All Chapters of To The Moon and Back, Only for You: Chapter 21 - Chapter 30
84 Chapters
Chapter 20 - His confusion
"Kau sudah mengirimnya?""Sudah, Gabriel. Kau telah menanyakannya untuk kesekian kalinya hari ini.""Karena aku belum menemukannya.""Itu karena belum waktunya. Kau akan menemuinya saat memang sudah waktunya. Kau tahu sendiri kalau roda takdir bergerak dengan cara yang aneh. Bahkan kita para malaikat, tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi ke depannya. Hanya diri-Nya lah yang mengetahui rahasia ini.""Ya. Aku tahu soal itu, Michael. Aku hanya ingin agar periode reinkarnasi-ku ini cepat selesai dan aku bisa segera kembali ke sini. Hidup sebagai seorang manusia di dunia ternyata tidak segampang itu.""Aku sudah memperingatkanmu dari awal bukan? Jangan main-main dengan yang namanya reinkarnasi."Michael memperhatikan rekannya yang menarik nafas dalam. Tampak pria itu berusaha mengulum tawanya yang hampir tersembur keluar saat ini. Ia sedikit berdehem sebelum berbicara kembali."Aku perhatikan, akhir-akhir ini tampaknya emosimu naik-turun, Gabriel. Tidak seperti dirimu yang biasanya
Read more
Chapter 21 - First Encounter
"Sampai jam berapa kamu kuliah hari ini, Thunder?"Merapihkan isi tasnya, Gabriel menoleh pada orang yang menjadi ibunya. Tampak wanita itu sedang melap kedua tangannya setelah ia mencuci piring."Sekitar jam 13.00, aku sudah selesai. Hanya ada dua mata kuliah hari ini.""Setelah itu, apa rencanamu?""Mungkin akan langsung ke kantor papa. Kemarin, ada beberapa tugas dari Pak Zimmerman yang harus aku selesaikan hari ini."Sharon melipat lap-nya menjadi lipatan yang rapi dan kecil. "Oh? Pak Zimmerman? Kalau tidak salah dia karyawan yang baru mutasi dari Amerika sekitar 2 bulan lalu, bukan?"Kepala Gabriel mengengguk-angguk kecil. "Kalau tidak salah memang seperti itu. Aku juga belum tahu terlalu banyak tentang orang itu."Ia akhirnya mengambil salah satu roti bakar di atas meja dan menyelipkannya asal di mulutnya. Gabriel juga langsung meraup tas ranselnya dan memberikan kecupan cepat di pipi ibunya."Aku sudah terlambat. Aku pergi dulu, mam!"Melambai pada sosok anaknya yang menghilang
Read more
Chapter 22 - The mystery of fate
Terlihat kedua alis pirang Michael berkerut sangat dalam saat Gabriel selesai bercerita. "Kau yakin, Gabriel? Kau yakin kalau Kat yang menarikmu?"Pandangan Gabriel mengarah pada jiwa-jiwa suci di bawah mereka yang sedang mendapatkan pengarahan dari Ambrosio dan Persephone. Mereka berdua sedang mempersiapkan jiwa-jiwa itu sebelum akhirnya lahir kembali ke dunia. Beberapa dari para jiwa itu tampak mengendap-endap keluar karena bosan, tapi tali api Ambrosio segera menarik kembali jiwa yang menjerit marah itu ke dalam lingkaran suci mereka.Meski sudah tidak memiliki raga tapi tetap saja, yang namanya karakter memang sulit untuk diubah."Aku pun tidak yakin, tapi itulah yang terjadi, Michael. Jelas aku melihat bola silver Kat melayang di depanku dan dia menempelkan dirinya ke mukaku.""Eh?" Seruan kaget Michael akhirnya membuat Gabriel berpaling."Eh...? Kenapa dengan 'eh'?"Mata Michael mengerjap bingung. "Dia menyentuhmu?"Kepala Gabriel mengangguk. "Ya. Dia mendekat dan menyentuh mulu
Read more
Chapter 23 - The woman in his dream
Tampak Gabriel berdiri di tengah-tengah ruangan yang berwarna putih. Kepala pria itu bergerak dan kedua matanya menelusuri ruangan itu yang benar-benar tidak memiliki ujung apapun. Di mana ini?Kamu ada di mimpiku, Gabriel.Suara bisikan dari arah belakang itu membuat kepala Gabriel memutar cepat dan ia membalikkan tubuhnya. Kedua mata hitamnya melebar dan mengerjap cepat saat melihat sosok yang sedang berdiri di depannya.Yang ada di depannya adalah sosok seorang wanita yang berambut panjang sampai ke pinggang langsingnya. Rambutnya berwarna cokelat kemerahan dan tampak bercahaya. Wajahnya tidak terlihat jelas dan tampak tersembunyi di balik cahaya yang seolah datang dari arah belakangnya. Gabriel hanya dapat melihat bibirnya yang berwarna merah muda."Siapa kau? Bagaimana kau bisa menarikku ke dalam mimpimu?"Tiba-tiba saja, jubah yang tadinya dikenakan oleh wanita itu menghilang dan tubuhnya polos di depan pria itu. Terkejut, Gabriel berpaling dan ia baru akan berbalik saat wanita
Read more
Chapter 24 - New neighbor
Keluarga kecil Hamilton tengah menikmati sarapan pagi bersama di meja makan. Tampak ketiganya saling bersenda gurau dan mengobrol santai. "Oh ya, sayang. Aku baru ingat. Tolong siapkan hidangan untuk makan malam ya. Aku berencana untuk mengundang tetangga baru kita nanti."Sharon yang sedang membereskan piring-piring tampak menaikkan alisnya. "Oh? Kita punya tetangga baru? Siapa memangnya, Steve?""Claude Zimmerman. Aku sudah pernah menceritakan tentang pria itu padamu dulu kan?""Karyawanmu yang baru mutasi dari Amerika itu? Namanya 'Claude'?"Menahan senyumnya, Stephen mengangguk. "Benar, Sharon. Aku tahu apa yang sedang kamu pikirkan dan aku harap, kamu tidak mengatakan apapun nanti pada pria itu. Dia sudah cukup banyak tersinggung sejak hari pertamanya karena candaan orang di kantor."Menoleh pada anaknya, pria baya itu menatapnya cukup tajam. "Dan itu juga termasuk dengan dirimu, Thunder. Dia adalah atasanmu di kantor bukan?"Gabriel yang tadinya sedang melamun sedikit terkejut d
Read more
Chapter 25 - She's here
"Kat?"Sorot Zimmerman menjadi lebih ramah dan dia tersenyum. "Ya. Kau bisa memanggilnya Cat, Thunder."Baru tersadar saat mendengar suara pria gempal itu, Thunder mengangguk meminta maaf pada tamunya. Bukannya mempersilahkan untuk masuk, ia malah membiarkan mereka berdiri terlalu lama di teras depan."Ah, maafkan saya telah tidak sopan. Silahkan masuk, Tuan dan Nyonya Zimmerman."Menepuk pelan bahu Gabriel, Zimmerman menghela isteri dan juga anaknya untuk memasuki rumah besar itu. Saat ketiga tamunya berjalan pelan menuju ruang makan, kepala Gabriel bergerak mengikuti dan masih terpaku pada sosok anak perempuan yang tampak mengekor di belakang orangtuanya.Tiba-tiba anak perempuan itu berhenti dan membalikkan badannya, membuat Gabriel terkejut. Keduanya saling bertatapan dan sorot amber di mata Catherine tampak menajam. Sangat terlihat jelas sorot benci di dalamnya. Mendadak, anak itu mengangkat tangan kanannya dan memberikan tanda dengan jari tengahnya yang mengacung sangat tegak, m
Read more
Chapter 26 - Her silence
Setelah para tamu pergi, tampak keluarga Hamilton berkumpul kembali di ruang keluarga. Sharon menatap anaknya dengan senyuman masam saat Stephen menceritakan kejadian di ruang kerjanya. Tangan wanita itu terulur dan mengacak-acak rambut anaknya yang hitam legam."Jangan lakukan itu lagi, Thunder. Dan aku yakin kalau kamu akan menyesal, setelah mendengar ceritaku."Tatapan Gabriel bertanya-tanya, termasuk Stephen. "Memangnya ada cerita apa, sayang? Kalian mengobrol apa saja tadi?"Tubuh Sharon menyender pada kursi di belakangnya. Mereka bertiga duduk berselonjor dengan beralaskan karpet tebal. Sebelum akhirnya ia berbicara, tampak tarikan nafasnya yang dalam dan terasa berat."Sayang?" Stephen mengusap-usap bahu isterinya yang terlihat sedikit tertekan itu.Sharon menoleh pada suaminya dan tersenyum. Tangannya mengusap pipi pria itu lembut. "Aku tidak apa-apa, sayang. Hanya cerita Tatiana tadi sedikit membuatku kaget.""Memangnya dia menceritakan apa?""Kalian tahu kalau anak Claude da
Read more
Chapter 27 - The king of demon
"La-la-la-la-la... Wel, well, Michael... Atas kehormatan apa aku bisa mendapatkan kunjunganmu yang sangat tidak terduga ini, di istanaku yang kumuh ini?"Suara rendah dan menyebalkan pria di depannya ini, membuat seluruh bulu-bulu di tubuh Michael berdiri. Rambutnya bahkan menjadi jabrik hanya karena mendengar suara magis itu.Pria di depannya yang sedang duduk di singgasananya itu memakai jubah hitam panjang. Rambutnya lurus dan hitam. Tatapan matanya berwarna merah darah terlihat malas. Dagunya mendongak dan salah satu tangannya yang berada di bawah dagunya, terlihat berkuku panjang berwarna hitam yang lancip."Mana Gabriel...? Seharusnya dia yang datang, dan bukannya menyuruh pembantunya untuk menemuiku. Sungguh tidak sopan sekali..."Kembali tubuh Michael bergetar, bukan karena takut tapi memang getaran dari suara orang di depannya ini yang memberikan reaksi otomatis ke tubuhnya."Hentikan cosplay-mu, Apollyon! Kau sangat tidak cocok berpenampilan dan bersuara seperti itu! Segeral
Read more
Chapter 28 - Her touch
"Gabriel?"Kedua mata hitam itu akhirnya mengerjap dan menolehkan kepalanya. Terlihat pandangannya masih belum memberikan ekspresi apapun, tapi Michael yakin kalau rekannya itu cukup shock dengan ceritanya."Apollyon yang mengatakannya sendiri?""Ya. Dia bahkan mengajakku ke taman bunganya, tidak seperti biasanya. Ternyata yang ingin diceritakannya merupakan rahasia yang ditutupnya rapat selama ini, bahkan dari para dewa.""Apa yang akan dilakukan oleh mereka kalau tahu jiwa itu masih berkeliaran di sini?"Tatapan Michael tajam pada temannya. "Mereka akan memusnahkannya. Karena kalau dari cerita Apollyon, jiwa silver itu memang ditakdirkan untuk mengorbankan nyawanya demi kebahagiaan para umat manusia, yang bahkan mereka bukanlah pengikutnya. Dan warna sebenarnya adalah kuning emas, mirip dengan kita. Tapi karena kejadian pusaran itu, dia berubah menjadi silver dan ia pun menjadi terjebak dalam lingkaran takdir tidak berujung. Sampai sekarang.""Dia tidak akan bisa memiliki reinkarnas
Read more
Chapter 29 - Her voice
Menyadari situasi yang mulai di luar kontrolnya, Gabriel berusaha melepaskan genggaman Catherine tapi anak itu malah semakin erat memegangnya. Sekuat tenaga Gabriel berusaha menahan laju n*fsu di tubuhnya. Rohnya mulai bergejolak liar saat ini. Dan di saat ia hampir saja kehilangan kontrol dirinya, tiba-tiba terdengar suara halus dari arah belakangnya. "Gabriel?"Panggilan itu membuat kepala Gabriel menoleh dan di depannya, tampaklah sosok seorang pria berambut merah dan berjubah cokelat panjang, sedang berdiri dan mulai berjalan mendekatinya dari belakang."Apollyon...?"Kepala Jesselyn meneleng, berusaha melihat siapa pun yang menarik perhatian Gabriel dengan tiba-tiba. Kedua alisnya berkerut dalam saat tidak melihat siapa pun di belakang pria muda itu. Baru saja wanita itu membuka mulutnya, saat gerakannya tiba-tiba terlihat berjalan sangat lambat. Apollyon telah mengontrol waktu yang sedang berjalan di dunia, dengan membuat dimensi lain di dalamnya.Masih menatap Apollyon, Gabri
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status