All Chapters of Testpack Milik Siapa di Tas Suamiku?: Chapter 11 - Chapter 20
128 Chapters
11 Aku Sudah Berusaha Adil
Sudah satu minggu lebih, bahkan hampir dua mingguan lamanya, email yang dikirim Leandra tidak mendapat tanggapan dari kantor Tian.“Kenapa sih kamu gelisah terus akhir-akhir ini?” Rendra mempertanyakan, seingatnya dia sudah membagi waktu antara Leandra dan Silvi dengan sebaik-baiknya. Dan Leandra masih dia prioritaskan dengan lima hari penuh bersamanya, begitupun soal nafkah bulanan yang tidak pernah terlambat Rendra berikan.“Aku belum dapat jawaban dari kantor yang aku incar,” jawab Leandra sambil berkali-kali memeriksa email-nya.Rendra tersenyum tipis, “Kamu kira cari kerja itu gampang? Sudahlah, kamu di rumah saja seperti biasa. Toh aku juga nggak pernah menelantarkan kamu kan?” Leandra meletakkan ponselnya dan berbaring dengan wajah lelah di tempat tidur.Melihat sang istri tidak bersemangat, Rendra lantas berinisiatif untuk mengajaknya jalan-jalan ke mal.“Kita belanja, yuk?” ajak Rendra sambil mengusap kepala Leandra. “Atau kita ke puncak? Sudah lama kan kita nggak li
Read more
12 Keluh Kesah Sang Menantu
Widi sedang merapikan pot-pot yang berisi tanaman hiasnya ketika salah seorang asisten rumah tangga muncul di halaman.“Maaf, Nyonya ... ponsel Nyonya bunyi!” lapornya memberi tahu.“Ya sudah, kamu tunggu dulu tanaman saya.” Widi berdiri dan melangkah masuk ke dalam rumah. Dia langsung menuju kamarnya di lantai dua karena ponsel itu ditinggalkannya sejak sarapan pagi tadi.“Siapa ya pagi-pagi begini telepon?” gumam Widi sambil meraih ponselnya yang berdering, dia mengerutkan kening ketika melihat nama yang terpampang di layar. “Halo?”“Bu, Mas Renda kenapa sih?” Suara Silvi langsung terdengar begitu Widi menerima teleponnya. “Aku suruh dia mampir, tapi dia malah negur aku ...!”“Silvi, kamu kenapa, Nak?” tanya Widi khawatir. “Jangan gelisah begitu, kamu kan sedang hamil.”Setelah Silvi sudah agak tenang, Widi melanjutkan ucapannya. “Apa yang terjadi? Memangnya Rendra kenapa?” “Mas Rendra ternyata sedang cuti, tapi dia nggak mau mampir ke tempatku, Bu!” ucap Silvi dengan nada g
Read more
13 Suami Tidak Perlu Minta Izin
“Kenapa kamu tidak langsung mampir ke tempat Silvi?” tanya Widi tajam ketika Rendra menghadap kepadanya.“Ibu yang benar saja, aku kan sedang sama Lea.” Rendra mencoba memberikan pengertian. “Ibu mengharapkan aku mampir ke sana dan membiarkan Lea bertemu sama Silvi?”“Memangnya kenapa, Ren?” tukas Widi dengan nada tidak mau dibantah. “Silvi itu sedang hamil muda, dia lebih membutuhkan perhatian kamu dibandingkan Lea. Yang namanya istri sedang hamil itu memang harus kamu istimewakan.”Rendra meremas rambutnya sendiri dengan gusar.“Tapi aku tetap nggak bisa membiarkan mereka berdua bertemu,” kata Rendra sambil menggelengkan kepala. “Dan perjanjiannya adalah aku ke tempat Silvi cuma dua kali dalam seminggu.”Widi geregetan memandang putranya dan menghardik, “Silvi sedang hamil muda, Ren! Kamu mana tahu rasanya hamil itu bagaimana! Mual, muntah, pusing, tidak bisa tidur juga!”Suara keras Widi membuat Rendra terperangah.“Wajar kan, Bu?” ujar Rendra yang tidak suka ditekan seperti
Read more
14 Aku Juga Istri Kamu yang Sah
Malam itu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan, tapi Rendra belum juga pulang ke rumah. Leandra sudah berusaha menghubungi ponselnya beberapa kali, tapi tidak kunjung diangkat atau menghubungi balik.Sejujurnya Leandra sudah berusaha memaklumi jika Rendra masih harus menemani Silvi lebih lama lagi, tapi dia ingin suaminya memberikan kabar supaya pikiran Leandra tidak gelisah sedemikian rupa.“Bu, Mas Rendra apa kasih kabar ke Ibu mau pulang jam berapa?” tanya Leandra yang tidak bisa menahan diri lagi ketika mendengar suara pintu kamar Widi dibuka.“Bukannya dia masih di tempat Silvi?” jawab Widi dengan nada biasa. “Kamu tidak usah terlalu khawatir, dia kan melakukan kewajibannya sebagai seorang suami.”Leandra menarik napas.“Aku cuma khawatir kalau terjadi sesuatu, karena Mas Rendra tidak kasih kabar sama sekali.” Dia menjelaskan. “Aku coba hubungi ponselnya juga tidak diangkat dari tadi.”Betapa herannya Leandra, ekspresi wajah Widi sedikit mengeras ketika mengetahui mena
Read more
15 Mempersiapkan Diri Jadi Janda
Rasa kecewa Leandra masih terasa hingga dia enggan untuk melayani keperluan Rendra dengan sepenuh hati. “Kalian kenapa, tumben diam?” tanya Widi ingin tahu seraya memandang putra dan menantunya bergantian. “Nggak apa-apa,” jawab Rendra sambil menghela napas. “Aku cuma capek saja.” Leandra memilih diam karena haknya untuk bicara sudah tertelan di kerongkongan sebelum dia sempat bersuara. “Mas, hari ini kemungkinan aku nggak ada di rumah.” Leandra memberi tahu ketika dia mengantar Rendra menuju mobilnya. “Maksud kamu?” Pikiran Rendra langsung ke mana-mana. “Nggak ada di rumah gimana?” “Ya aku mau pergi,” tukas Leandra dengan kening berkerut. “Kenapa muka kamu kaget begitu sih, Mas?” Rendra melihat ke arah pintu, kemudian segera menarik Leandra untuk masuk ke mobilnya. “Aku paham kalau kamu marah sama aku,” kata Rendra lambat-lambat. “Aku ketiduran di sana dan ... kamu nggak hubungi aku, jadi aku pikir kalau kamu nggak keberatan seandainya aku pulang terlambat sebentar saja.” Lea
Read more
16 Tidak Mau Diintimidasi Lagi
“Tapi, Pak ... saya ada perlu penting sekali sama Pak Tian!” ucap Leandra yang masih bertahan di tempatnya berdiri.“Maaf, Bu. Ini adalah aturan dari Pak Tian sendiri,” sahut si satpam tegas.Belum sempat Leandra menjawab, terdengar suara klakson yang cukup keras di belakang mereka disusul mobil putih bersih yang menepi perlahan.Satpam yang tadi mengusir Leandra bergegas menyingkirkan motor matic yang berada mepet sekali dengan mobil putih itu.“Nah Bu, silakan pergi!” suruh satpam lagi seraya menunjuk motor Leandra, setelah itu dia mempersilakan mobil putih itu untuk melaju.“Itu bukannya Pak Tian ya?” tanya Leandra yang teringat dengan mobil putih bersihnya. “Saya mau bicara sebentar sama beliau ....”“Tidak bisa, Bu. Harus bikin janji dulu kalau mau bertemu Pak Tian,” jelas satpam untuk kesekian kalinya. “Begini saja, Ibu bikin janji untuk pertemuan hari apa. Nanti akan saya sampaikan ke sekretaris Pak Tian.”Leandra sadar bahwa mencari pekerjaan tidak semudah yang dibayang
Read more
17 Memaksa Bertemu Tian
Keesokan harinya, Leandra kembali merencanakan untuk mendatangi kantor Tian lagi.“Kamu mau ke mana?” tanya Rendra heran karena mendapati Leandra ikut bersiap-siap sesaat sebelum dirinya berangkat kerja.“Ke kantor yang kemarin lagi,” jawab Leandra terus terang. “Soalnya aku belum berhasil bertemu sama bosnya.”Rendra berputar menghadap Leandra.“Buat apa kamu bertemu sama bosnya?” tanya Rendra heran. “Cukup serahkan surat lamarannya ke satpam atau sekretaris, setelah itu kamu tinggal menunggu panggilan. Itu juga kalau kamu dipanggil sama mereka.”Leandra melirik ke arah Rendra dan menyahut, “Kok kamu kayak nggak yakin begitu?”“Masalahnya kamu kan belum punya pengalaman kerja apa-apa,” jawab Rendra masuk akal. “Bukan maksud aku meremehkan kamu ....”“Makanya biar aku berusaha dulu,” kata Leandra tegas sambil berdiri. “Kita nggak akan tahu sebelum mencobanya kan? Kamu saja coba-coba poligami nggak bilang-bilang dulu sama aku, masa aku harus mundur Cuma karena aku nggak punya p
Read more
18 Jangan Coba-coba Memeras Saya
“Permisi, Pak?”Terdengar suara pintu diketuk pelan.“Masuk,” suruh Tian singkat.Pintu terbuka dan Dini melangkah memasuki ruangan, segera saja dia menjelaskan tentang keberadaan Leandra di luar.“Saya kan sudah bilang kalau kantor ini tidak buka lowongan pekerjaan,” ulang Tian untuk kesekian kalinya. “Suruh dia pulang atau cari pekerjaan di tempat lainnya.”“Tapi, Pak ... Ibu itu bilang kalau dia dikasih kartu nama Bapak dan minta tanggung jawab atas tabrakan yang dia alami,” ucap Dini menjelaskan.Tian terpaku sebentar kemudian berpikir keras, seingatnya dia tidak pernah memberikan kartu namanya kepada sembarang orang.“Tabrakan apa?” tanya Tian lupa-lupa ingat. “Siapa orang itu sebenarnya?”“Dia yang kemarin memasukkan berkas lamaran pekerjaan ke kantor ini, dan dia juga memaksa ingin bertemu Bapak karena ingin minta tanggung jawab.” Dini menjelaskan lagi. “Suruh dia masuk,” perintah Tian sambil memutar kursinya membelakangi meja.Leandra masih duduk menunggu dengan har
Read more
19 Pekerjaan yang Leandra Dapatkan
Keesokan paginya, Leandra bangun dengan lebih bersemangat. Bayangan dia akan terbebas dari sikap judes ibu mertuanya seolah membuat pagi itu terasa lebih cerah dibandingkan hari-hari biasa.“Lea, kenapa kamu jadi kelihatan lebih sibuk daripada aku?” tanya Rendra ketika sang istri dengan gesit menyiapkan pakaian kerja untuknya. “Bukankah kamu belum pasti diterima kerja?”Gerakan tangan Leandra terhenti ketika Rendra bertanya.“Aku sudah diterima kerja kok, Mas.” Dia memberi tahu dengan senyum merekah di sudut bibirnya.“Kamu diterima kerja?” ulang Rendra dengan kening berkerut. “Kok kamu nggak cerita sama aku?”Leandra terdiam sebentar.“Oh maaf, Mas! Mungkin aku lupa ...” katanya dengan nada meminta maaf. “Tapi intinya aku diterima kerja, ini nanti aku baru mau bicara lebih lanjut sama sekretarisnya.”Rendra meraih kemeja yang disiapkan Leandra dan menyahut, “Memangnya kemarin kamu bertemu sama siapa kalau bukan sama sekretarisnya?” “Sama bosnya langsung,” ucap Leandra sambil
Read more
20 Kebenaran yang Tak Terbantahkan
“Kamu mau apa, Mas?” Leandra langsung tergeragap bangun dan beringsut menjauh dari Rendra. “Kenapa kamu kaget begitu, Lea?” tanya Renda heran. “Aku ini kan suami kamu sendiri.”Leandra tertegun, jantungnya berdegup kencang seperti ditabuh paksa. Bukan karena getaran cinta terhadap suaminya, tapi justru perasaan takut yang tidak wajar adanya.“Kamu mengagetkan aku, Mas!” ucap Leandra dengan napas terengah seakan habis berlari menempuh jarak yang teramat jauh. “Kamu kenapa sih harus dekat-dekat begitu?”Rendra yang tadinya ingin meninggalkan kecupan di kening Leandra, mendadak hilang rasa karena merasa dikesampingkan.“Memangnya kamu pikir aku mau ngapain?” tanya Rendra agak tersinggung. “Malam ini aku mau ke tempat Silvi, jadi aku pikir ... aku nggak mungkin pergi begitu saja tanpa kamu tahu.”Leandra terdiam. Dia menunggu hingga jantungnya berdetak lebih teratur, setelah itu memandang Rendra yang menegakkan dirinya tidak jauh dari tempat tidur.“Kenapa kamu berpikir begitu, Ma
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status