All Chapters of NODA: Chapter 181 - Chapter 190
197 Chapters
181. Bantahan Ervan
Bantahan ErvanPOV MegantaraPersidangan akhirnya kembali digelar. Seperti apa kata pengacara mereka di sidang sebelumnya. Bantahan terus dilancarkan. Pengacara itu membantah dan terus menyangkal bahwa Ervan tidak terlibat dalam penculikan Nizam atau pun Anyelir. Dia hanya ingin membantu namun Anyelir justru menuduh dia lah pelakunya, bahkan Anyelir menyakitinya dengan menyemprotkan cairan di matanya dan menimbulkan rasa sakit yang teramat sangat. Untuk tuduhan atas pemerkosaan itu, ia mengatakan bahwa itu hanyalah fitnah belaka yang dilontarkan tanpa bukti nyata.Benar-benar pandai memutar balikkan fakta. Selain itu, Ervan sendiri memberi keterangan bahwa dia tidak tahu menahu akan penculikan tersebut, apa lagi tentang perkosaan itu. Mengenai pengakuan Tita, bagi Ervan itu hanya fitnah karena adanya dendam di masa lalu."Saya di Jakarta karena ada urusan pekerjaan. Saya tahu dari kabar beredar bahwa anak dari sahabat saya, Megantara, sedang hilang. Kebetulan saya melewati bandara dan
Read more
182. Narapidana dan Noda
POV MegantaraDi dalam mobil setelah persidangan, kami hanya saling diam, tenggelam dengan pikiran masing-masing. Papa yang duduk di sebelahku hanya menatap fokus pada jalanan yang ada di depan dengan pandangan menerawang dan Anyelir yang duduk di bangku belakang menyandarkan kepala di pintu menatap ke arah luar jendela masih dengan sorot mata sendu, sedangkan aku memegang kemudi dengan pikiran yang terus melayang entah ke mana.Lemahnya bukti yang kami miliki membawa kami seolah sedang berjalan di jalan buntu.Dari sini aku paham, kenapa Papa melarang keras aku melaporkan Ervan yang jelas-jelas menurut Anyelir dia lah yang melakukan penculikan terhadapku waktu itu. Karena, tanpa adanya bukti kita tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan hukum meski kita tahu yang sebenarnya. Selain itu mereka akan dengan mudah membalikkan keadaan dengan tuduhan pencemaran nama baik jika kedua pelaku itu tetap bungkam. Dan terbukti, kedua lelaki itu tetap bungkam sampai akhir persidangan. Mungkin sekaran
Read more
183. Tiga saksi bikin keki
Satu pekan selanjutnya, sidang kembali digelar. Kali ini tiga saksi dipanggil secara bersamaan. Biantara dan Denis duduk bersisian memenuhi panggilan hakim sebagai saksi penculikan, sedangkan aku duduk di bagian paling ujung dan harus lebih mempersiapkan mental karena mungkin akan lebih dicecar gara-gara tuduhan Ervan pada sidang sebelumnya.Pada persidangan kali ini, aku melarang Anyelir untuk datang karena semalam dia demam. Aku menyuruhnya untuk beristirahat di rumah saja bersama Mama dan Nizam.Sebelum memasuki ruangan, Papa berpesan beberapa hal pada kami bertiga salah satunya untuk berkata apa adanya, tak perlu menambah atau mengurangi, jujur saja, karena salah bicara sedikit saja akan digunakan mereka untuk menyerang balik dan membuat kita semakin terpojok nanti. Terlebih, pelaksanaan tes DNA hingga saat ini belum juga dilaksanakan entah karena apa, sehingga yang perlu kita lakukan adalah waspada, karena siapa tahu mereka sedang membuat rencana baru.Persidangan dimulai setela
Read more
184. Tiga saksi bikin keki 2
"Sekarang saudara Denis. Ini sangat menarik menurut saya. Jadi bagaimana bisa seorang suami menyelidiki istrinya sendiri bahkan sampai menangkapnya lalu melaporkan sendiri lo?""Jujur, awalanya saya tidak tahu kalau istri saya yang ada di bandara itu. Saya hanya datang setelah mendapat pesan dari kakak saya, Anyelir. Dia memberitahukan bahwa keponakan saya ada di bandara dan meminta tolong saya agar cepat ke sana karena abang saya, Megantara, tidak bisa dihubungi.""Karena saya juga sedang di kantor waktu itu tanpa pikir panjang saya membawa beberapa polisi untuk membantu penangkapan. Sampai di sana saya kaget karena ternyata istri saya yang membawa Nizam. Dan saya melaporkan bersama Pak Biantara karena memang Abang dan kakak saya masih berhalangan hadir waktu itu."Dalam persidangan Tita, Denis memang belum sempat di datangkan sebagai saksi karena sebelum dia dipanggil, Tita sudah tidak bisa mengelak dari bukti dan cecaran hakim kemudian mengaku."Apa tidak ada orang lain selain saud
Read more
185. Tes DNA
Nizam menyambut di ambang pintu begitu aku tiba dari persidangan, tangan kecil itu meraih tanganku dan menuntunku menuju kamar. "Kenapa, ni, Ma?" tanyaku pada Mama yang mengikuti di belakang kami."Suruh ngobatin mamanya mungkin.""Masih demam Anyelirnya?" tanyaku cemas."Kalau efek obatnya habis masih demam lagi. Kamu ikut aja, Mama siapin makanan untuk papamu dulu."Sampai di lantai dua, Nizam mendorong pintu yang tidak tertutup rapat itu. "Daddy ... Mama," ucapnya menunjuk tas kerja yang ada di atas nakas. Aku meraihnya kemudian membawa tas menuju tempat tidur di mana Anyelir terlihat berbaring di sana."Mama, kan bobok, nanti aja, ya periksanya?" bisikku setelah kulihat Anyelir terlihat masih tidur. Nizam menggeleng tanda tidak setuju."Kasihan mamanya kalau dibangunin, Nak," bujukku lagi masih dengan suara sangat pelan.Mama membuka pintu, pelan. Aku dan dan Nizam menoleh ke arah pintu. "Nizam makan sama Opa. Opa bawa es krim coklat."Mata bening itu melebar setelah mendengar k
Read more
186. Selagi raga masih bernyawa
POV MegantaraHari ini hari minggu. Papa terlihat duduk termenung di kursi taman samping rumah, mengawasi Nizam yang sedang bermain bersama salah satu pengawal. Aku berdiri di teras rumah, mengamati keduanya."Wo, jangan jauh-jauh, Wo!" Papa berseru pada Pak Jarwo—pengawal yang saat ini bermain bola dengan Nizam."Siap, Pak," jawabnya kemudian menundukkan kepala menyapaku.Tidak ada yang lebih menyedihkan bagi seorang yang telah lama meninggalkan dunia yang begitu dia impikan, namun sekali dia mencobanya lagi, dia harus gagal. Rasa bersalahnya terhadap Anyelir dan juga Nizam begitu besar, terlebih saat dia harus menyaksikan sebentar lagi anak satu-satunya kemungkinan besar akan mendekam di balik jeruji besi entah untuk berapa lama.Ya, mungkin sidang selanjutnya akan menjadi sidang terakhir kasus pemerkosaan sekaligus penculikan itu. Nizam terbukti bukan darah daging Ervan, jadi tak ada alasan baginya untuk menculik Nizam. Logika yang sangat sempurna, menurutku. Mereka benar-benar han
Read more
187. Mati rasa
POV MegantaraDahiku mengerut mendengar siapa yang datang, ditambah mereka datang tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Membuatku semakin bertanya-tanya.Nando memang sempat menghubungiku beberapa waktu lalu, tapi untuk apa dia jauh-jauh datang ke Jakarta? Mungkinkah untuk mengucapkan rasa prihatinnya terhadapku secara langsung karena sebentar lagi aku juga akan berada di posisi Ervan? Kami memang bicara cukup lama melalui ponsel. Berkali-kali dia mengucapkan rasa prihatin dengan apa yang aku dan Ervan alami. Kabar permusuhan yang terjadi antara aku dan Ervan memang sudah menyebar di Bali dan mereka sangat menyayangkan karena notabene kami adalah sahabat lama. Dulu, kami sering jalan bersama menghabiskan waktu luang hanya untuk sekedar minum kopi dan bermain gitar di tepi pantai, berbagi suka dan duka bersama. Tapi sekarang justru berakhir dengan masalah sebesar ini bahkan harus sampai saling serang di persidangan."Mereka teman saya, suruh masuk, saya segera turun," perintahku pada P
Read more
188. Kesaksian Nando
Kubuka perlahan pintu kamar setelah pertemuan kami di bawah selesai. Renata dan Nando memilih untuk tinggal di rumah Denis selama ada di Jakarta. Sebetulnya papa menyuruh mereka untuk tinggal di rumah kami saja, namun Renata bersikeras ingin tinggal di rumahnya sendiri. Merasa khawatir dengan kondisi Renata saat ini, Denis pun membujuk Renata untuk tinggal bersama dirinya dan Nando di rumahnya. Kamar terlihat hening, kulihat Nizam sedang tidur di atas tempat tidur begitu lelap, sedangkan Anyelir berdiri di depan jendela kaca menatap ke arah luar dengan tatapan kosong, sekosong jiwanya. Tangan kanannya memegang sebuah benda seperti lap. Tapi untuk apa lap jika semua terlihat masih bersih?"Sayang," panggilku setelah berada di dekatnya.Dia terkesiap lalu dengan cepat tangannya terulur ke arah kaca, mengelapnya sekilas kemudian beralih pada nakas di sebelah tempat tidur. Ia tampak sibuk membersihkan sesuatu yang sudah bersih menurutku. Aku tahu dia hanya sedang berusaha menghindar dar
Read more
189. Fakta baru
Di kursi saksi, Renata mulai berbicara, sesekali ia menghela napas. Mengurangi ketegangan, mungkin. Aku sangat mengerti apa yang dia rasakan. Biar bagaimana pun mereka adalah keluarga, memilih antara keluarga dan keadilan tentu sangat sulit sekaligus membuatnya dilema."Beberapa bulan lalu setelah acara pernikahannya di Bali. Megantara menemui saya. Menceritakan tentang istrinya. Awalnya saya sangat tersentuh dan iba. Hingga pada akhirnya, dia mengatakan bahwa dia mencurigai saudara saya, Ervan. Meminta bantuan saya untuk menyelidiki Ervan diam-diam. Saya sempat marah. Biar bagaimana pun juga, Ervan adalah sepupu saya, tentu saya tidak terima. Akhirnya saya mengiyakan, tapi dengan niat agar Megantara tau bahwa saudara saya tidak demikian. Pada saat itu saya benar-benar yakin bahwa Ervan orang baik. Dengan percaya diri saya menyelidiki Ervan dengan berbagai cara." ucap Renata sambil sesekali menghapus sudut matanya. Sedangkan Ervan menunduk dalam. Mungkin dia tidak menyangka Renata
Read more
190. Fakta baru 2
"Ambil anak itu diam-diam, jangan sampai ketahuan. Kirim ke luar negeri, bawa kembali kalau dia sudah dewasa dengan identitas baru."Terdengar isakan dari bangku keluarga terdakwa. Selain Anyelir, wanita lain yang sudah pasti sangat terluka pada bagian ini adalah istri Ervan, Alana. Bagaimana tidak? Seorang wanita yang sudah menemani bahkan memberikan buah hati seakan tidak ada nilainya hanya karena anak yang dilahirkan perempuan. Di mana nurani mereka sebagai suami dan kakek? Bukankah bisa mencobanya lagi untuk kembali mendapatkan anak laki-laki, mereka masih muda. Lagi pula bukankah wanita atau laki-laki itu sama saja? Banyak di luar sana wanita-wanita hebat yang sukses melebihi kesuksesan laki-laki dan bukankah laki-laki juga terlahir diri rahim seorang wanita? Lalu kenapa mereka menganggap remeh wanita?Suara gemerisik kembali terdengar, kali ini rekaman diganti dengan rekaman yang dipasang oleh Renata di kantor Om Winata. Awalnya hanya terdengar suara sepatu dan gesekan kerta
Read more
PREV
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status