All Chapters of NODA: Chapter 171 - Chapter 180
197 Chapters
171. Menebus kesalahan
POV Anyelir"Anye, Nduk." Sayup kudengar Ibu memanggil, aku membuka mata secara perlahan dengan menahan sedikit rasa berdenyut di kepala.Dengan susah payah akhirnya mataku terbuka. Tempat yang begitu familiar terlihat di hadapanku saat ini. Kamar tidur yang baru beberapa waktu lalu aku tinggalkan setelah memutuskan untuk tinggal di rumah Megan ada di hadapanku saat ini. Apakah ini mimpi? Bukankah aku sedang ...."Syukurlah, kamu sudah sadar, Anye." Ibu berucap dengan mata berbinar namun entah hatiku terasa sangat sakit. Teringat aku akan kejadian yang telah aku alami."Bu, Nizam, Megan ...." Rasa cemas kian melanda, aku beringsut duduk begitu mengingat kedua lelakiku itu sedang dalam bahaya."Siapa yang membawaku ke sini? Laki-laki biadab itu? Dia ...." Ucapanku terjeda rasa sesak dan sakit setiap kali mengingat lelaki yang membuat aku menjadi wanita yang tak berharga. "Bian, tadi Bian membawamu dalam keadaan tak sadar." Aku terkesiap, lantas aku memeriksa seluruh bagian tubuh se
Read more
172. Menebus kesalahan 2
POV Biantara.Mungkin hanya ini yang bisa aku lakukan untuk menebus segala kesalahan. Melihat sorot mata penuh permohonan yang begitu besar agar aku membawa Megantara kembali itu membuat hatiku merasakan sakit yang teramat dalam. Aku menyayanginya, rasa sayang yang berubah menjadi cinta tanpa aku sadari akhirnya membuat hatiku semakin lebam. Aku salah dan aku cukup tahu diri, aku cinta, tapi aku masih punya rasa malu, malu karena telah mencampakkannya, malu karena cinta yang tak aku sadari akhirnya kalah karena telah dibutakan oleh cintaku pada Luna. Andai waktu bisa aku putar, aku akan memilih setia dan bertahan, menjadi ayah dan suami untuk mereka, hidup bahagia dan menjadi sempurna, mempunyai anak lucu seperti Nizam serta istri secantik dan selembut Anyelir. Namun, nyatanya waktu tidak akan pernah bisa diputar kembali, dia milik orang lain yang juga sangat sempurna. Mereka sama-sama sempurna. Kata-kata yang terlontar dari mulut Anyelir dan kuanggap sebagai kutukan untukku ketik
Read more
173. Tiga pria menyedihkan
POV Megantara"Bang, bangun, Bang. Ini Denis." Aku menggeliat dengan tubuh yang masih terasa kaku. Kemudian membuka mataku, malas. Dengan bantuan seorang yang melintas di jalan sepi itu dan hampir saja menabrakku tadi, aku memintanya untuk mengantar ke kantor polisi terdekat. Setelah mendapat laporan polisi bergegas ke tempat kejadian untuk menangkap para pelaku."Denis, sudah sampai?" Aku beringsut duduk dengan bantuan Denis. Kupijat pangkal hidung memastikan siapa yang aku lihat di belakang Denis. Mimpi atau nyata. Kemudian aku kembali membuka mata."Kamu ngapain, Nis bawa Mas Mas kemari?" tanyaku menatap lelaki berjas hitam, musuh bebuyutan."Ceritanya panjang, Bang.""Lebih baik sekarang kalian istirahat. Sudah malam. Lanjutkan perjalannya besok saja." Petugas memberi saran.Mereka membawa kami ke sebuah ruang kosong dan memberi kami sebuah kasur lipat. Tempat ini jauh dari hotel juga penginapan jadi mereka menyarankan untuk beristirahat di kantor polisi saja.Tak pernah aku bayan
Read more
174. Amarah Denis
Amarah DenisPapa memanggilku dan Anyelir saat kami menemani Nizam di ruang tengah. Mendengar perintah Papa, Mama dan Ibu yang ada di dapur bergegas ke ruang tengah menemani Nizam. Sedangkan Papa, aku dan Anyelir menuju ruang kerja.Di dalam ruangan yang biasa aku gunakan untuk mengerjakan tugas kuliah dulu terdapat sebuah sofa dan kami duduk di sana, namun tidak dengan Papa, Papa memilih berdiri, berjalan di depan kami tanpa henti, sesekali menatap ke arah kami dengan tatapan entah dan itu membuat kami merasa sedang diadili di sebuah ruang sidang. Tak ada suara, hanya suara denting jam yang terdengar dan justru membuat suasana semakin terasa mencekam. Sorot mata papa yang penuh penghakiman membuat nyaliku hilang setengahnya."Bagaimana ceritanya semua ini bisa terjadi? Ini fatal." Papa membuka suara setelah beberapa saat larut dalam keheningan."Ini salah, Anye, Pa. Anye teledor. Nggak nutup pintu gerbang dan pintu rumah," terang Anyelir tanpa berani menatap Papa."Kamu cuma bua
Read more
175. Arti kehidupan
Arti kehidupanSore hari setelah kami pulang dari acara sidang, aku dan Anyelir menghabiskan waktu bersama Nizam di halaman belakang. Beberapa saat kemudian, penjaga memberitahukan bahwa ada tamu di luar sedang menunggu. Ya, mereka mengatakan bahwa tamu-tamu itu sedang menungguku dan Anyelir.Sesaat aku dan Anyelir saling bertanya lewat sorot mata tanpa kata. Kami pun bergegas masuk melewati pintu belakang setelah kami titipkan Nizam pada bodyguard dan menyuruh mereka untuk menemani Nizam yang masih enggan ikut masuk ke dalam rumah. Begitu aku masuk, aku melihat Papa sudah ada di sana menemui tamu tersebut.Kuhembuskan napas kasar setelah tau siapa yang datang. Ya, tamu yang dimaksud adalah Om Hendra dan kedua orang tua Tita. Tanpa bicara pun aku sudah bisa menerka maksud dari kedatangan mereka. Mereka pasti akan membicarakan tentang Tita, meminta masalah diakhiri saja, toh Nizam dalam keadaan baik tanpa kurang suatu apapun. Tidak perlu mencari bukti baru dan diselesaikan secara kekel
Read more
176. Pengakuan Tita
Hari berganti dengan mendebarkan. Hingga sampailah kami pada pergantian pekan. Menyambut kembali persidangan yang sebelumnya sangat memuakkan.Selama satu pekan, kami terutama Denis berkerja keras mencari bukti. Lelaki paruh baya yang tertangkap oleh CCTV yang sempat aku pasang sebelum aku pergi pagi itu, sampai sekarang belum juga ditemukan. Akhirnya kami memilih opsi kedua, mencari keberadaan Bi Narti yang juga kami curigai ada hubungannya dengan penculikan Nizam. Dengan berbagai usaha dan upaya akhirnya kami menemukannya di Suka Bumi dan dengan berbagai upaya juga kami bisa menghadirkan Bi Narti di persidangan.Setelah sumpah diambil, Hakim pun mulai memberikan pertanyaan-pertanyaan pembuka pada Bi Narti dan hubungannya dengan keluarga kami. Beberapa pertanyaan diajukan pada Bi Narti yang terlihat begitu tertekan. Lalu di seberang tempat Bi Narti duduk sebagai saksi, Tita tampak menatapnya nyalang. Di tempat duduknya, Bi Narti mulai memberikan keterangan-keterangan yang lumay
Read more
177. Masa lalu
POV TitaDi balik jeruji besi berlantai dingin ini, sepertinya aku harus mulai membiasakan diri. Ya, lagi-lagi aku kalah, oleh dia yang rupawan di mata semua orang, oleh dia yang mempunyai martabat, dan oleh dia yang pandai dalam segala hal. Anyelir.Kami memang bersama dan terlihat seperti saudara, tapi apakah ada saudara yang menyakiti hati saudaranya secara berulang? Terkadang, orang tak pernah merasa bahwa dirinya telah menyakiti orang lain dengan begitu dalam dan bersikap seolah tidak tahu apa-apa. menyedihkan. Dia dengan segala kelebihan dan aku dengan segala kekurangan. Kami dibesarkan bersama, semua kami lakukan bersama-sama. Perbedaan kami adalah aku punya hati dan sanggup mencintai, sedangkan dia tidak punya rasa cinta namun banyak diminati. Dia yang hanya memikirkan rumus matematika dan logika tak sempat memikirkan apa yang namanya perasaan ataupun cinta. Sedangkan aku, berkali-kali harus patah oleh dia yang tak punya cinta.Entah sudah berapa kali mereka mendekatiku hany
Read more
178. Masa lalu 2
POV MegantaraSepulang dari persidangan, Anyelir mengurung diri di dalam kamar. Dia terus menyesali dan mencoba mengingat semua kejadian di masa lalu yang kiranya telah membuat sahabatnya itu terluka. Tapi menurutnya tidak ada.Ia tergugu di depan cermin membenamkan wajahnya di atas meja.Aku membiarkannya untuk sesaat, membiarkannya menumpahkan segala emosi dengan menangis sejadi-jadinya. Aku tahu, ini tidak mudah. Dikhianati orang terdekat hingga menimbulkan penderitaan yang sangat dalam dan menghancurkan segala cita-citanya tentu di luar dugaan baginya. Aku paham.Yang membuat hatiku teriris lagi adalah seorang anak tanpa dosa setia duduk di bawah sana memegangi kaki ibunya, dia tahu ibunya sedang terluka.Aku beringsut mendekatinya. Meraih anak polos yang dari sorot mata itu bisa aku rasakan bahwa dia sedang mencemaskan ibunya. "Nizam ikut Oma mau?" tanyaku.Dia menggeleng. "Mama," ucapnya menunjuk pada Anyelir. "Mama sakit, mau Daddy obatin dulu. Tuh, tas Daddy sudah siap kan.
Read more
179. Persidangan
POV AnyelirPersidangan Tita sudah sampai pada putusan. Dia dijatuhi hukuman atas tindakan penculikan dan juga dalam kasus perkosaan yang terjadi padaku. Keduanya secara langsung memang sudah dia akui dalam persidangan sebelumnya. Aku memilih untuk tidak hadir pada sidang putusan tersebut, Megan dan Papa yang mengikuti, bagiku sudah cukup melihatnya begitu menyedihkan, meski tak sebanding dengan apa yang sudah direnggut dariku. Tita, dia ingin menjauhkan aku dari Megantara waktu itu, menyuruhku menggugurkan kandungan demi kebaikanku katanya. Ternyata di balik semua itu ada kebencian yang begitu mendarah daging. Aku menghela napas dalam, berharap dadaku yang sesak setiap teringat apa yang dilakukan oleh sahabatku itu bisa berkurang.Hampir setiap malam saat Nizam sudah terlelap, aku duduk di bangku taman menatap langit bertabur bintang setelah kejadian demi kejadian yang membuat hidupku semakin rumit itu terjadi. Selama tinggal di rumah ini, Ibu meminta Nizam untuk tidur bersamanya.
Read more
180. Intermezo
POV MegantaraSepulang kerja, aku menemui papa, ada yang mengganggu pikiran selama beberapa hari setelah persidangan Ervan itu digelar. Terlebih, saat melihat Anyelir yang masih sering termenung, tersenyum pun tanpa binar. Hampir setiap malam selepas aku pulang dia terjaga dengan segala rasa, meletakkan kepala di pangkuan hanya dengan satu kata : lelah. Ya, menjalani dua kali persidangan beruntun tentu bukan hal yang mudah baginya. Perasaan sakit yang belum sembuh sama sekali pada sahabatnya harus dilanjutkan dengan yang lebih memuakkan dan menjengkelkan : Ervan.Kuketuk pintu ruang kerja setelah bertanya pada Mama tentang keberadaan Papa. Beberapa kali aku mengetuknya, tapi tak ada jawaban apa pun yang terdengar dari dalam sana. Tanpa menunggu aku pun membukanya."Pa." Aku memanggil dia yang berdiri di depan jendela kaca dan lagi-lagi tak ada jawaban. Di tempatnya berdiri saat ini, dia tampak memandang Nizam yang sedang bermain bersama Anyelir di taman samping rumah. Kadang, seny
Read more
PREV
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status