All Chapters of To The Moon and Back, Only for You: Chapter 11 - Chapter 20
84 Chapters
Chapter 10 - His longing
Selama dua minggu lebih perjalanannya ke luar negeri, adalah siksaan bagi Gabriel. Pria itu dengan sangat angkuh berusaha menepiskan rasa rindunya pada isterinya sendiri, yang malah membuatnya uring-uringan selama ia berada di kamar hotel.Ia masih dapat menyisihkan perasaannya di siang hari, ketika kesibukannya menghadiri banyak konferensi bisnis dan juga pertemuan dengan beberapa pengusaha yang cukup menyita waktunya seharian penuh. Tapi beda ceritanya dengan saat ia sudah kembali ke kamar hotelnya yang besar, luas tapi sepi. Beberapa kali pria itu merasa mengalami halusinasi ketika ia melihat ke arah tempat tidur besar yang ada di tengah ruangan. Ia seolah dapat melihat sosok isterinya yang polos, tampak terbaring seksi dengan senyuman di wajahnya.Pemandangan yang semakin lama semakin menyiksanya ini, seringkali membuat tubuh Gabriel merasakan panas dan gemetar tanpa diinginkannya. Dan untuk pertama kali dalam hidupnya, ia pun terpaksa melakukan kegiatan yang selama hidupnya sama
Read more
Chapter 11 - Final decision
Tidak sampai setengah jam kemudian, tampak pintu ruangan Gwendolyn terbuka dan Gabriel keluar dari sana. Ricard yang melihatnya hanya sekilas menangkap kalau wanita itu sedang berdiri membelakangi pintu dan bahunya terlihat tertunduk. Kedua tangannya memeluk tubuhnya sendiri dan ia tampak menangis.Menoleh pada atasannya, pria tampan itu bertanya pelan. "Apa yang terjadi padanya, Tuan Hamilton? Anda memukulnya?"Merapihkan kerah jasnya, Gabriel mendengus kasar dan menyerahkan berkas-berkas yang tadi sempat ditinggalkan asistennya di ruangan. "Kau kira aku pria yang rendah dan akan melakukan itu pada seorang wanita lemah, Ricard? Dia menangis hanya karena ketakutan kehilangan hartanya kalau Gregorio sampai menceraikan dirinya nanti. Dan dia sudah menandatangani berkas-berkas ini."Mengerjapkan kedua matanya, Ricard menerima berkas itu. "Bagaimana cara Anda-""Aku akan menceritakannya nanti. Untuk saat ini aku ingin segera kembali ke Jerman, Ricard. Semua urusan kita sudah beres kan?""
Read more
Chapter 12 - The tragedy
Keesokan harinya, dengan tidak sabar Arienne mematut dirinya di depan kaca besar lemarinya. Beberapa kali ia mengganti bajunya, karena merasa tidak ada yang pas untuk menyambut suaminya nanti.Ketika akhirnya ia memilih satu pakaian yang dirasa menggambarkan hatinya saat ini, wanita itu berputar-putar di depan kacanya dan pipinya terlihat memerah. Ia sudah memulas wajahnya dengan make-up tipis, dan menggerai rambut pirangnya yang cukup panjang.Wanita itu tersenyum lebar dan mengelus perutnya yang rata. Mengambil amplop putih dari tas tangannya, Arienne menyimpan benda itu di laci lemarinya. Ia memutuskan akan mengatakan hal ini pada suaminya, saat mereka benar-benar sudah dalam keadaaan santai. Ia tidak mau membebani Gabriel dulu, sebelum merasa yakin 100% dengan hubungan mereka berdua.Memandang kembali kamar tidurnya, matanya bersibobrok pada koper besarnya yang terletak di pojokan ruangan. Beberapa hari lalu, ia telah selesai merapihkan pakaiannya dan siap untuk membawanya pergi s
Read more
Chapter 13 - His death
"ANNEEE!?"Kedua mata hitam Gabriel membelalak terbuka. Dan dengan segera, pria itu segera menoleh ke sampingnya. Melihat tempat di sebelahnya kosong, lelaki itu kembali memalingkan mukanya dan tangan kirinya menutupi mukanya. Masih telentang, perlahan Gabriel mengusap wajahnya dan juga rambutnya. Keringat tampak membasahi tubuh berototnya yang saat ini terlihat polos.Menyender di kepala tempat tidurnya, kembali kepala pria itu menoleh ke sebelahnya dan menghela nafas berat. Sama seperti beberapa hari lalu, tempat di sampingnya kosong dan dingin. Terlihat tidak ada seorang pun yang tampak pernah tidur di sana.Perlahan, pria itu bangkit dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Di dalam sana, ia membersihkan dirinya sambil melamun dan sejenak, membiarkan air yang cukup panas menerpa kepalanya yang saat ini terasa sangat berat. Tangan kanan pria itu terlihat mer*mas kencang d*danya yang kembali terasa sakit.Beberapa menit kemudian, pria itu keluar dari kamar mandi dan mulai berpakaia
Read more
Chapter 14 - The supreme Gabriel
= Di suatu tempat. Nun jauh di atas sana ="Dia akan datang?""Ya.""Sudah ke berapa kalinya?""Hum... Entahlah. Aku tidak menghitungnya. Yang jelas, sudah lebih dari 600 tahun ini.""Enam ratus tahun!? Kau yakin?""Aku bahkan sudah bosan mengurusnya. Entah kapan ini akan berakhir."Terdengar kekehan pelan seorang wanita. "Mungkin kita harus memberitahu Tuan Michael.""Mungkin. Karena sepertinya ini adalah kesempatan terakhir bagi jiwa tersesat itu. Karena kalau tidak, jiwanya akan langsung menghilang begitu saja.""Kasihan sekali.""Ya. Sangat jarang kasus seperti ini terjadi.""Ah. Dia datang."Tampak di depan mereka berdua, sebuah bola yang melayang-layang dengan ringannya memasuki gerbang yang menjulang megah di depan mereka. Bola yang berwarna emas itu bersinar dengan cemerlangnya. Sinarnya makin lama makin membutakan, membuat keduanya tidak bisa melihat apapun sebelum akhirnya rasa silau itu perlahan menghilang.Sebagai gantinya, di depan mereka telah berdiri sosok seorang pria
Read more
Chapter 15 - A baby boy named Thunder
Situasi hari itu sangat suram. Cuaca yang mendung sejak pagi sama sekali tidak berubah, sampai akhirnya hari pun berganti malam. Hujan yang turun dari langit semakin menderas, mengancam terjadinya bencana banjir di beberapa lokasi. Suara petir yang menggelegar di angkasa dan membelah kegelapan pun, tampak meredam jeritan seseorang yang saat ini sedang berjuang untuk nyawanya."Oh! Oh, Steve...! Aku tidak kuat lagi!?"Jeritan isterinya membuat Stephen meneteskan air matanya. Setelah tadi pagi kehilangan kakaknya, pria itu harus menghadapi cobaan kalau isterinya pun akan bertaruh nyawa di hari yang sama. Lelaki itu berusaha menyisihkan rasa dukanya dan memberikan kekuatan pada isterinya melalui ciuman yang beberapa kali ia berikan pada wanita yang tengah berjuang itu. "Sedikit lagi, sayang... Sedikit lagi...""Nyonya Hamilton! Berikan dorongan terbaik Anda, Nyonya! Kepala anak Anda sudah mulai terlihat!""Kamu dengar itu, sayang? Berikan dorongan terbaikmu, Sharon! Anak itu sebentar lag
Read more
Chapter 16 - The Hamilton family
Terrence Gabriel Hamilton adalah nama Gabriel untuk bereinkarnasi yang ke-18 kalinya. Entah bagaimana caranya, tapi Michael telah mengatur agar seniornya itu selalu lahir kembali dalam keluarga Hamilton. Rekannya memilih keluarga Hamilton, karena takdir membawa keluarga ini untuk dapat tetap eksis di dunia sampai akhirnya kiamat menjemput semua mahluk yang ada di dalamnya.Keluarga Hamilton awalnya adalah keluarga petani yang tinggal di Amerika. Mereka memiliki lahan yang kemudian digarap menjadi kebun jagung yang menghasilkan. Hasil tani yang lumayan itu mulai dijual sedikit demi sedikit dan akhirnya membuat derajat keluarga Hamilton yang tadinya hanya petani miskin mulai terangkat, ketika sumber uang mereka mulai mengalir dengan derasnya. Nasib mereka itu sebenarnya mulai berubah karena campur tangan Gabriel yang bereinkarnasi pertama kali sebagai salah satu anak dari keluarga Hamilton. Dan dengan prakarsa dari Gabriel jugalah akhirnya keluarga Hamilton bermigrasi ke Jerman untuk s
Read more
Chapter 17 - The life of Gabriel
Lelaki yang patah hati itu akhirnya memeluk erat tubuh wanita yang dicintainya dan menangis tersedu-sedu. Berulang kali kata-kata maaf terucap dari bibirnya. Selama beberapa waktu, pria itu hanya memangku dan menimang-nimang tubuh mungil yang sudah tidak bernyawa di pelukannya. Rasa bersalahnya sama sekali tidak terkira pada wanita ini. Hanya karena ingin memberikan hadiah pada gadis yang dicintainya, ia telah menyebabkan gadis itu kehilangan nyawanya. Hanya karena hadiah kecil... Hanya karena sesuatu yang tidak berarti, ia telah menjadi penyebab hilangnya nyawa wanita yang baru pertama kali ini dicintainya...Kesedihannya yang besar tampak terkoneksi dengan cuaca yang sedang menggila saat ini. Dan puncaknya, Terrence pun menengadahkan kepalanya dan berteriak sangat kencang ke arah langit-langit kandang ternak itu. Bersamaan dengan teriakannya, setiap pasang mata yang sedang memandang bangunan tua itu tampak membelalak saat kilatan petir yang sangat terang menghantam kandang itu dan
Read more
Chapter 18 - Gabriel as Thunder
Dan selama beberapa bulan dalam kehidupan pertamanya, Gabriel merasakan siksaan demi siksaan pada jiwanya. Pria itu akhirnya menyadari peringatan Michael agar ia tidak bermain-main dengan yang namanya ingatan dalam bereinkarnasi.Saat ini, pria itu keluar dari raganya karena tidak tahan dengan aktivitas yang sedang dilakukan oleh sosok bayinya. Terlihat bayi yang tanpa roh itu sedang dis*sui dan ditimang-timang dalam pangkuan ibunya. Dengan muka yang memerah, Gabriel memalingkan wajahnya dan ia memutuskan untuk menunggu di luar ruangan bayi itu. Baru saja melangkah keluar menembus tembok, ia melihat sosok yang sama sekali tidak disangkanya akan pernah dijumpainya di dunia manusia. Tampak kepala yang berambut pirang itu menoleh padanya dan tersenyum riang. "Michael? Apa yang kau lakukan di sini?"Dengan semangat, Michael berjalan menghampiri dirinya. Terlihat pria itu membawa sebuah kantong kecil bersinar di salah satu tangannya. "Ada jiwa yang kabur lagi?"Terkekeh, Michael mengan
Read more
Chapter 19 - 3 years old Gabriel as Thunder
Beberapa tahun kemudian, akhirnya Gabriel memasuki usia pra-sekolah. Tampak balita itu dipersiapkan oleh orangtuanya untuk ke sekolah bermain yang sudah diikutinya hampir satu tahun ini. Stephen yang melihat Sharon sedang memakaikan kaos kaki ke anaknya, tersenyum dan mencium ubun-ubun isterinya. "Sayang, sepertinya kamu harus mulai mengajarinya untuk mandiri. Aku pernah melihatnya memasang kaos kaki dan sepatunya sendiri."Eh?Kata-kata Stephen membuat raut Gabriel sedikit memucat. Sepertinya ia kurang hati-hati."Oh? Kapan, Steve? Selama ini, Thunder sepertinya senang-senang saja kalau aku membantunya untuk berpakaian." Tampak Sharon memandang anaknya dengan ingin tahu. Wanita itu memegang kedua sepatu anaknya di salah satu tangannya dan mengacungkannya pada anak lelakinya."Kamu bisa memakai sepatu ini sendiri, Thunder?"Memandang ragu-ragu wanita itu, akhirnya Gabriel memutuskan untuk sedikit jujur dengan menganggukkan kepalanya. Meski ia bisa melakukan segala sesuatunya sendiri,
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status