All Chapters of NODA: Chapter 161 - Chapter 170
197 Chapters
161. Kejutan untuk Luna
POV Megantara. Setelah mengantar Anyelir pulang, aku kembali ke hotel karena masih banyak yang harus dikerjakan. Namun aku menyempatkan diri menemui Renata yang aku tahu dia masih ada di Bali setelah menghadiri acara resepsiku beberapa waktu lalu.Terdengar suara pintu dibuka setelah aku mengetuknya beberapa kali dan kulihat Renata berdiri di baliknya. "Hai," sapanya terlihat sedikit canggung tidak seperti Renata yang biasanya langsung memelukku secara paksa begitu melihatku, meski aku menolaknya habis-habisan dengan kata 'lepas, bukan mahram!' tapi bukan Renata namanya jika tidak keras kepala."Hai, Assalamualaikum," balasku."Waalaikumsalam.""Mari masuk.""Di sini saja. Aku buru-buru.""Oke ...."Kami pun duduk di sofa yang ada di teras.Untuk beberapa saat kami saling diam. Keakraban yang dulu ada diantara kami seolah sirna dan kami harus memulainya kembali dari awal, mungkin saat ini kami sama-sama sedang memilih kalimat yang tepat untuk membuka percakapan setelah begitu ba
Read more
162. Kejutan untuk Luna 2
POV BiantaraWanita itu akhirnya pulang setelah beberapa hari memilih pergi dan menghindar dariku. Dia bahkan membantah dengan bersikeras mengambil pekerjaan di Bali saat kondisi rumah tangga kami sedang tidak baik-baik saja. Ia melangkah gontai dengan koper di tangan setelah keluar dari taksi online yang menurunkannya di depan gerbang. Sengaja, aku tidak menjemputnya dari bandara untuk sekedar memberinya pelajaran, sebelum dia menghadapai pelajaran yang lebih besar lagi, pelajaran yang sudah menantinya karena ulahnya sendiri. Aku tahu apa yang membuatnya begitu terlihat rapuh saat ini, kantor cabang tempatnya bekerja mengatakan padaku beberapa saat lalu bahwa pemegang kerja sama yang dipercayakan pada Luna di Bali diganti karena pihak hotel yang meminta dan aku tahu itu siapa."Sudah lupa sopan santun masuk rumah, Luna?" sindirku begitu dia melangkah masuk tanpa salam atau melihatku yang berdiri tegak di teras rumah. "Sopan santun pada suami yang tidak bisa memberikan keturunan
Read more
163. Permintaan Papa
POV AnyelirMalam sebelum kami pulang ke Jakarta, Papa memanggilku ke sebuah ruangan. Sebuah ruangan yang ada di sebelah kamar Papa, sendirian. Aneh, Papa tidak memanggil Megan bersamaku dan bertambahlah rasa cemasku.Unggahan yang mengungkap bahwa aku pernah menjadi korban pelecehan bertebaran di media sosial, baik di beranda Facebook ataupun lainnya. Entah siapa yang menyebarkan, tapi aku yakin ini masih ada hubungannya dengan Luna dan kejadian kemarin. Aku khawatir Papa memanggilku juga karena masalah ini.Tepat setelah makan malam, aku pun menemui Papa, Megan juga terlihat menurut saja dengan perintah Papa dan itu membuatku semakin bingung, dia justru memintaku untuk segera menemui Papa, berbeda dengan Megan yang biasanya ingin selalu turut serta dalam setiap masalahku. Kali ini, saat aku memintanya untuk menemani, dia justru menolak dengan alasan ingin menghabiskan waktu bersama mamanya sebelum pulang ke Jakarta.Aku mengetuk pintu bercat coklat itu beberapa kali dan Papa yang
Read more
164. permintaan Papa 2
Tanpa mengiyakan atau menolak permintaan Papa, kami pun kembali ke Jakarta, tentu saja dengan berbagai pikiran yang memenuhi kepala. Saat kami sampai di rumah untuk pertama kali, tanpa sengaja kami mendengar pembeli yang juga masih tetangga kami berbincang dengan Ibu. Perbincanagan yang menghentikan langkah kami. "Bu, apa yang diberitakan di media sosial itu benar?" tanyanya pada Ibu."Ada yang benar, ada yang tidak." Dengan santai Ibu menjawab."Jadi, Mas Biantara itu bukan ayah Nizam?""Terlepas apapun itu, percayalah, jangan pernah ingin menjadi Anyelir." Hanya itu jawaban ibu dan meneteskan air mataku. Aku termangu. "Bawa Nizam masuk dan buatkan aku kopi." Megan menepuk pundakku, menyerahkan Nizam yang tidur dalam gendongannya itu padaku, kemudian menyuruhku untuk segera masuk sedangkan dia masuk ke toko kue entah untuk apa.Setelah kejadian itu, Megan lebih sering membawaku ke tempat Bu Wanda. Ya, aku memang merasa lebih hancur saat dunia tahu kasus pelecehan itu. Namun, Bu W
Read more
165. Rumit
90. RumitSemangat Mbak Anye, kita doakan semua lancar.Makanya sebagai wanita harus pandai menjaga auratnya, jangan suka mengumbar.Mbak Anye ini cantik, mungkin karena tergiur kecantikannya jadi laki-laki itu bertindak demikian. Makanya sebagai wanita jangan suka mengumbar kecantikan.Pelajaran untuk kita semua, harus pandai menjaga diri, kejahatan tidak akan datang tanpa adanya kesempatan.Kalau nggak hamil dulu mana kenal sama dokter kandungan yang tampan , dinikahi pula.Meski sudah nggak ..., tapi dia lebih hebat dari kita barisan para perawan. Buktinya dia sudah nikah dua kali dan semua di luar ekspektasi. Ganteng semua. Sedangkan kita satu kali aja belum ha ha ha.Dia butuh dukungan bukan hujatan, kualat loe semua. Emang siapa yang mau seperti dia? Pada sakit loe pada!Tidak bisa lagi membaca komentar yang bertebaran di sosial media dan sebagian besar seolah menyudutkan juga menyalahkan atas pemberian Tuhan padaku, menyalahkan aku sebagai korban. Aku pun menutupnya dan meleta
Read more
166. Harapan
POV AnyelirMalam mulai merambat naik, malam ini Ibu tidur di sini, menemani, namun tetap saja hatiku terasa sepi, tanpa ya, Nizam yang masih tak kunjung ada kabar berita. Bahkan, sudah hampir subuh Megan belum juga kembali. Aku masih setia menunggu di sofa tamu sedangkan ibu aku suruh untuk beristirahat di kamar tamu.Tepat pukul 2 dini hari, terdengar suara deru mobil masuk ke halaman. Suara mobil Megan yang sudah aku hafal betul. Aku pun bergegas keluar membuka pintu. Cekrek! Pintu terbuka, kuedarkan pandangan ke arah luar lalu ke arah belakang pria yang tampak kusut dan berantakan itu dengan seksama. Namun, apa yang aku cari nyatanya tidak ada."Belum ketemu," ucap lelakiku tak bersemangat. Tanpa salam, dia pun melangkah masuk ke dalam rumah, melepas sepatu dan kaus kaki dengan setengah melempar ke lantai tanpa arah. Kemudian menghempaskan tubuh di sofa. Menyandarkan kepala di bahu sofa, menengadahkan kepala menatap ke langit-langit rumah, kemudian memejamkan mata. Bukan karena d
Read more
167. Harapan 2
Esok harinya dengan kepala yang masih berat setelah baru bisa terpejam setelah sholat subuh, aku pun membuka mata. Namun, tak kudapati Megan ada di sampingku. Aku pun bergegas keluar kamar. Tampak Megan dan Ibu duduk di meja makan sedang sarapan tanpa suara."Megan pamit dulu." Dia bergegas pamit begitu melihatku turun. Aku pun bergegas mempercepat langkah menuruni tangga, mengejarnya."Mau ke mana? Cari Nizam? Aku ikut," ucapku mencekal tangannya, mencegahnya untuk pergi."Nggak kamu di rumah aja, siapa tau ada informasi yang ditujukan ke rumah," tolaknya."Iya, Nye, takutnya ada yang kasih info soal Nizam dan kamu nggak ada.""Kan ada Ibu?"Ia menghembuskan napas kasar, kesal. Lalu ponsel yang ada di dalam saku celananya berbunyi. Kami sama-sama terperanjat dan saling tatap, berharap itu ada hubungannya dengan Nizam. Dengan cepat dia merogohnya."Papa," ucapnya kecewa setelah melihat nama Papa di layar, kemudian dengan sedikit malas menggeser tombol hijau dan sedikit menjauh dar
Read more
168. Kembalinya rasa trauma
Deg!Mataku pun membulat kaget. Foto Nizam sedang tertidur dan digendong oleh seorang wanita yang menggunakan topi dan masker ada di sana. Cepat aku meraihnya untuk memastikan dengan melihatnya lebih dekat. Air mataku pun kembali luruh melihat foto itu, antara senang dan tak percaya. Apakah ini artinya sudah ada titik terang akan keberadaan Nizam?"Pak, ini anak saya, Bapak lihat di mana?" tanyaku tak sabar."Di bandara, Mbak. Kebetulan tadi saya baru mengantar kerabat lalu nggak sengaja melihat anak Mbak yang katanya kemarin Mbak cari-cari keliling komplek."Dahiku mengerut, kecurigaan justru muncul pada akhirnya. Jika memang dia tahu bahwa Nizam anak hilang, kenapa tidak langsung melapor pada polisi? Atau ... mereka tidak mau berurusan dengan polisi? Entahlah yang penting Nizam ketemu."Saya takut salah, Mbak. Jadi saya pastikan dulu," jelasnya, seolah dia bisa menebak apa yang ada di dalam kepalaku. "Mbak, ayo buruan, nanti anaknya keburu diajak naik pesawat."Kembali, pikiranku
Read more
169. Kembalinya rasa trauma 2
Sebisa mungkin aku menghela napas dalam. Siluet-siluet kejadian di masa lalu lagi-lagi bermunculan dalam benakku dan aku harus sekuat tenaga melawan jika tak ingin jatuh lebih dalam. Sekelibat bayangan Nizam hadir menyapaku, aku tersentak, kuserukan dalam hati, "Kuat, Anye, mikir, Nye. Mikir!" "Mas Denis," batinku. Perlahan aku merogoh ponsel di dalam tas yang ada di pangkuan. Yang ada dalam benakku hanya Mas Denis, karena sempat kulihat pesanku centang biru sebelum aku masuk ke dalam mobil ini. Namun sial, sebelum aku berhasil menghubungi, lelaki biadab itu sudah merampas ponsel dari tanganku dan melemparnya ke jok belakang. "Jangan membantah, Anyelir," bentaknya. Sempat, aku berusaha untuk mendapatkannya kembali, tapi dia justru mengancam dengan mengeluarkan sapu tangan yang aku tahu, itu pastilah sudah dibubuhi obat bius. Seketika nyaliku menciut, bayangan masa lalu kembali datang, menyiksaku. Aku terdiam, kemudian air mata kembali harus luruh."Mau menghubungi suamimu yang cer
Read more
170. Usaha Megantara
93. Usaha MeganPOV MegantaraKabut tebal di depan sana membuat penglihatanku sedikit terganggu. Meskipun demikian, aku masih bisa melihat sebuah jalan setapak membentang di hadapanku saat ini. Kaki ini terus melangkah menapaki jalan setapak yang menurutku sangat indah meski tertutup kabut tebal. Netraku dapat melihat bahwa di depan sana ada sebuah taman dengan berbagai macam bunga lengkap dengan permainan untuk anak-anak menyerupai sebuah taman bermain anak yang berada di taman bunga. Entah tempat apa ini, yang pasti sangat indah dan keindahannya begitu memanjakan indera penglihatanku. Dengan langkah perlahan namun pasti, aku melangkah, semerbak wangi bunga menyergap indera penciuman, suara tawa anak kecil yang sedang berlari saling kejar membuat bibir ini tersungging dengan sempurna. Seorang wanita paruh baya terlihat sedang duduk di bangku taman, gegas aku menghampiri. "Megan," panggilnya tersenyum padaku. Jika ada senyuman yang begitu menyejukkan itu adalah senyuman seorang Ib
Read more
PREV
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status