All Chapters of Diamnya Istriku Usai Tahu Aku Selingkuh: Chapter 101 - Chapter 110
113 Chapters
Bab 101
Sudah kuduga ia pasti menyukai suamiku.Ya Allah, ternyata hubungan seperti ini memang benar-benar ada. Sekarang, aku harus bagaimana, jika kemudian Mas Syahru juga memiliki perasaan yang sama?“Kamu bilang apa? Memangnya kamu menanggap aku sebagai apa? Bukankah kita saudara. Sudahlah, aku buru-buru. Setelah ini aku ingin pergi lagi.”“Memangnya kamu mau ke mana?”“Mau ajak Alea ke tempat makan yang lagi viral itu.”Mas Syahru bahkan tersenyum begitu lebar. Namun, berbeda dengan lawan bicaranya yang tampak memerah. Jelas sekali aura ketidaksukaan terpancar di wajahnya.Mungkinkah dia cemburu padaku.Mas Syahru dengan tegas melepaskan rangkulan Reza.“Jangan lakukan ini lagi!”“Kenapa? Apa kamu malu? Dulu kamu biasa saja.”“Ada perasaan yang harus aku jaga.”“Kamu mati-matian menjaga perasaannya, memangnya yakin kalau dia juga puny
Read more
Bab 102
Ia bahkan tak menghargai keberadaanku di sini. Berani sekali ia memeluk Mas Syahru di depanku.Aku refleks memalingkan wajah karenanya.“Jangan begini Za, kita mungkin memancing orang untuk berpikir macam-macam!”“Jangan pergi, Sayang!”Aku ingin berbalik, tetapi ragu. Ia memanggil aku atau bukan. Sebelumnya sekali pun ia tak pernah memanggil sapaan itu, kecuali jika kami sedang berada di luar. Namun, saat kurasakan seseorang menarik lenganku dari rah belakang, barulah aku sadar jika yang di maksud Mas Syahru memang aku.“Tunggu sebentar!” katanya lagi.“Kalau Mas masih ada urusan sama Reza, enggak apa selesaikan dulu. Kita bisa keluar kapan saja, lagi pula sekarang gerimis. Kayaknya terlalu maksain juga kalau kita nekat pergi sekarang.”“Dia bahkan enggak keberatan, Ru. Kenapa kamu yang justru seperti keberatan.”“Kamu ini yang kenapa Za, datang-datang sudah bertingkah aneh? Kali ini kami memang niatnya mau pergi. Bukannya kamu juga tahu itu.”Aku masih ingat tadi pagi Mas Syahru sem
Read more
Bab 103
Semakin aku melarangnya pria itu malah menjadi lebih tertantang. Sekarang aku hanya bisa pasrah. Membiarkan ia menyisir rambutku. Sampai kemudian sisiran itu berubah jadi pijatan lembut di kepala. “Enak enggak?” “Hm, tapi harusnya enggak usah!” “Diamlah, ini akan buat kamu lebih fresh.” Ah pria ini kenapa setiap hari ada saja perbuatannya yang membuatku salah tingkah sendiri. Apakah benar jika rasa sayangnya padaku tulus? Aku hanya takut kalau yang ia lakukan ini hanya untuk menutupi hal yang ia lakukan di belakangku. “Sudah selesai,” katanya. “Hm, makasih. Mas pintar mijat juga ya, hebat.” Aku berbalik menatapnya, sehingga kini mata kami jadi saling diam. Sampai ia kembali membelai legam rambutku dengan begitu lembut. Hampir saja aku kehilangan kendali karenanya. “Rambutmu bagus sekali.” “Biasa aja kok.” “Kamu jauh lebih cantik begini.” “Kalau kamu suka, aku bisa begini terus.” “Jangan sesekali memperlihatkan cantiknya dirimu pada orang lain lagi, ya.” “Insyaallah.” Sep
Read more
Bab 104
Ia pergi ke toilet dengan seringai di wajahnya.Entah apa yang akan dia lakukan. Jelas-jelas aku tidak sengaja dia malah tak terima. Memangnya apa yang rugi? Dia tak kehilangan apa pun.Seperti janjinya, ia mengimami salat subuh dengan alunan yang begitu merdu. Namun, usai salam yang terakhir, hatiku kembali merasa cemas.“Salim!”“Harus?”“Oh, ya sudah kalau enggak mau.”“Mau.”Ah aku bahkan tak pernah melakukan hal ini kecuali pada ayah. Itu pun sangat jarang karena memang kami tinggal terpisah. Bagaimana bisa aku akan melakukannya dengan pria ini.“Mas enggak akan maksa kalau memang belum mau.”Tanpa kata aku langsung menarik lengannya, lantas menghidunya dengan takzim.Payahnya baru menyentuh tangannya saja sudah tremor.“Hahaha.”Lihatlah sekarang, bahkan ia menertawakanku.“Kamu ini artis macam apa? Bukannya dulu kamu biasa melakukan sesi foto, kamu terlihat biasa saja. Kenapa denganku begitu gugup.”“Apa sih Mas, dulu ‘kan professionalitas semata. Sekarang bedalah.”“Apa bedany
Read more
Bab 105
“Mas sebenarnya mau melakukan apa?”“Mas tahu siapa biang dari masalah ini.”“Siapa?”“Kamu juga kenal orangnya. Sudah nanti saja kita bahas!”Ia sudah akan beranjak, tetapi kemudian malah kembali berbalik dan mendekat padaku. Ia tangkupkan kedua telapak tangannya itu di wajahku.Aku harus apa? Bahkan, dalam suasana yang genting saja ia masih saja bersikap romantis.“Jaga diri baik-baik, ya!”“Hm.”Tiba-tiba saja ia menarik kepalaku mendekat, sampai kemudian kurasakan benda kenyal itu menempel di keningku. Ada bekas basah yang kian mengering seiring dengan hembusan angin yang menerpa wajah, begitu pintu rumah kami terbuka.Bodohnya kenapa aku hanya diam saja. Seharusnya berontak saja.“Aku harus pergi Al, jangan sedih. Semuanya akan baik-baik saja. Bahkan jika mereka berhasil mengantongi bukti itu, Mas yang akan membuktikan sendiri kalau pernikahan kita memang sungguhan.”“Terima kasih, tapi bisakah berjanji satu hal saja padaku.”“Apa?”“Aku cuma punya Mas di sini, janji buat kembali
Read more
Bab 106
Tepat saat hantaman keras pada pintu itu semakin intens terdengar, petugas keamanan untungnya segera datang. Barulah aku berani menilik dari celah gorden yang terbuka. Itu pun dari balik kamar yang berada di lantai 2. Rupanya tak hanya ada petugas, orang-orang sekitar rumah pun ikut melihat kekacauan itu.Ya Tuhan aku pikir ia menghantam pintu dengan tangannya. Namun, setelah melihat halaman rumah yang berantakan barulah aku tahu jika ia bahkan tak sekedar datang, tetapi juga merusak.Melihat dari kejauhan saja, sepertinya postur tubuh itu sangat mirip dengan Reza.“Ya Allah jangan-jangan memang dia, yang menyebarkan berita itu. Lagi pula siapa lagi orang terdekat kami yang mengetahui rahasian ini, selain dia.”Aku bergegas turun, mengingat salah satu petugas keamanan mulai mengetuk pintu. Sepertinya mereka ingin aku memberikan keterangan.Luna yang tak lain salah satu tetangga rumahku, seketika menghambur dan memelukku erat.“Ka Alea baik-baik aja, ‘kan?” katanya dengan wajah yag kha
Read more
Bab 107
Hingga terdengar decit pintu yang terbuka barulah aku berani untuk membuka selimut. Untungnya yang datang suamiku.“Jangan takut Al, itu hanya ban motor yang tetangga yang pecah.”“Astaghfirrullah.”“Kejadian kemarin pasti bikin kamu trauma, ya?”“Enggak kok Mas, aku cuma sedikit takut aja. Enggak sampai ke tahap trauma. Terus bagaimana orang yang bawa motornya baik-baik aja ‘kan?”“Alhamdulillah. Mas Danu baik-baik saja kok. Dia baru aja pulang shift 3.”“Ada-ada saja.”“Iya, sampai tetangga kita keluar semua. Dikira bom.”Aku sampai tertawa karenanya. Memang bunyinya seperti itu.“Nah, begitu dong. ‘Kan tambah cantik kalau ketawa.”“Apa sih Mas, pagi-pagi bukannya sarapan malah gombal.”“Lihat wajah kamu aja sudah kenyang kok.”“Ih, malah tambah gombal. Sudahlah aku mau ke bawah dulu, kita sarapan roti bakar dulu ya.”“Hm, boleh. Asalkan buatanmu semuanya enak.”“Timbang masukin ke panggangan aja kok enak, Mas. Itu mah standar rasanya.”“Tapi, ‘kan beda rasanya kalau makanan dibuat
Read more
Bab 108
“Kamu di rumah aja. Mas yang ke sana. Kunci pintu ya, jangan keluar kalau ada yang ketuk. Mas ‘kan tahu sandinya jadi pasti langsung masuk.”“Oke.”Aku hanya bisa mengiyakan apa yang diperintahkan suamiku, sebelum akhirnya ia pergi untuk mengatasi kekacauan. Saat itu aku memang mengantarnya sampai ke depan.Namun, begitu aku akan kembali masuk, Luna yang kebetulan tengah membuang sampah malah menyapaku.“Pagi Ka, baik-baik aja ‘kan?” katanya.Entah kenapa ia bertanya seperti itu. Apakah memang wajahku terlihat bermasalah?“Alhamdulillah.”“Syukurlah, oh ya Ka, aku boleh minta tolong boleh enggak?”“Apa?”“Hari ini aku masak banyak buat acara nanti siang. Kakak bisa enggak cobain masakan aku, kurang apa gitu. Aku enggak percaya diri, masalahnya aku baru mau coba masak. Resepnya aja lihat di youtube.”“Boleh.”Gadis cantik berusia 22 tahun ini merupakan seorang karyawan di bank swasta. Setahuku ia memang tak suka memasak, bahkan pernah mengatakan jika ia tak tahu sama sekali tentang bu
Read more
Bab 109
“Loh, memangnya sudah?”Aku bahkan bisa melihat matanya yang sejak tadi meredup, mendadak berbinar.Aku hanya mengangguk, tetapi pria itu malah kembali memelukku. Kali ini ia bahkan mendaratkan kecupan singkat di kening.“Sejak kapan?”“Memangnya harus aku kasih tahu?”“Ya harus dong, Sayang.”“Mungkin sebelum Mas mengutarakan semuanya.”“Ya Allah, ih masa sih. Enggak nyangka deh.”“Terus kenapa kemarin kesannya kamu kayak mau nolak Mas.”“Siapa yang enggak shock lihat pasangan sendiri punya hubungan yang cukup dekat dengan sesama jenis lagi. Aku hanya perlu waktu meyakinkan diriku sendiri, kalau memang semua in hanya salah paham.”“Jadi sekarang ceritanya sudah yakin?”“Insyaallah, melihat bagaimana Mas bersikeras untuk melindungiku. Itu saja sudah cukup untuk membuktikan semuanya.”“Kalau begitu ayo!”“Ke mana?”Ia malah menatap pintu kamar kami yang saat itu masih terbuka. Siapa lagi yang melakukannya kalau bukan Reza si pembuat onar itu bahkan tak menutupnya kembali.“Mas memangny
Read more
Bab 110
“Apa sih Sayang, pikiran kamu itu ya! Kotor banget.”“Memang kenyataannya begitu ‘kan?”“Suamimu ini masih normal. Mana mungkin mau melakukan hubungan sesama jenis. Membayangkannya saja sangat mengerikan.”“Ya terus kalau Reza nginep dia tidur di mana?”“Di bawah, di sofa tempat Mas biasa tidur.”“Memangnya dia mau.”“Ya, harus mau. Suruh siapa numpang tidur di sini. Sudah tahu rumahnya kecil.”Ternyata berbeda sekali perlakuannya padaku dan orang lain.“Meskipun Mas berteman baik, Mas juga enggak naif. Dia dari awal memang keliatan enggak normal sejak kasus pelecehan itu, jadi harus pintar jaga diri.”“Baguslah.”“Udah enggak marah lagi?”Aku hanya menggeleng.“Cie ada yang cemburu.”“Aku hanya bertanya, tolong jangan menafsirkannya sebagai cemburu.”“Orang enggak akan bertanya jika tidak cemburu.”Entah sejak kapan pria ini menjadi sangat narsis. Sepanjang jalan menuju rumah ia bahkan terus saja memaksaku untuk mengakui kecemburuanku padanya.“Iya, aku cemburu sama Reza. Puas?”Seka
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status