Semua Bab WANITA YANG MERINDUKAN SURGA : Bab 31 - Bab 40
67 Bab
Kisah yang Tertunda
[Mentari, kamu bisa masuk kosan kan?] Pesan masuk dari nomor mas Rayyan. [Bisa mas] balasku singkat. Percuma juga jika aku bilang tidak bisa, dia akan melakukan apa untuk membantuku. Aku mondar-mandir di depan gerbang sambil berpikir bagaimana caranya agar tidak tidur diluar. "Ayo berpikirlah mentari," gumamku sambil memukul pelan kepalaku. Aku teringat jika sekarang ada banyak penginapan dengan harga terjangkau. Segera aku buka aplikasi yang berfungsi untuk mendownload berbagai aplikasi di ponselku. Banyak jenis aplikasi penginapan tersebut terpampang di layar datar tersebut. Dari mulai yang logonya berwarna biru, hingga merah. Aku segera mengunduh salah satu dan mencari yang terdekat dari tempatku berada. Satu persatu aku buka tapi kenapa semuanya terisi penuh. "Kenapa bisa seperti ini sih, kok kayak kebetulan banget," ucapku geram. Apa iya aku harus ke hotel hanya untuk tidur semalam, sendirian lagi. Lagipula satu malam di hotel biasa, bisa aku pakai untuk makan siang di k
Baca selengkapnya
Kupilih Dia
Aku terbangun saat mendengar alarm dari ponsel Pak Bagas. Smartphone milikku sendiri tertinggal di kamar sebelah bersama dengan sling bag. Saat terbangun dari tidur, hal pertama yang aku lakukan adalah melihat keadaan diriku apakah masih dengan pakaian lengkap atau tidak. Aku menarik nafas lega saat terbangun dalam keadaan sama seperti saat akan tidur.Tatapanku berpindah ke samping tempat aku tidur, tapi tidak mendapati lelaki itu. Mungkin Pak Bagas pindah tidur atau sudah bangun terlebih dahulu.Aku bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka dan mengambil air wudhu, semalam aku sudah lalai melaksanakan salat isya. Mudah-mudahan di tempat ini ada sesuatu yang bisa aku pakai untuk menutup aurat dan menjalankan salat subuh. Selesai dengan kegiatanku di kamar mandi, aku segera keluar dan hendak mencari Pak Bagas, namun ternyata dia sudah ada di dalam kamar."Pakai ini buat shalat," ucapnya sambil menyodorkan sajadah serta mukena yang terlipat rapi. Tanpa banyak bertanya aku menerima
Baca selengkapnya
Digerebek Warga
Sesuai kesepakatan kami sebelum hari libur tiba waktu itu, akhirnya kami akan pergi jalan-jalan ke tempat wisata alam dan pegunungan. Menurut pak Bagas jarak yang akan ditempuh tidaklah memakan waktu lama, kurang lebih hanya tiga jam saja. Selain itu akses tol membuat perjalanan jauh lebih singkat. Aku tidak mau ada lagi acara menginap di luar kota seperti dulu. Pak Bagas berjanji jika kami akan pulang sebelum sore menjelang. Aku juga sudah meminta izin pada penjaga kosan akan terlambat pulang mungkin sekitar 30 menit. Hanya untuk berjaga-jaga saja agar aku tidak terkunci di luar seperti dulu.Pagi-pagi sekali kami sudah berangkat, saat matahari belum menampakkan sinarnya, mobil yang kami tumpangi sudah melaju meninggalkan kota. Pak Bagas bilang tempat itu buka jam delapan pagi. Dan kami akan sampai sana pagi-pagi sekali untuk melihat matahari terbit. Awalnya pria itu mengajakku melihat matahari terbenam, tapi aku tidak mau karena takut kemalaman kembali ke rumah. "Apa dulu kamu ser
Baca selengkapnya
Terpaksa Menikah
"Buka pintunya, cepat!" Teriakan kembali terdengar. "Pak, bangun!" Aku menguncang tubuhnya dengan keras. Lelaki yang duduk di sampingku itu bangun dengan kebingungan. "Kenapa?" tanyanya kebingungan. "Kenapa bapak ikutan tertidur," ucapku menyalahkannya. Padahal harusnya dialah yang lebih berhak tidur karena kelelahan menyetir. "Itu diluar rame, dikira kita melakukan hal yang tidak-tidak didalam mobil." Pak Bagas mengusap wajahnya dan merapikan rambutnya, lalu perlahan menurunkannya kaca jendela mobil. "Wah beneran mereka sepasang anak manusia. Bener-benar melakukan perbuatan mesum sepertinya," ucap laki-laki berkopiah hitam. "Tidak pak, tadi kami mau shalat tapi malah ketiduran di dalam mobil," ucap Pak Bagas menjelaskan. "Halah, jangan banyak alasan. Mau shalat kok parkir sejak tadi gak keluar-keluar, saya udah lihat mobil ini dari tadi," ucap pria itu lagi. "Cepat keluar! jangan banyak alasan," teriak yang lain tidak mau kalah. Ketakutan mulai merayap dihatiku, bagaimana
Baca selengkapnya
Akhirnya Menginap
Mau tidak mau, akhirnya kami memutar balik karena tidak bisa lewat tempat itu. "Kenapa hari ini sial banget sih," gumamku pelan. "Apa kamu merasa pernikahan kita termasuk hal yang sial?" tanya Pak Bagas pelan. Seperti ada kekecewaan dalam pertanyaan, apa pria ini kecewa dengan ucapkanku barusan. "Bukan begitu, maksudku kita jadi tidak bisa pulang. Bagaimana ditempat seperti ini akan menemukan penginapan atau hotel. Tidak mungkin kan kita tidur didalam mobil, nanti kalau digrebek lagi kita dinikahkan lagi. Mau berapa kali kita menikah?" Aku berusaha membuat candaan tapi sepertinya perkataanku yang pertama sudah membuatnya kecewa. "Disini mungkin susah mendapatkan tempat menginap, tapi jika kita kebagian kotanya pasti ramai juga seperti di Jakarta. Atau jika tidak, kita bisa cari jalan lain. Meskipun harus berputar-putar pasti ada jalan menuju ke ibukota selain jalan ini," tuturnya panjang lebar. "Tidak perlu pulang malam ini, kita cari saja penginapan sini. Bapak sudah menyetir d
Baca selengkapnya
Kisah Kelam
Selepas mandi, aku segera berganti piyama yang tadi sempat kami beli sebelum check in di hotel. Piyama berlengan pendek dengan paduan celana panjang, berbahan katun dengan warna navy menjadi pilihanku saat berbelanja tadi. Kami sudah makan malam sebelum masuk ke hotel ini, jadi sekarang saatnya adalah beristirahat. Namun mataku benar-benar tidak mengantuk, rasa kantukku pergi entah kemana karena memikirkan berbagai hal yang terjadi hari ini. Semuanya terjadi tanpa diduga, dalam sekejap mata, aku sudah menjadi isteri Pak Bagas. Pernikahan kami sah secara agama tapi belum diakui negara. Apakah pernikahan ini akan benar-benar berjalan, atau tidak. Apa selamanya akan seperti ini atau Pak Bagas akan mengesahkan pernikahan kami agar di akui oleh negara. Bagaimana aku akan mengatakan pada ibu tentang semua ini. Berbagai pertanyaan timbul di benakku dan tidak aku temukan jawabannya. "Belum tidur?" tanya Pak Bagas yang baru saja keluar dari kamar mandi. Pria itu sudah berganti piyama denga
Baca selengkapnya
Tiga Puluh Tujuh
Dering smartphone milikku yang berada di atas meja mengurai pertautan bibir kami. Aku menatap kearah pria yang saat ini menindih tubuhku diatas sofa. "Bisakah kamu mengabaikannya?" bisiknya, tatapan memohon terpancar di matanya. Aku membiarkan benda pipih itu terus berdering hingga mati sendiri. Laki-laki yang sudah menjadi suamiku itu kembali menyatukan bibir kami, namun lagi-lagi suara ponselku mengganggu kami. "Aku angkat dulu, takut penting," ucapku sambil mendorong tubuhnya perlahan. Ah, Nayla. Dia menelponku malam-malam begini, belum terlalu malam juga sih. "Iya, Nay," sapaku. Aku berjalan menuju balkon, membuka pintunya dan menerima telepon disana. Aku tidak mau menganggu Pak Bagas dengan obrolanku. "Kamu di mana? Udah pulang apa belum? Tadi aku lihat berita di daerah sana ada tanah longsor dan hujan lebat kamu bisa pulang kan, tidak terjadi apa-apa denganmu kan?" tanyanya bertubi-tubi. "Nggak Nay aku baik-baik saja," jawabku singkat. "Yaa ampun, aku tanya panjang leba
Baca selengkapnya
Malam yang Indah
Pukul satu siang kami akhirnya check out dari hotel tersebut. Aku memang meminta suamiku untuk menginap satu malam saja, karena kami tidak membawa apapun dan memang tidak berniat untuk menginap sebelumnya. Mobil melaju meninggalkan gedung hotel terdekat menuju arah jalan pulang. Sepanjangan perjalanan lelaki yang sudah resmi menjadi suamiku itu menggenggam tanganku. Dia berkendara perlahan dengan menggunakan satu tangan. 'Mas, gunakan kedua tanganmu agar kita segera sampai dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," ujarku memperingatkan.Iya, akhirnya aku memanggilnya dengan panggilan Mas sekarang. "Iya deh, iya. Doamu buruk banget, padahal kita belum melakukan apa-apa setelah menikah. Masa harus terjadi hal-hal yang buruk," sahutnya sembari melepas genggaman tanganku dan menyetir dengan kedua tangannya."Kamu pulang ke rumah kita saja ya," ucap Mas Bagas tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan. "Rumah kita?" tanyaku."Iya rumah yang sudah kamu datangi dan kita sempat meng
Baca selengkapnya
Kepergok
Sapuan lembut dari indera pengecapnya membuat tubuhku kehilangan setengah kesadaran. Aku hanya bisa pasrah menerima sentuhan-sentuhannya. Meskipun dulu kami sering melakukannya, tapi kali ini terasa berbeda. Aku merasakan cinta dalam setiap sentuhan itu. "Bolehkah aku melakukannya?" tanyanya, kedua tangannya membingkai wajahku setelah ciuman panas kami tadi. Aku tidak menjawab, hanya kembali memeluknya dengan erat. Menyembunyikan wajahku yang memerah di dadanya. Aku harap dia sudah tahu dengan jawabanku. "Jawablah, iya atau tidak," bisiknya di telingaku. Jika aku harus menjawabnya, aku bisa gila karena malu. Kenapa dia tidak faham dengan bahasa tubuhku, haruskan aku mengatakan kata "iya". "Jawablah, Mentari," ucapnya lagi. Tidak mau menjawab, aku memilih untuk membuka kancing bajunya. Kaos yang dia gunakan memang berkerah dan berkancing. Setelah terbuka aku mendaratkan kecupan didadanya yang bidang, hingga suaranya merdu menyebut namaku. Tanpa menunggu lama lagi, lelaki yang su
Baca selengkapnya
Temani Aku
Aku masih terdiam dan memainkan jari-jari tanganku."Jawab, Mentari. Mbak sudah menganggapmu seperti adik sendiri, dan tidak ingin kamu salah jalan. Jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan padamu."Mbak Aira begitu peduli padaku, dia tidak tahu seperti apa kehidupanku sebelum bekerja disini. Wanita itu selalu berpikir jika aku perempuan baik-baik dan polos. "Sebenarnya kami sudah menikah, mbak," ucapku pelan. "Hah?!"Mbak Aira tampak kaget dengan pernyataanku. Seakan-akan dia tidak percaya dengan apa yang didengarnya. "Iya, aku dan mas Bagas sudah menikah," ucapku lagi. Kali ini dengan suara yang lebih jelas. "Ting!" Lift berbunyi, lantas berhenti. Pintu terbuka, artinya kami sudah sampai di lantai yang kami tuju. Tempat dimana kami bekerja. "Kamu berhutang penjelasan padaku, dan harus kamu jelaskan nanti saat makan siang," ucapnya saat kami keluar dari dalam lift. Mbak Aira memang begitu perhatian padaku, seakan-akan aku memiliki kakak perempuannya yang tidak aku mi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status