All Chapters of Dinikahi Mantan Adik Ipar: Chapter 31 - Chapter 40
58 Chapters
Tiga Puluh Satu
Rayyan mendekap sayang istrinya yang tengah tertidur di sisinya. Sementara dirinya sama sekali tak bisa tidur hanya memperhatikan wajah yang sesekali meringis. Sejak memutuskan menikah dengan Atisha, Rayyan tahu bahwa bukan sekedar rasa penasaran yang ia miliki untuk perempuan ini, ia hanya selalu menampik bahwa Atisha adalah perempuan spesial di hatinya. Tapi ia tak akan memungkiri lagi, Atisha telah memberikan hal yang paling berharga yang ia jaga selama ini padanya dan tentu menjadi suatu kehormatan untuknya sebagai seorang suami. Ia berjanji pada dirinya, akan selalu menjaga istrinya dengan setulus hati dan menjadikan Atisha satu-satunya perempuan dalam hidupnya. Pria itu kembali mengecup puncak kepala istrinya, semua perasaan yang pernah padam di seakan kembali membara."Raffan jangan tinggalin aku, hiks ... Raffan," lirih Atisha sambil terisak dalam tidurnya. Rayyan Tercengang, seolah telah ditarik paksa kembali pada kenyataan. Jiwa Atisha milik Raffan, yang ia punya hanya raga i
Read more
Tiga Puluh Dua
Atisha menatap langit yang tak berbintang, membiarkan hembusan angin malam menerpanya. Ia masih ingin berlama-lama menikmati kelam malam. Namun, nampaknya hujan akan segera turun dan Atisha mulai tak suka hujan akhir-akhir ini. Gemuruh langit kian memekakkan telinga disusul dengan kilatan petir yang begitu menyilaukan. Perempuan itu segera meninggalkan balkon dan menutup pintu dengan rapat. Rayyan hanya menatap istrinya sekilas sebelum kembali menatap layar laptop di depannya. Pria itu sedang selonjoran memangku laptop di atas tempat tidur. Atisha berjalan melaluinya menuju kamar mandi dan ke ruang ganti beberapa saat setelahnya, sisi tempat tidur melesat saat Atisha berbaring dan masuk kedalam selimut menutupi tubuhnya sambi memejamkan mata, sama sekali tak berniat membuka percakapan dengannya. "Atisha," Rayyan bersuara setelah menutup laptopnya, lalu melirik jam dinding yang telah menunjukkan pukul sembilan malam. "Hmm..." Perempuan itu sama sekali tidak berniat membuka matanya, At
Read more
Tiga Puluh Tiga
Atisha masih memejamkan matanya, jantungnya berdegup tak karuan. Sambil menggigit bibir akhirnya perempuan itu menghela nafas berkali-kali sebelum memutuskan untuk membuka mata dan menatap benda kecil di genggamannya. Ia hanya terlambat haid dua minggu sejak hari pernikahannya. Beberapa hari terakhir ia sering merasakan kram perut disertai dengan bercak darah, hal itu pula yang mendorongnya untuk melakukan tes kehamilan dengan benda kecil ditangannya. Atisha terduduk di atas closet yang tertutup. Ia tersenyum haru, sambil mengelus perutnya yang rata, dua garis merah menunjukkan akan ada nyawa yang bergantung padanya, hidup di perutnya dalam beberapa bulan ke depan."Kamu hadir begitu cepat nak, kamu pasti akan jadi anak yang hebat, kesayangan mama. Janji, mama akan jaga kamu dengan segenap jiwa raga mama," lirihnya penuh tekad, menyeka air matanya. Dulu ia selalu percaya kelak akan mengandung anak dari Raffan. Namun takdir tak memberinya kesempatan. Sekarang anak Rayyan lah yang tumbuh
Read more
Tiga Puluh Empat
"Jangan Ray, aku... aku hamil." Rayyan membatu mendengar lirih perempuan di depannya, kemarahan yang sejak tadi bergejolak di dadanya seakan diselimuti kebekuan. Pria itu mundur selangkah, sambil mengelap wajah dengan gusar. "Kamu bohong?" Akhirnya pria itu kembali mampu berujar, jelas suaranya sarat akan kerisauan. Atisha meraba saku bagian depan piamanya, mengulurkan benda mungil itu menyodorkan pada suaminya tanpa berucap sepatah katapun. Rayyan hanya menatap benda itu dengan kaku, beberapa saat kesunyian melingkupi mereka, hingga kemudian pria itu menepis tangan Atisha dengan kasar, membuat dua buah testpack itu terjatuh begitu saja. Rayyan Mengacak rambutnya dengan frustasi lalu menatap nyalang kearah Atisha. "Saya nggak mau punya anak, tidak dengan kamu. Dasar licik!" Umpatnya, sebelum berjalan meninggalkan perempuan itu dengan langkah lebar, bahkan membanting pintu kamar dengan keras. Atisha hanya bisa menggigit bibirnya sambil menatap murung benda kecil yang telah menunjukk
Read more
Tiga Puluh Lima
"Berisik!!" Rayyan membuka pintu dengan kesal."Kamu gila Ray." Atisha berujar pelan namun dengan sorot marah. Tatapan Atisha lalu memindai perempuan seksi yang tengah duduk santai di pinggir tempat tidur suaminya sambil menatap kuku-kuku jarinya yang lentik."Hentikan Atisha!" Bentak Ray, saat Atisha mencoba meraih kunci kamar. "Apapun yang saya lakukan itu bukan urusan kamu. Pergi sana, jangan ganggu kami!" Rayyan mendorong Atisha untuk mendur lalu hendak kembali menutup pintu kamarnya. Atisha hanya bisa mengelus dada, ia tidak pernah membayangkan akan terlibat dalam kondisi seperti ini. Entah dosa apa yang pernah ia perbuat hingga memiliki suami segila ini. "Aku bakal telpon mama sekarang jika perempuan itu nggak keluar dari sini," Ancam Atisha, membuat gerakan Rayyan untuk menutup pintu terhenti. Namun saat berikutnya, Rayyan justru membanting pintu dihadapannya dengan begitu keras, membuat Atisha tergelonjak, sambil memegang dadanya. Tak lama Rayyan kembali membuka pintu ka
Read more
Tiga Puluh Enam
Atisha duduk di sudut kafe, menatap hujan dari sekat kaca, ia lalu duduk bersadar sambil menjentikkan telunjuknya di atas meja, dua kali ia menghela nafas berat. Ia pernah berada dibawah guyuran hujan dengan sangat bahagia, tertawa dengan begitu lepasnya tanpa pernah mengira jika hari-hari kelamnya akan tiba. Hari dimana ia hanya bisa mengenang, membujuk hati sambil memeluk tubuh sendiri. Hari dimana ia hanya bisa termenung mengabaikan lelehan air matanya, perlahan meraup nafas yang justru semakin membuatnya sesak. Sakit, saat mengingat pria yang ia cintai pergi dengan cara mengiris hati, takdir merenggut kebahagiaan mereka dengan paksa. Sakit, saat besarnya rindu yang ia punya tak mampu untuk membawa Raffannya pulang. Sakit, saat sekelabat senyum dan tawa yang ia lihat hanya ilusi. "Atisha, ternyata beneran kamu." Seorang pria jangkung berkulit putih itu duduk diseberang mejanya tanpa perlu izinnya. Buru-Buru Atisha menyeka sudut matanya."Kamu nangis, Tisha?" Jerome berujar pelan,
Read more
Tiga Puluh Tujuh
Atisha terbangun saat merasakan tubuhnya dalam dekapan hangat. Dagu yang bertumpu di kepalanya, serta tangan kekar yang mengungkungnya. Sontak mata kantuknya terbuka, la langsung menyadari pria yang sedang tertidur pulas dibelakangnya.Perempuan itu mengangkat tangan berat suaminya yang berada diatas perutnya. Serta menjauhkan diri dari pria yang semalam membuatnya dongkol setengah mati."Banyak gerak banget sih, gangguin orang tidur aja." Pria itu bergumam namun tangannya kembali merengkuh Atisha dengan erat."Kamu ngapain tidur disini? Sana ke kamar kamu." Protes Atisha, namun Rayyan mengabaikannya."Tidur lagi anak papa, jangan pedulikan mama kamu yang lagi ngambek ini." Pria itu mengelus perut istrinya, matanya masih terpejam. Membuat Atisha mendengus mendengarnya."Anak kamu, yakin?" Sindir Atisha, memukul pelan punggung tangan pria itu, agar Rayyan menyingkirkan tangannya yang masih bertengger di perutnya dan menjauh darinya."Hmmm... semalam aku lagi marah, mulutku nggak ada sar
Read more
Tiga Puluh Delapan
Perempuan itu berjalan menuju dapur, ia mengernyit saat mendengar suara dari dalam. Ia mendapati suaminya yang sedang muntah di wastafel dapur. Atisha mendekat kemudian berdiri di sampingnya saat pria itu membasuh bibirnya dengan air."Kamu kenapa?" Tanya Atisha."Kamu dokter kan, jadi coba katakan aku sakit apa? Mual-mual terus hingga muntah sejak beberapa hari lalu, sampai nyaris nggak bisa makan sama sekali. Bahkan hidung aku nggak bisa nyium bau parfum sendiri." Rayyan bersungut-sungut dengan sorot frustasi. "Beneran?" Sementara Atisha tampak girang mendengarnya. "Kamu kenapa senyum-senyum, senang mendengar aku lagi sakit? Sialan, dokter macam apa kamu," Rayyan berdecak hendak meninggalkan dapur. "Tuhan itu maha adil Ray, aku yang hamil kamu ikut mengalami gejalanya, seperti mual, sensitif dan lainnya. Namanya couvade syndrome, jenis kehamilan simpatik, dimana suami ikut merasakan tanda-tanda kehamilan yang dialami oleh istri. Selamat jadi calon papa yang berdedikasi deh Ray,"
Read more
Tiga Puluh Sembilan
Malam, pekatmu mencekik sepiku dan hembusmu membekukan sanubari.Dalam larutmu aku pun terjaga, berusaha membekap segala pengandaian.Telah kulepas raganya meski terus memeluk bayangnya.Sudah kusapu air mata, walau dalam lirih selalu berbisik rindu.Duhai raga dingin berbalur luka, lebur hatiku mengenangmu.~Rayyan menutup buku itu, setelah membaca tulisan tangan pada lembar terakhir di buku obstetri istrinya. Pria itu awalnya hanya iseng membuka buku itu, hingga mendapati tulis tangan istrinya. Entah mengapa ia merasa untaian kata sederhana itu tersirat luka yang dalam. Pria itu resah sekaligus bingung dengan pikirannya sendiri. Rayyan melirik kearah jam tangannya, entah kemana perginya perempuan yang mengganggu istirahat siangnya di weekend ini hanya untuk mencari mangga mengkal. Ia sebenarnya sedang sangat malas, tapi melihat sorot sendu istrinya tadi, itu benar-benar mengusiknya. Setelah berhasil membawa buah pesanan perempuan itu, istrinya malah tidak ada saat ia pulang, bagaima
Read more
Empat Puluh
Menjelang tengah malam Rayyan baru pulang, pria itu berdiri di depan kamar istrinya dan menatap pintu dihadapannya dengan ragu. Ia menghela nafas berat sambil mengacak rambutnya dengan sendu. Sudah lama ia menahan diri untuk tidak menyentuh istrinya maupun perempuan manapun lagi. Ada kala ia di tahap yang benar-benar merasa tak mampu membendung kebutuhan biologisnya dan membuatnya benar-benar frustasi. Pria itu menyandarkan jidatnya pada pintu dihadapannya, ingin sekali ia menerobos masuk di kamar istrinya namun egonya melarang. Pria itu dalam dilemanya saat tiba-tiba pintu kamar terkuak, membuat pria itu terjengkang dan wajahnya terantuk pada daun pintu. "Pintu sialan!" Mata kantuk Atisah terbelalak, namun detik berikutnya perempuan malah tertawa melihat suaminya memukul dan menggerutu menyalahkan pintu dihadapannya, sambil mengelus tulang hidungnya."Mas, ngapain?" Tanya Atisha. Rayyan hanya menatap sayu kearah istrinya yang selalu cantik meski rambut panjangnya di ikat asal. Mera
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status