All Chapters of Mbak Arsitek Perancang Cinta: Chapter 11 - Chapter 20
101 Chapters
Bab 11. Siapa Wanita Itu?
"Ada apa, Sakti? " Suara yang menjadi mimpi buruk membuat badanku kaku seketika. ‘Duh, kenapa sampai ketahuan Si Vampir?’ Mas Sakti tertawa melihat wajahku yang memberi kode untuk tidak berkata sejujurnya. Alih-alih menutupi apa yang terjadi, dia justru berkata yang tidak-tidak. “Litu kawatir kalau aku tinggal dia pulang dengan siapa. Takut kamu tinggal. Kamu akan menunggunya, kan?” ucap Mas Sakti membuat mataku semakin melotot ke arahnya. Kenapa dia justru berkata kebalikannya? Bikin malu saja! “Ti-tidak, Pak. Saya tidak bilang seperti itu,” ucapku sembari membalikkan badan. Namun, yang dituju justru sudah melangkahkan kaki menjauh dari kami. ‘Ish … dasar bos tidak punya sopan santun. Orang belum selesai bicara sudah diringgal pergi!’ gerutuku dalam hati. *** Setelah beberapa waktu kami sibuk menggali data. Aku berbincang dengan Kepala Proyek, Mas Sakti sudah pergi dengan penanggung jawab pembangunan aparteman, sedangkan Pak Mahendra terlihat sibuk dengan ponselnya. "Bu Li
Read more
Bab 12. Seandainya Dia
"Litu! Kamu tidak apa-apa, kan?" tanya Mas Sakti setiba aku di ruangan. Dia sudah sibuk di balik meja kerjanya dengan setumpuk berkas dihadapannya. "Tidak apa-apa bagaimana? Tadi saya mempertaruhkan nyawa!" jawabku sambil menghempaskan tubuh ini di kursi kerjaku. Dia langsung berdiri dan menghampiriku."Tadi kamu bertemu dengan Siska? Anak lapangan memberi tahu tadi." Jadi kejadian tadi sudah menyebar kemana-mana. Pantas saja, mereka bersikap seperti itu. Menatapku seakan menjadi tersangka pada sebuah kejadian."Siska? Perempuan itu, namanya Siska? Mas Sakti kenal?" tanyaku dan menegakkan dudukku. Jiwa penasaranku langsung bangkit, aku tatap Mas Sakti menuntut penjelasan."Kenapa? Kenapa kamu melotot kepadaku?" tanyanya dengan memundurkan wajahnya."Mas, ayolah. Beri saya penjelasan. Saya bisa mati penasaran kalau nantinya dicelakainya. Mas Sakti mau saya hantui?!" ucapku sambil menyeringai ke arahnya. Dia malah tertawa."Kamu sudah siap jadi hantu demi Mahendra? Hahaha ..." ledeknya
Read more
Bab 13. Perempuan berbaju merah
"Weee! Melamun saja!" teriak Alysia mengagetkan aku. Entah kapan dia pulang ke rumah. Tiba-tiba sudah nongol di pintu kamar. Dia menghampiriku yang berbaring malas di tempat tidur. "Main, yuk! Pusing, aku!" teriaknya sambil meloncat berbaring di sebelahku. "Tumben pusing. Biasanya kamu orang yang tidak pernah pusing?" tanyaku melihat mukanya yang cemberut. Dari kuliah dulu, dia memang seperti ibu peri. Tempat berkeluh kesah dan pemberi semangat, dan sekarang kelihatan seperti orang kalah. "Kesal saja, ngadepin pelanggan yang ngeselin! Seperti dia saja yang punya uang. Gemes aku!" teriaknya sambil menggoyang-goyangkan kaki ke atas. Katanya kalau kesal, cara membuang energi dengan olah raga. Termasuk gerakan dia sekarang ini. Ada-ada saja! "Kalau gemes, cubit aja pipinya!" celetukku sambil tertawa. "Pipinya sudah kempot, Say! Sudah tua, tapi otaknya tidak jalan!" keluhnya. "Siapa, sih?!" tanyaku dengan memiringkan badan ke arahnya. Alysia mendapat pelanggan baru, orang berduit
Read more
Bab 14. Penyelamat
Astaga!Dia perempuan yang berbaju merah yang membuatku takut tadi!Siska, mantan Pak Mahendra.Aduh ...!Bagaimana ini?Tanganku mendingin, ingatanku dengan wajah marahnya terbayang jelas. Bagaimana kalau dia bertemu denganku lagi? Bisa jadi aku dicincangnya. Ingatan itu membuatku begidik.Aku langsung menarik kepalaku dan meringkuk bersembunyi di balik tanaman tinggi. Alysia mengikuti apa yang aku lakukan."Kenapa kita bersembunyi?" tanya Alysia memegang tanganku. "Litu, kenapa kamu terlihat takut?" tanyanya sekali lagi "Ssstt ...! Dia itu Siska, yang aku ceritakan tadi," ucapku dengan berbisik. "Apa!" teriak Alysia kaget dan aku membungkam mulutnya sebelum bersuara keras lagi. "Ssstt ...!"Keributan itu masih terjadi, pegawai yang sepertinya supervisor tidak mampu menanganinya. Dia malah semakin menjadi, pegawai itu dibuatnya mati kutu. Dia baru berhenti setelah ada laki-laki berjaket kulit warna hitam, menghampiri mereka. Dia bersama beberapa laki-laki berbaju senada, hitam. Be
Read more
Bab 15. Kamu divampiri dia?
"Pak! Saya tidak mau di anggap perempuan tidak benar!" protesku. Tiba-tiba dia menghentikan mobilnya. Samar, dari terangnya lampu jalan terlihat rahangnya yang mengatup keras. Sempat rasa takut menghinggapi hati ini, tapi mengingat perlakuan yang seenaknya rasa kesal lebih menuntutku untuk bicara. "Lituhayu! Ingat, saya tidak pernah menganggapmu seperti itu! Aku hanya menyelamatkanmu!" "Menyelamatkan atau membahayakan saya? Saya merasa diculik. Tanpa saya tahu kenapa saya diposisi ini. Seperti pencuri saja," ucapku kesal. Rasa segan terkalahkan dengan kesalku. Percuma bicara dengan orang tanpa hati seperti vampir di sebelahku ini. "Itulah alasan kenapa saya tidak suka merekrut perempuan! Apalagi seperti kamu.” “Kenapa kalau perempuan, Pak? Saya harus terjebak dengan situasi yang saya tidak mengerti. Bahkan saya tidak melakukan kesalahan apapun!" ucapku membalas tatapannya yang tidak berpindah dariku. "Siapa bilang kamu tidak melakukan apapun? Segala yang kamu lakukan membuat
Read more
Bab 16. Ini Waktunya
"Tidakkan ini berlebihan? Ini seperti bukan aku," ucapku ketika melihat tampilan wajahku di cermin. Rambutku kembali ke warna semula, hitam dan dirapikan di beberapa bagian. Aku terlihat berbeda, lebih segar. Wajahku dirias tipis tetapi membuat wajahku seakan berkilau. Tempat rujukan Alysia mengubahku berbeda, jujur, terlihat lebih ekslusive. Senyumku mengembang dengan sendirinya, ibuku pasti pangling."Nah, gini dong. Kamu seperti perempuan!" celetuk Alysia dengan tertawa."Ngaco! Jadi selama ini aku kelihatan seperti lakik!" "Ya, begitulah! Sekarang cantik!" ucapnya dengan merapikan rambut baruku ini.Tadi malam, kami bertiga aku, Alysia dan Mas Sakti membahas, bagaimana aku bisa mendatangi gala dinner kalau Sandra mengenaliku. Bisa jadi acara menjadi rusak dan berujung dipecatnya diriku. "Sebenarnya dia tidak tahu benar wajah kamu, yang dia ingat, kamu berambut pirang," jelas Mas Sakti kepadaku. "Kalau begitu diganti saja warnanya!" sela Alysia. "Siiip, kalau begitu. Besuk ka
Read more
Bab 17. Gara-Gara Cake Coklat
"Ssstt ... sebentar lagi kita di panggil ke panggung. Mereka anak pemasaran akan menjual kita!" celetuk Mas Sakti kepada kami. Mereka merapikan pakaiannya untuk bersiap."Litu, kamu harus siap mental. Kemungkinan besar, kamu akan menjadi sorotan. Baru kali ini dalam sejarah, ada arsitek perempuan di perusahaan ini," ucap Mas Sakti menepuk tanganku. Aku menatap ke arahnya, bagaimana pun ini kali pertama event besar bagiku."Tenang saja! Aku berdiri di sebelahmu!" ucapnya sambil berdiri setelah terdengar team kami dipanggil. Dia menyodorkan tangannya ke arahku. Kami berenam menuju panggung dengan iringan tepuk tangan dan lampu sorot ke arah kami."Wah, ternyata ada bunga cantik di team ini!" sambut MC-pembawa acara dan itu di tujukan ke aku."Para hadirin, keindahan yang ditawarkan perusahaan kami adalah hasil karya mereka. Dari olah pikir dan tangan merekalah keindahan ini terlahir," ucap MC menyambut kedatangan kami.“Apalagi sekarang ada nona cantik. Bisa tahu dengan nona siapa?" tan
Read more
Bab 18. Sisi Lain Mahendra
Satu-satunya orang yang bisa aku mintai tolong, hanya dia. Pak Mahendra-si Vampir yang membawaku ke sini. *** Aduh! Bagaimana ini? Aku terpekur di toilet yang indah ini. Mungkin kalau terpaksa, aku bisa tertidur di sini. Mondar-mandir mencari solusi dengan alternatif terakhir nama si dia. Bagaimana bisa? Iya kalau aku punya kantong ajaib yang bisa menyiapkan baju ganti. Faktanya, aku hanya punya si Vampir yang bisa aku mintai tolong. Pelan, aku buka pintu toilet. Sedikit terbuka, dan …. "Kamu akan keluar dengan bentuk seperti ini?" Suara yang mengagetkanku. Mataku terpaku menatap sepasang kaki bersepatu tepat di depanku. Perlahan aku dongakkan kepalaku. Wajah keras dengan mata elangnya menatapku, semakin ngeri dengan kedua alis yang bertaut. "Bapak!?" seruku dan tertunduk kembali. Di dorongnya tubuhku masuk kembali. "Lihat cermin!" Suara berat lekat di telingaku. Aku mendongakkan wajahku, terlihat bayangan kami. Aku dengan baju kotorku, terlihat seperti Upik Abu yang berseja
Read more
Bab 19. Harus Hati-Hati
Walaupun aku kesal dengannya, tapi aku berterima kasih karena sudah menjadi penolongku. Dengan berpegangan di lengannya, kami kembali ke acara yang masih berlangsung dengan meriah. Jangan ditanya bagaimana keadaan diri ini yang sekuat tenaga menguasai hati dan jantung yang mulai bergerak tidak selaras. Untungnya, kami segera berpisah setelah Mas Sakti memanggilku untuk bergabung dengan team. Acara malam ini sukses besar. Sekitar tujuh puluh persen, apartemen terjual. Sampai selesai acara, Mas Sakti terlihat sibuk membantu team pemasaran. Beruntung Pak Tomi menemaniku sampai Alysia datang menjemput. "Syukurlah kamu datang, aku capek!" keluhku langsung berdiri menyambutnya. "Litu! Kamu dapat dari mana baju indah ini!" teriakkan dengan memutariku. Aku langsung menceritakan apa yang terjadi padaku. "Bajunya tadi tertinggal. Aku ambil, ya!" ucapku. "Ah sudahlah, gaun tadi tidak sebanding dengan yang kau kenakan sekarang. Ini design perancang terkenal!" bisiknya dan menarikku untuk s
Read more
Bab 20. Kenapa Aku?
Ada pertanyaan besar yang berjubel di kepala ini. Apa hubungannya Pak Mahendra denganku yang mengakibatkan aku harus tidak bebas lagi? Aku baru saja bergabung di perusahaan, dan itu pun hanya beberapa kali bertemu dengan Bos Vampir itu. Semoga ini hanya kesalahpahaman belaka dan ke depannya tidak menyulitkan hidupku, apalagi terpaut dengan gosip skandal yang mulai merebak di kasak-kusuk karyawan. Walaupun aku orang yang super cuek, tapi tatapan yang sembunyi-sembunyi mengikuti langkah ini, dan slentingan omongan yang tak sengaja aku dengar, sukses membuatku tidak nyaman. “Masak, sih. Pak Bos mau dengan dia. Padahal penampilannya biasa.” Komentar yang masih wajar. Namun, yang membuatku mengepalkan genggaman dan ingin melontarkan untuk membungkam mulut, saat ada yang berujar, “Pasti servisnya memuaskan. Zaman sekarang apa sih, yang tidak dilakukan demi memikat laki-laki seperti Bos.” Aku hanya bisa berusaha menenangkan diri, walaupun harga diri seakan tercabik saat ada yang memperta
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status