“Sejak kapan kamu jadi suka cuci piring?”“Ini hanya pekerjaan gampang, semua orang juga bisa melakukannya?”“Enggak takut kukumu patah?”“Aku sudah lama enggak pakai kuku palsu?”“Oh ya, kenapa? karena, gak ada kerjaan?”Di antara banyak perkataan lain yang lebih ramah di teli
Read more
Bab 84
“Kalau aku menikah karena kasihan memangnya kenapa?”Pria itu malah tersenyum.“Bukankah kita sudah menikah sekarang, enggak peduli alasan dibalik semua ini. Aku suamimu sekarang!” tegasnya lagiAda apa dengan pria ini. Kata-katanya itu kenapa sering kali membuatku menjadi salah mengartikannya.“Siap-siap sebentar lagi kita dipanggil!”Sekarang bahkan ia tersenyum padaku.Ah, iya aku lupa jika aktingnya akan segera dimulai. Kenapa juga dengan pikiranku. Sekarang ketika nama kami dipanggil, ia bahkan mengulurkan tangannya.Kami bahkan terlihat seperti pasangan yang saling mencintai. Sudahlah, sepertinya Tuhan bahkan menakdirkanku menjalani pernikahan sandiwara. Sesuai dengan pekerjaan yang kutekuni bertahun-tahun yang lalu.~“Kalian tuh settingan enggak sih? Tuh sekarang nitizen tuh banyak banget yang mempertanyakan pernikahan kalian yang serba mendadak di tengah gempuran gossip yang ssst!”Host itu langsung menutup bibirnya.Pertanyaan itu, padahal sudah dipersiapkan. Namun, sepertin
Read more
Bab 85
“ENAKNYA KITA APAIN INI!” Ya Allah aku harus bagaimana, bahkan orang-orang yang semula hanya hitungan jari sekarang hampir semua yang melintas jadi berhenti dan memperhatikanku. Saat itu aku ingin kembali masuk. Namun, seseoran malah menjaga di depan pintu. “Ih, mau ke mana?” kata wanita yang entah siapa. Dia bahkan mulai mendorongku, agar menjauh dari pintu kaca. “Mbak maaf, tapi saya di sini sama suami. Enggak mungkin juga saya menggoda suami orang.” “Alah, kamu bisa aja bohong! Saya tahu bagaimana jahatnya kamu. Kamu tuh sampai nyulik istrinya Mas Andi. Emang enggak malu, ya datang ke sini?” “Kalau saya jadi Mbak Ayu sudah saya masukin kamu ke penjara. Biar tahu rasa!” “Muka aja cantik tapi hatinya busuk!” Wuuuh! Sekarang mereka malah meneriakanku. Aku yang sudah tak tahan lagi, memilih meninggalkan tempat ini. “Tolong biarkan saya masuk! Suami saya di dalam.” “Hih! Enggak! Kal
Read more
Bab 86
“Mbak, kenapa? Abis dikejar-kejar siapa? Sini istirahat dulu!”Seorang ibu paruh baya tiba-tuba saja menghampiriku. Tak hanya itu, ia bahkan mengeluarkan botol air mineral ke pangkuanku.“Diminum dulu! Biar tenang!”Aku menatapnya sebentar. Bagaimana pun aku harus tetap waspada pada orang asing. Sejak kejadian itu, pikiranku jadi tak pernah tenang. Selalu saja waspada. Aku pikir semua orang pasti membenciku.“Tenang aja Mbak, ibu bukan orang jahat kok. Nah itu warung ibu.”Wanita itu menunjuk ke arah toko serba ada di seberang jalan.“Kalau mau istirahat di sana. Ayo bareng sama ibu! Dari pada di sini enggak ada kursi. Masa mau duduk di batu.”Sepanjang trotoar memang hanya ada batu-batu besar. Sekali lagi ibu itu merangkulku. Ia bahkan tak segan menuntunku menyebrangi jalan, yang saat itu masih ramai kendaraan berlalu lalang.“Ibu tinggal dulu, ada yang beli. Mbak tenagin diri di sini dulu, ya!”Saat itu memang ada 2 orang pembeli yang datang ke tokonya. Untunglah masih ada orang yan
Read more
Bab 87
Baik salah, tak peduli juga salah. Rasanya semua yang aku lakukan hanya sia-sia. Ia selalu punya cara untuk mencaci.~Malam itu aku tak peduli lagi, ia akan memakai selimutnya atau tidak, kalau pun ia kedinginan itu bukan salahku, tapi salahnya sendiri. Ternyata susah sekali menjadi istri, bahkan aku saja masih belum bisa mencuci dengan benar.Aku pikir uang bisa membeli segalanya, tetapi tak ada yang tahu nasib seseorang seperti aku sekarang. Tak ada gunanya tas-tas mahal koleksiku. Pada akhirnya semuanya hanya akan tersimpan di gudang.Andai dulu, aku mengalihkan dana itu untuk membangun sebuah bisnis, pasti di saat terpuruk seperti ini masih ada yang bisa diandalkan. Setidaknya tidak perlu bergantung hidup pada orang yang sama sekali tak tahu caranya menghargai.Malam itu sungguh aku menghabiskan malam dengan penuh penyesalan. Menyesali pernikahan, gaya hidup hedonis, juga aku yang selalu berpikir pendek. Alhasil keesokan harinya mataku membengkak cukup parah. Tadinya aku i
Read more
Bab 88
Entah kenapa waktu seakan enggan berlalu. Aku sudah sangat merasa tidak enak. Apa lagi hari ini aku makan cukup banyak. Pasti sangat berat.“Turun aja ya, Mas! Enggak apa kok. Aku biasa kayak gini. Namanya juga perempuan.”“Jangan bawel. Sebentar lagi nyampe!” katanya.Pria itu benar-benar menggendongku sampai ke rumah. Herannya, Mas Syahru masih saja mempertahankan wajah datarnya. Bahkan ketika ia menurunkanku.“Udah nyampe. Masih mau digendong?” tanyanya sambil menatapku, tanpa senyum sedikit pun.Bagaimana bisa ia biasa saja dengan jarak sedekat ini?Ah, iya bagaimana aku bisa lupa kalau dia seorang model profesional. Jelas saja ia sangat biasa dengan adegan seperti ini.Sepertinya aku terlalu lama menganggur. Sehingga terlalu banyak memikirkan hal-hal yang tidak penting.“Alea, kalau memang enggak mau turun, bukakan pintunya!”“Oh, a-aku mau turun kok, Mas!”“Enggak usah, sudah tahu sakit. Kenapa tetep maksain buat jalan sendiri?”“Ayo, bukain handlenya? Tanganku dua-duanya sibuk
Read more
Bab 89
“Apanya yang yang jangan sekarang?”Pria itu malah menatap bingung.“Ka-kamu mau i-itu ‘kan?”“Dasar mesum! Aku mau ambilkan kamu minyak kayu putih. Ini!”Tanpa merasa bersalah pria itu meletakkan benda kecil itu ke genggamanku.“Aku sudah bilang ‘kan belum mau menyentuhmu.”Dia bilang belum? Itu artinya?Ah, tidak. Jangan berpikir macam-macam. Dia menyukai sesama. Bahkan jika aku memakai pakaian terbuka pun ia tak akan tergoda.Tanpa sadar aku telah menggelengkan kepala. Sekarang Mas Syahru jadi semakin memperhatikanku.“Aku akan ngebut! Kamu jangan kabur lagi, oke?”“Siapa juga yang mau kabur, bisa bocor di jalan nanti.”“Nah, itu tahu. Jadi anak baik! Yang nurut sama suami!”Suami?Kenapa rasanya aneh sekali.Pria itu datang dengan membawa pembalut beserta minuman untuk meredakan nyeri datang bulan, tetapi dengan jumlah yang sagat banyak. Aku masih memaklumi jika ia membeli pembalut yang sangat besar. Aku juga suka begitu, tetapi minuman sebanyak ini siapa yang akan mengonsumsinya?
Read more
Bab 90
“Minumlah!”“Terima kasih.”“Kamu selalu seperti ini setiap bulan?”“Ya,”“Almarhumah ibuku dulu enggak seperti ini.”“Setiap wanita memang berbeda.”“Apa perlu ke dokter buat cek, mungkin ada sesuatu yang memicumu seperti ini.”“Enggak perlu, biasanya setelah minum akan baikkan.”“Oke, sebentar sayurku sudah matang.”Pria itu sangat sibuk. Namun, sama sekali tak mau dibantu. Melihatnya begini, sekarang air mataku tak tertahankan lagi. Ia tumpah begitu saja dan aku benar-benar kehilangan kendali atas itu.“Jangan menangis, Alea. Aku aku menyakitimu lagi?”Aku hanya menggeleng.“Lalu, kenapa kamu begini. Aku yakin rumah ini cukup bersih, rasanya tak mungkin ada debu bahkan angin yang masuk dari luar.”“Kamu benar, Mas. Aku hanya merasa sedikit terharu mendengar seseorang memujiku. Setiap hari aku begitu akrab dengan hinaan.”“Kamu masih sering buka komen negative?”“Aku enggak niat buka, tapi berita itu muncul sendiri.”Mas Syahru yang semula berdiri, lantas mulai mendekatkan diri pada
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status