Semua Bab Inikah Akhir Kisah dari Suami Pilihanku? : Bab 21 - Bab 30
45 Bab
Chapter 20 - Daffa Mengetahuinya
Jalan-jalan sore adalah kegiatan rutin yang Gina lakukan sejak seminggu yang lalu. Begitu pun dengan sore ini. Dengan ditemani Bi Asih, Gina menghabiskan waktu sorenya untuk berjalan-jalan sembari berbincang dan sesekali tertawa karena gurauan ART-nya itu.Sayangnya senyum itu tidak bertahan lama. Karena ketika ia sampai di rumah dan menemukan sepatu wanita yang jelas bukan miliknya di depan pintu, perasaannya langsung kacau tak karuan. Tanpa pikir panjang Gina langsung masuk ke dalam rumah, diikuti oleh Bi Asih yang sama bingungnya.Di sana; di ruang tamu, wanita yang jelas Gina kenali tengah berdiri membelakanginya dan terlihat sudah akan pergi, begitu juga dengan sang suami. Namun ketika wanita itu berbalik, rautnya terlihat terkejut menemukan Gina yang sedang menatap mereka dengan tatapan yang sarat akan rasa kecewa.“Gi-gina…” gumam Safira.Iya, orang itu adalah Safira. Entah apa yang wanita itu lakukan di rumahnya, yang jelas Gina
Baca selengkapnya
Chapter 21 - Menggali Informasi
Ketika malam tiba dan Endra belum kunjung pulang, biasanya Gina akan menunggu di sofa ruang tengah dengan gelisah, berkali-kali mengecek jam sembari dilanda rasa bimbang apakah harus menghubungi sang suami atau jangan.Tapi malam ini, ia tidak melakukan itu semua. Raganya benar-benar letih, pun pikirannya yang tak kalah kacau. Beberapa jam lalu ia menelepon Darren untuk menanyakan di mana lelaki itu memesan makanan yang pernah dikirim untuknya, karena demi apapun Gina ingin sekali memakannya. Namun setelah makanan itu datang dan Gina lahap, perasaannya tak kunjung membaik. Ia sendiri tidak tahu apa yang ia rasakan.Larut dalam lamunan, tepat pada jam 2 lewat 35 menit dini hari, pintu kamarnya tiba-tiba diketuk dan ia terkejut setengah mati. Ia tidak yakin itu maling atau orang yang berniat mencelakainya, sebab penjagaan di komplek yang ia tinggali terbilang sangat ketat.Sadar siapa yang mengetuk, Gina segera membenahi posisinya seolah tengah tertidur. Dan benar saja, tak lama orang i
Baca selengkapnya
Chapter 22 - Curhatan Darren
“Si Endra itu profesinya apa?”“Bentar, bentar. “ Daffa mengangkat tangannya seolah menahan Darren untuk jangan dulu bertanya. “Lo kenapa nanyain Gina, A? Kenal sama Gina?”Pertanyaan itu hanya ditanggapi dengan kibasan tangan. “Udah lah, jawab aja dulu.”Lagi pula ini tidak masuk ke ranah pribadi, jadi Daffa rasa tidak ada salahnya untuk menjawab.“Si Endra itu arsitek dan konsultan proyek, punya perusahaan konstruksi yang sebetulnya belum besar-besar banget, sih. Tapi lumayan udah banyak proyeknya. Namanya lebih terkenal sebagai arsitek, sempat jadi konsultan proyek perorangan tapi karena nggak mau ribet sendiri akhirnya dia bikin perusahaan. Cukup?”“Belum.”“Ya kerjanya dia begitu doang. Masa iya gue kudu ngarang yang lain?”Darren menjadi sedikit insecure. Dia hanya lulusan bisnis yang punya satu perusahaan pusat dan tiga perusahaan cabang yang bergerak di bidang furniture. Ia juga punya beberapa ruko serta kos-kosan yang sudah penuh, alias semuanya dalam keadaan disewakan. Hampi
Baca selengkapnya
Chapter 23 - Ada Apa dengan Gina?
“Kok ada di halaman belakang, Bi?” Endra melirik sepatu hitam yang sangat tak asing baginya; sepatu pemberian Safira yang hilang. “Ini sepertinya jatuh waktu dijemur di atas. Untungnya masih musim kemarau, jadi sepatunya nggak kena hujan.” “Oh, iya. Tolong simpan aja di tempat biasa. Terima kasih, ya, Bi.” “Sama-sama, Pak. Silakan dinikmati sarapannya.” Ketika Bi Asih kembali ke dapur, diam-diam Endra melirik pintu kamar Gina yang selalu tertutup rapat. Istrinya itu kini tak lagi suka menungguinya di meja makan seperti dulu. Bahkan ia pernah memergoki Gina yang tengah melamun di depan meja makan setelah menyiapkan sarapan, tapi tak lama, wanita itu kembali masuk ke kamarnya. Sebetulnya Endra tidak ingin ambil pusing tentang itu. Tapi perasaan bersalah sedikit muncul, jadi ia selalu memakan sarapan yang disiapkan Gina meski wanita itu tak pernah lagi menunggunya dengan antusias seperti dulu. Di tengah kegiatan mengisis perutnya,
Baca selengkapnya
Chapter 24 - Kesalahan Fatal Endra
Irma menggeram marah ketika ponsel Endra sama sekali tidak bisa dihubungi. Kini mereka sudah berada dalam perjalanan menuju rumah sakit, dengan kondisi Gina yang luar biasa memprihatinkan.Ketika ditemukan tadi, Gina sudah dalam posisi tergeletak lemas di lantai dekat tempat tidurnya; ketubannya pecah dengan sedikit rembesan darah yang ikut menggenang di sana. Kesadarannya masih ada, namun menantunya itu sama sekali tidak memberikan respon apapun selain kedipan mata lemah.“Sabar, ya, Sayang. Sebentar lagi kita sampai. Sabar, ya. Tahan. Kamu kuat, Mama tahu kamu kuat.”Gina yang berada di dekapan Irma hanya bisa menatap sang ibu mertua dengan sayu. Tubuhnya sangat sulit untuk digerakan. Ia bahkan tak bisa merasakan keberadaan anggota tubuhnya sama sekali.Beberapa saat kemudian mereka sudah sampai di depan IGD. Irma panik bukan main ketika melihat kelopak mata Gina mulai sesekali memejam, kesadarannya menurun dan seperti akan hilang dalam bebe
Baca selengkapnya
Chapter 25 - Rasa Bersalah
Masih dengan penampilan acak-acakan, Endra mendatangi rumah sakit yang Irma maksud dan segera bertanya pada resepsionis sesuai petunjuk sang ibu. Namun hatinya terasa diremat sakit saat mendengar bahwa orang yang dicarinya sedang dalam tindakan operasi.Endra kembali berlari menuju ruang operasi yang dimaksud. Dan benar saja, ibu, ayah dan ART-nya berada di sana; duduk di kursi tunggu tepat di depan ruang operasi.“Ma? Pa?” panggilnya.Alih-alih mendapat penjelasan, kedua orang yang dipanggilnya sama sekali tidak memberikan respon apapun. Bahkan sang mama hanya diam sembari memejamkan matanya di pelukan sang papa.Hanya Bi Asih yang menatapnya dengan ragu-ragu.“Bi, apa yang sebenarnya terjadi, Bi?”“A-anu, i-itu…” Bi Asih melirik Irma dan Ardi yang masih diam, jadi ia melanjutkan ucapannya, “tadi pagi non Gina ditemukan sudah lemas di kamarnya, air ketubannya pecah dan ada sedikit pendarahan. Dokter bilang, kemungkinan non Gina jatuh dari semalam, karena air ketubannya sudah pecah te
Baca selengkapnya
Chapter 26 - Penyesalan Endra
“Ma…” Endra memanggil sang ibu yang masih betah duduk di samping hospital bed yang Gina tempati sejak setengah jam yang lalu. Sementara sang ayah tengah pergi membeli sarapan untuk istrinya. Tidak ada jawaban dari Irma. Maka dari itu, tanpa pikir panjang Endra langsung berlutut dan menundukkan wajahnya yang sudah memerah menahan tangis sedari tadi. Irma jelas terkejut. Seumur-umur baru kali ini anaknya bersikap merendah hingga berlutut seperti sekarang. “Maaf…” ucap Endra. Bahkan kini ia tak kuasa menahan tangisnya. “Maafkan Endra, Ma. Maaf, karena Endra ceroboh dan nggak dengarkan nasehat Mama dan Papa. Endra lakukan kesalahan fatal yang buat istri dan anak Endra dalam bahaya. Endra belum bisa jadi anak dan suami yang baik buat Mama dan Gina. Ha-harusnya… Harusnya Endra nggak ngelakuin ini semua. Maafkan Endra, Ma, maaf…” Hati ibu mana yang tidak luluh dengan pemandangan seperti itu. Jelas Irma adalah salah satunya. Jadi dengan berurai air mata, ia membantu Endra untuk berdiri dan
Baca selengkapnya
Chapter 27 - Sedikit Melembut
Endra hampir terlonjak dari tempat duduknya ketika mendengar panggilan lirih itu. Terlalu larut dalam lamunan membuat Endra luput akan kesadaran sang istri. “Gi-gina?” “Air…” lirihnya lagi. Lekas-lekas Endra menekan tombol di atas kepala ranjang sebelum membantu sang istri untuk minum melalui botol yang telah diberi sedotan. Irma sudah menyiapkan semuanya, omong-omong. Setelah selesai minum, Gina kembali ke posisinya tadi dan memejamkan matanya untuk beberapa saat. Efek bius masih melekat padanya, alhasil kepalanya sedikit pusing dan ia merasa bahwa tubuhnya tengah melayang-layang di udara. “Ada lagi yang kamu butuhin?” Gina hanya menggeleng lemah. Tak lama kemudian dokter datang dan langsung memeriksa keadaan Gina yang masih seperti orang linglung. Setelah selesai, dokter itu mengernyit melihat Endra yang terlihat pucat. Jadi ia berkata, “Pak, sebaiknya Anda istirahat. Jangan terlalu khawatir, sekarang keadaan Bu Gina sudah be
Baca selengkapnya
Chapter 28 - Harus Bicara
Irma sungguh tidak mengerti, sebenarnya apa yang terjadi pada anak dan menantunya pagi ini? Ketika ia datang, keduanya hanya saling berdiam diri, terlihat canggung dan sedikit kikuk.Jadi setelah bertanya pada Gina tentang bagaimana keadaannya, dan memastikan semuanya baik, Irma mulai menelisik gerak-gerik kedua anak itu.“Kenapa? Kalian bertengkar?” tanya Irma to the point.Pertanyaan itu langsung dijawab gelengan oleh keduanya.“Jangan bohong. Pasti kalian bertengkar soal malam itu, kan?” tanyanya lagi. “Endra, Gina marah, kan, sama kamu gara-gara malam itu? Sudah Mama bilang kamu itu keterlaluan, seharusnya kamu –“Usapan tangan sang suami pada punggungnya membuat kalimat Irma terhenti seketika. Ia menoleh pada Ardi yang duduk di sampingnya. Suaminya itu memberi kode padanya untuk tak melanjutkan ucapannya yang terkesan mencampuri urusan rumah tangga sang anak. Beruntung Irma adalah tipe yang penurut.“Maaf, Mama nggak bermaksud mencampuri urusan rumah tangga kalian. Mama hanya kha
Baca selengkapnya
Chapter 29 - ASI Pertama
Gina menatap Endra yang tengah berdiri membelakanginya sembari berbicara melalui telepon di dekat jendela ruangan yang mereka tempati. Suaminya itu tiba-tiba mendapat telepon sesaat sebelum pembicaraan mereka dimulai.Sebetulnya Gina paham apa yang akan Endra bicarakan. Ia hanya belum sanggup untuk kembali menampung semua beban hidupnya di saat-saat yang tak memungkinkan seperti ini. Bahkan segala bentuk perhatian dan perubahan sikap yang Endra tunjukkan padanya sama sekali tak sampai ke dalam hatinya. Ia tahu Endra hanya merasa bersalah, bukan menyesal apalagi merasa khawatir layaknya suami lain ketika istrinya yang tengah hamil berada dalam situasi berbahaya.Gina tahu. Tapi, biarkan ia untuk menikmati perhatian Endra yang masih palsu ini.“Maaf, barusan ada telepon dari kantor.”Anggukan Gina berikan sembari tersenyum tipis. “Diselesaikan saja dulu, Mas.”“Sudah selesai,” jawab Endra. “Bisa kita mulai bicara?”Gina tak memberikan jawaban, sekadar menggeleng atau mengangguk pun tak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status