All Chapters of Dokter Cinta Pemikat Hati: Chapter 31 - Chapter 40
133 Chapters
Chapt 31: Menunda untuk Membuka Hati
Apa? Apakah ini merupakan bentuk pernyataan cinta dari Gabriel untuknya? Ataukah hanya sebuah permintaan izin agar Zanara bersedia membuka pintu hatinya dan membiarkan Gabriel masuk? Lantas apa yang harus dilakukan Zanara sebagai reaksi atas apa yang diucapkan oleh pria itu?"A-apa maksudmu, Gabe?" tanya Zanara, ia memang sungguh-sungguh tak mengerti maksud dan tujuan pria itu. Ia sudah lama tidak membiarkan dirinya untuk peka terhadap perasaan yang ditunjukkan padanya secara halus maupun yang terang-terangan seperti yang dilakukan oleh Gabriel.Tangan pria itu masih menggenggam jemari Zanara. Mungkin ia tak akan pernah melepaskannya sebelum mendapat jawaban pasti dari sahabat yang pernah menjadi orang yang paling ia cintai. Bahkan mungkin masih."Kau tahu apa maksudku, Zee. Tempat di hatimu, itu yang kuinginkan."Perasaan ini yang kerap kali muncul setiap Zanara mendengar ungkapan cinta atau sikap yang berbeda dari seorang pria. Perasaan yang mem
Read more
Chapt 32: Rasa yang menyelinap
Zanara telah menunggu di L'Restaurante, tempat yang dipilihkan oleh Gabriel untuk mereka menikmati makan siang sekaligus bernostalgia. Zanara baru saja tiba, dan menantikan kedatangan Gabriel. Ia memesan secangkir kopi untuk menemaninya menunggu.Sembari menunggu, ia memutuskan untuk menghubungi Jayme agar bisa berbincang dengan Marion. Ia sangat merindukan putri kecilnya itu. Beberapa kali ia memerhatikan foto yang ada di ponselnya, di sana tampak Marion yang tersenyum ceria menampakkan deretan giginya yang bersih. Sungguh ia rindu. Mungkin tak akan bisa lebih lama berada jauh dari gadis kecil itu.Belum sempat menghubungi Jayme, dari kejauhan seseorang memanggil namanya.Gabriel datang dengan menggendong seorang anak lelaki dan langsung mendudukkannya di kursi ketika tiba di meja Zanara."Hey ...." Tatapan Zanara tertuju pada Gabriel, lalu anak lelaki dalam gendongannya. Takjub dan kagum sesaat menyelinap dalam hatinya."Gabe, dia ini .
Read more
Chapt 33: Rindu
"Aku ...." Zanara hendak menjawab asal saja, setidaknya pembahasan ini tidak akan berlanjut. Namun, belum sempat ia melanjutkan ucapannya, ponselnya berdering. Nama Jayme tertera di sana, yang tentu saja tak mungkin ia abaikan.Setelah memberi isyarat pada Gabriel bahwa ia harus menerima panggilan itu, Zanara bangkit dari duduknya, kemudian bergegas menjauh dari meja di mana Gabriel masih berada di sana dan tampaknya kini tengah disibukkan dengan putranya.Terima kasih pada Jayme dan Marion yang telah menyelamatkannya. Untuk sementara.Zanara bersemangat menerima panggilan video yang masuk. Rasa rindu yang membuncah pada Marion membuatnya ingin segera berada di rumah. Bila perlu saat ini juga."Mama ... kapan Mama akan pulang? Aku sangat merindukanmu," ucap Marion, segera setelah Zanara menekan tombol hijau di layar ponselnya."Wah ... hampir saja Mama melompat karena terkejut. Apakah ini suara putriku yang cantik itu? Siapa namanya? Oh,
Read more
Chapt 34: Persaingan Ketat
Tampaknya akan percuma bagi Zanara jika menolak penawaran Gabriel. Pria itu mungkin hanya ingin menemani hingga dirinya tiba di Bursa dalam keadaan aman, begitu yang dikatakannya.Meski untuk sementara waktu Zanara tak bisa memastikan apakah ia nyaman dengan apa yang dilakukan Gabriel, tetapi dengan terpaksa ia menerima saja kebaikan hati pria itu."Ehm, aku ... sebenarnya aku tidak tinggal di rumahku sendiri, Gabe," ucapnya, ragu."Lantas?""Aku tidak enak jika tidak menawarimu untuk mampir, tetapi kebetulan aku tinggal dan menumpang di rumah seseorang."Gabriel tampaknya bisa menebak siapa yang dimaksud oleh Zanara. Namun, ia sedang tak ingin memperdebatkan apa pun saat ini. Bukankah mereka sudah dekat untuk waktu yang tidak sebentar? Ia tak perlu takut bersaing dengan pria yang baru saja masuk ke kehidupan Zanara.Sudah bisa dipastikan Gabriel yang akan menang."Tidak masalah, Zee. Setelah bertemu Marion, ak
Read more
Chapt 35: Perangkap
Dua orang wanita dengan usia yang tak jauh berbeda tengah duduk berhadapan di sebuah kafe. Mereka tampaknya sudah cukup lama berada di sana, memperbincangkan banyak hal yang seharusnya mereka bicarakan sejak lama, karena tampaknya mereka berada pada frekuensi yang sama.Wanita dengan rambut sewarna madu dengan tubuh sintal bak biola, menghirup kopi di cangkirnya sembari menyimak apa yang diucapkan wanita lainnya."Hmm ... jadi kita memiliki musuh yang sama?" tanya wanita bertubuh sintal, memastikan bahwa memang mereka memiliki sebuah kesamaan. Sementara wanita lainnya hanya memandang dengan tatapan tajam."Jangan katakan kau tidak tahu sama sekali. Jika kau memang tidak tahu, lantas apa tujuanmu datang menemui Jayme? Hanya untuk konsultasi atas penyakit yang ... sebenarnya tak pernah ada, yang benar saja," tembak gadis di hadapannya, membenarkan rambut sebahunya yang terurai hingga helainya mengenai wajah.Wanita berambut madu melipat kakinya. Tam
Read more
Chapt 36: Kesempatan yang Sama
Jayme baru tiba di rumah saat hari sudah larut. Namun, tak ada sambutan dari Marion maupun Zanara. Mungkin keduanya sudah terlelap, Jayme tak ingin mengganggu, sehingga ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya.Malam ini ia ingin tidur dengan nyenyak tanpa memikirkan pekerjaan atau apa pun. Ia sudah cukup berkutat dengan semua itu sejak siang tadi, sedikit waktu beristirahat mungkin tak ada salahnya.Baru saja ia menutup pintu kamarnya, lamat-lamat ia mendengar suara Zanara yang sepertinya tengah berbincang dengan seseorang di telepon. Bukan bermaksud untuk menguping, tetapi ia tak mampu menahan rasa ingin tahu dengan siapa wanita itu bicara."Shie, sungguh, kau sama sekali tidak memberi solusi. Aku serius, ini bukan hal yang bisa kau tanggapi dengan main-main! Nasibku dan Marion ada di tanganmu. Kumohon ...."Kalimat yang baru saja ia dengar berhasil menggugah rasa penasaran Jayme akan siapa dan apa yang dibahas oleh Zanara. Apa yang dimaksud dengan nasibnya dan Marion ada di tangan S
Read more
Chapt 37: Belenggu Hati
Zanara memutuskan untuk segera kembali ke rumah Jayme, tepat setelah mendengar permintaan Gabriel yang sulit untuk ia jawab. Ia mungkin tak memberi kepastian pada pria itu, tetapi dengan diamnya, Gabriel pastilah mengartikan itu sebagai tanda setuju.Anggap saja begitu. Gabriel sudah cukup lama menantikan saat itu, bukan?Sekian lama ia menanti Zanara terlepas dari Mark agar ia mendapat kesempatan untuk mendekat, tetapi justru di saat yang tak tepat. Lagi-lagi Zanara berada dalam belenggu hati seseorang.Katakanlah demikian. Karena meski Jayme tak memaksakan kehendak dan perasaannya terhadap Zanara, nyatanya dengan segala yang ia lakukan pada akhirnya membuat Zanara harus memikirkan kembali untuk memberi kesempatan padanya.Namun, bukan di situ masalahnya."Marion!" Jayme menghambur ke arah gadis kecil itu, memeluk dan mendekapnya dengan erat serta menghujani gadis kecil itu dengan ciuman. "Kupikir aku akan kehilangan kalian."Cukup lama Zanara tertegun, memandangi pria dengan penampi
Read more
Chapt 38: Maukah makan malam denganku?
"Jangan katakan kau tidak mengetahuinya, J. Sayang sekali ... ternyata wanita itu tidak menganggapmu cukup penting untuk mengetahui itu. Apakah kau yakin akan meneruskan impian dan khayal semumu itu?" tanya Clara terdengar sarkastik dan sukses menyinggung perasaan Jayme yang kini sudah kalut."Tidak mungkin," ucapnya, lirih, bermonolog dengan dirinya sendiri.Apakah itu yang menyebabkan Zanara bertemu dengan Gabriel? Untuk mengabarkan apa yang tengah ia hadapi, dan ia sama sekali tidak membaginya dengan Jayme?Oh, mengapa rasanya begitu sakit?Nyeri yang selama ini menghantamnya karena sikap tak bersahabat dari wanita itu, nyatanya tidak lebih sakit dibanding kali ini. Karena ia sadar, sekarang ia bukanlah satu-satunya yang peduli pada Zanara.Ada Gabriel yang akan dengan senang hati membantu Zanara apa pun yang terjadi.Tangan Jayme berhenti menyuapkan makanannya, matanya memandang entah ke mana dengan tatapan kosong.J
Read more
Chapt 39: Tragedi Kecil
"Eh? Apa?" tanya Zanara, seolah tak mendengar permintaan Jayme yang cukup jelas terdengar di telinganya meski memang diucapkan cukup lirih oleh pria itu."Ayolah, Zee ... jangan menggodaku. Kau mendengarnya, kan?" ucap Jayme, sembari mengulum senyum."T-tidak.""Baiklah aku ulangi," ucapnya setelah menghela napas. "Makan malam denganku. Aku pulang pukul tujuh, dan kuharap kau sudah siap."Zanara masih mematung dan bungkam.Apakah Jayme mengajaknya makan malam dengan tujuan kencan? Ataukah hanya sekadar makan malam karena ingin suasana yang berbeda saja? Lalu bagaimana dengan Marion?"Ehm, Marion—""Aku sudah. Memesan gaun khusus untuk Marion, yang artinya ia juga akan ikut," ucap Jayme dengan senyum terkembang. Andai Zanara saat ini adalah kekasih atau bahkan istri Jayme, ia pasti akan sangat cemburu akan perhatian Jayme terhadap Marion.Begitulah Jayme, yang sering kali menimbulkan kekaguman yang tak
Read more
Chapt 40: Kecemasan yang Terjawab
Zanara menanti sudah lebih dari satu jam. Jayme berjanji akan tiba di rumah pukul tujuh, tetapi hingga pukul delapan tak ada kabar apa pun darinya. Meski ada sedikit kegundahan dalam hatinya, tetapi berusaha ia tepiskan.Tidak mungkin pria itu akan membatalkan janji. Selama ini ia tak pernah seperti itu.Meski mungkin Zanara tak pernah benar-benar mengenal pria itu—karena memang ia tak pernah memberi kesempatan pada hatinya untuk mengenal Jayme, tetapi ia tahu bahwa Jayme adalah pria yang selalu memegang janjinya.Zanara berulang kali mengintip jam tangannya, jarum panjang semakin menjauh dari angkat dua belas. Di mana Jayme sebenarnya?Bahkan panggilan darinya sama sekali tak direspon oleh pria itu."Mama ... apakah papa masih lama? Aku sudah lapar," keluh Marion, sembari memeluk kaki Zanara, yang segera berjongkok demi bisa sejajari putrinya."Sabar, ya, sayang. Mama sedang berusaha menghubungi papa," hiburnya.Namun,
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status