All Chapters of Gairah Cinta sang Pewaris: Chapter 31 - Chapter 40
384 Chapters
Bab 31 Wanita sang Pewaris
Pernyataan Anna sukses membuat Nissa dan Risa langsung membeku di tempat. Dengan wajah tidak percaya, Nissa bertanya, “Kamu ngusir saya? Saya, Nissa Diwangkara?” Sebuah senyuman mengejek terlukis di wajah wanita itu, masih berpikir Anna kehilangan kewarasannya. “Kamu nggak gila ‘kan, Anna? Kamu tahu komentar saya bisa membuat bisnis kamu di seluruh Nusantara tutup?” Di dalam hati Anna, dia berdoa agar Nissa tutup mulut dan langsung pergi. Kalau Diwangkara bisa menutup bisnisnya di Nusantara, maka Adam Dean bisa menutup bisnisnya di seluruh dunia seumur hidup! Dengan niatan untuk membuka mata Nissa dan Risa, Anna dengan sabar menuturkan, “Bu Nissa dan Bu Risa mungkin belum tahu, tapi bapak di samping saya ini adalah Pak Adam Dean, cucu dari pendiri Grup Dean dari Capitol.” Mata Risa mengerjap beberapa kali, lalu dia menaikkan alisnya. “Lalu? Kalau dia dari Capitol, apa itu berarti kami harus tunduk padanya? Walau Capitol sangat maju, tapi Nusantara juga—” Ucapan wanita itu terhe
Read more
Bab 32 Kemampuan sang Pewaris
Risa melihat ekspresi Nissa begitu gelap, dia pun mulai takut. “Kenapa sih, Nis? Kok kamu malah jadi marah-marah sama aku gitu?” Nissa melirik Risa selama sesaat, lalu dia menghela napas. Dia tidak mengerti bagaimana istri sepupunya itu sama sekali tidak memiliki pemikiran mengenai hal semacam ini. Di Nusantara, Eden Entertainment memang hanya menguasai dunia hiburan. Akan tetapi, Grup Dean menguasai dunia bisnis secara keseluruhan karena investasi besar yang mereka keluarkan untuk perusahaan-perusahaan di berbagai bidang. Keuangan, teknologi, pembangunan, dan masih banyak lagi. Jika Adam menginginkannya, maka hanya dengan satu jentikan jari … Diwangkara bisa jatuh dan sulit bangkit kembali! Mendengar penjabaran Nissa, Risa pun terperangah. “Separah itu?” Mata besarnya mengerjap beberapa kali, seakan baru mengerti, tapi tidak bisa sepenuhnya membayangkan. Tanggapan sederhana Risa membuat Nissa mengernyit. Apa otak di kepala kecil sahabatnya itu tidak bekerja? Bukankah Risa juga ana
Read more
Bab 33 Yang Terjadi Malam Itu
“Jangan gila!” teriak Evelyn, masih berusaha mendorong Adam menjauh. Namun, wajah pria itu terus mendekat. “Jauhkan dirimu dariku!” Dia menutup mata dengan tubuh mulai bergetar, mengingat kembali hal yang hampir saja terjadi pada dirinya siang tadi. Penolakan Evelyn membuat Adam terdiam, terlebih ketika merasakan ketakutan wanita tersebut. Akhirnya, pria itu pun menjauhkan dirinya dari wanita tersebut dan menyandarkan punggung kembali pada kursi. Menyadari dirinya terbebas dari belenggu pria tersebut, Evelyn yang ketakutan dengan cepat menjauhkan dirinya dari Adam. Dia menempelkan tubuhnya dekat dengan pintu mobil sebelah kanan, mulai menimang-nimang segala hal yang bisa terjadi kalau dia melompat keluar dari mobil itu. “Jangan bertindak bodoh,” ujar Adam dengan dingin, bisa mengira-ngira apa yang ada dalam pikiran wanita itu. Manik biru pria itu tidak lagi terarah pada Evelyn, melainkan pada layar tabletnya. Sadar bahwa Adam tahu rencananya, Evely merasa sangat malu, juga hina. Da
Read more
Bab 34 Berita Kembalinya sang Mantan Pewaris
“Baj*ngan!” maki Evelyn dengan amarah meluap dari dalam dirinya. Mata wanita itu berkaca-kaca, merasa ingin menangis atas kepercayaan yang terkhianati. “Aku kira kamu bisa dipercaya, tapi ….” Dengan bekas merah menghiasi sebelah wajahnya, Adam melirik Evelyn dengan pandangan tidak percaya. Ini pertama kali ada orang selain sang ibu yang menampar dirinya. “Apa yang kamu pikir kamu—” Ucapan Adam terhenti kala melihat satu tetes air mata menuruni wajah Evelyn. Dia langsung melirik Julian. Mendapatkan kode dari sang atasan, Julian bergegas menghampiri sekretaris Adam dan berkata, “Ayo, sebaiknya kita keluar dari sini.” Sekretaris Adam tidak meluangkan waktu dan langsung menganggukkan kepala. Dia menelan ludah, tidak ingin terlibat dengan api yang sedang membara di ruangan itu. “Jangan pergi! Aku perlu saksi atas kebusukan pria ini!” geram Evelyn sembari menatap Julian dan sekretaris Adam. Intonisasi superior yang dikeluarkan Evelyn membuat Julian dan sang sekretaris entah kenapa berh
Read more
Bab 35 Dikepung
“Kok tumben Mama pulang awal, Ma?” tanya Liam yang sekarang berada dalam mobil bersama ibu dan saudarinya. “Biasanya Kak Linda yang jemput aku sama Lili.” Evelyn yang sedang menyetir mobil memaksakan sebuah senyuman. “Iya, Sayang. Kerjaan Mama selesai lebih cepat tadi,” jawabnya, sama sekali tidak berencana menceritakan kegilaan yang terjadi. Lagi pula, tidak ada dari kejadian hari itu yang pantas diceritakan kepada kedua bocah kecil tersebut. “Mama nggak berantem sama Om Adam, ‘kan?” celetuk Lili membuat senyuman Evelyn hampir menghilang karena terkejut. “Nggak kok, Sayang,” balas Evelyn. Dari semua orang, dia tidak mengerti kenapa putrinya bisa menyebutkan nama Adam. “Memang karena tugas Mama sudah selesai saja.” Dia berusaha mengalihkan topik dan bertanya, “Gimana sekolah kalian hari ini?” Beruntung Liam dan Lili tidak terlihat mencurigai apa pun, kedua bocah itu langsung sibuk menceritakan hari mereka dengan ceria. Selagi mendengarkan kedua putra-putrinya yang begitu semangat b
Read more
Bab 36 Aku Penyebabnya
“Sudah kamu pastikan tidak ada yang tahu kebenarannya?” tanya Julian yang sedang menelepon. Dia yang sekarang berada di lorong mewah rumah atasannya melirik ke arah seorang pria berpakaian militer yang sedang memperhatikan isi sebuah ruangan. “Oke. Cari juga dalang kekacauan hari ini sesegera mungkin dan berikan kabar padaku segera,” tegas pria itu sebelum akhirnya memutuskan panggilan.Setelah memasukkan ponsel ke dalam sakunya, Julian memutar tubuhnya dan melangkah mendekati pria berpakaian militer tersebut. Terlihat bahwa pria militer itu mengenakan sebuah masker, membuat siapa pun tidak mengenali parasnya dan hanya bisa melihat sepasang manik birunya yang indah.“Pak, semuanya sudah diatur sesuai perintah Bapak,” ujar Julian dengan suara rendah, tidak ingin mengganggu fokus pria tersebut. “Semua berita telah diturunkan, dan tidak ada dari mereka yang mengenali sosok Bapak,” jelasnya. “Identitas Bapak aman.”Selagi Julian sedang menjelaskan, netra biru pria berpakaian militer itu s
Read more
Bab 37 Alasan Wanita itu Pergi
“Loh, kok bisa?!” Suara melengking terdengar menggema di ruang tamu kediaman Diwangkara. Amarah dan ketidakrelaan menyelimuti nada bicaranya selagi wanita berpakaian anggun itu melanjutkan, “Aku dengan sengaja membayar kalian untuk semua berita itu, dan kalian malah menurunkan beritanya. Nggak cuma itu, kalian juga gagal memojokkan Evelyn serta mendapatkan berita berguna lainnya?!” Mata wanita itu melotot seiring dirinya memaki, “Bodoh! Saya nggak mau tahu, pokoknya kalian harus lakuin sesuai perintah saya!” Mungkin kesal dengan betapa keras kepala lawan bicaranya itu, pihak di ujung telepon yang lain langsung membalas, “Maaf, Bu Nissa. Ini sudah di luar kekuatan saya. Semua uang yang telah Ibu berikan untuk hal ini telah saya transfer kembali.” Suara parau pria paruh baya itu menambahkan, “Lawan kali ini terlalu besar untuk saya sentuh. Selamat siang dan terima kasih.” Tanpa menunggu Nissa mengatakan apa pun, pria petinggi perusahaan berita itu mematikan telepon. Hal tersebut memb
Read more
Bab 38 Aku akan Bertanggung Jawab
“Ya, dan itulah alasan seorang Evelyn Erlangga muncul dari udara kosong di Calpa delapan tahun yang lalu,” tutur Evelyn mengakhiri ceritanya dengan sebuah senyuman pahit menghiasi wajah. Sebelumnya Evelyn hanya menceritakan bagaimana dirinya diusir oleh sang ayah akibat kehamilannya. Akan tetapi, sekarang dia melengkapi cerita itu dengan kenyataan bahwa dirinya dijebak oleh adik kandungnya sendiri. Sekarang, Evelyn tidak lagi memiliki hal untuk disembunyikan, semua telah dia utarakan kepada Adam. Di sisi lain, Adam yang telah selesai membungkus luka Evelyn terlihat tengah terduduk di pinggir tempat tidurnya. Dia menatap wanita itu dengan ekspresi serius. Jujur saja, Adam telah mendengar banyak cerita mengenai perebutan takhta para pewaris, bahkan terlibat di dalamnya. Namun, ini kali pertama dia mendengar secara langsung pertengkaran saudari akibat seorang pria. ‘Layakkah?’ batin Adam dalam hatinya. Sadar bahwa dirinya telah berbicara terlalu banyak, Evelyn menarik napas dan tertaw
Read more
Bab 39 Wanitaku
“Sesuai pernyataan Bu Evelyn, kamar 1001 memang dipesan atas nama adiknya, Risa Aditama,” Julian berkata di hadapan meja kerja Adam, mengubah panggilannya terhadap Evelyn dengan sengaja karena wanita itu jauh lebih penting dibandingkan yang dia kira. Mata pria itu masih terlihat mengantuk, efek dari menghabiskan sejumlah malam untuk mencari informasi yang atasannya itu inginkan. Dari laporan yang Julian dapatkan, yang mana salah satunya adalah rekaman pengakuan manajer hotel tempat Adam dan Evelyn bermalam delapan tahun lalu, terbukti bahwa cerita wanita itu kepada Adam bukanlah sebuah kebohongan. Evelyn memang seharusnya bermalam di kamar 1001, tapi entah bagaimana caranya berujung masuk ke kamar Adam. Selain itu, alasan Julian tidak mampu menemukan bukti atau rekaman CCTV apa pun ... adalah karena Reyhan, sang kepala Keluarga Aditama, memerintahkan manajer hotel untuk menyingkirkan rekaman CCTV dari jam sembilan malam sampai jam tujuh pagi di hari berikutnya. Sebelumnya, Julian tid
Read more
Bab 40 Buah Bibir
“Sore, Bu Evelyn,” sapa seorang pelayan dengan sebuah senyum semringah, merasa matanya diberkahi melihat seseorang yang begitu rupawan seperti Evelyn menghiasi pemandangannya. Bukan sekadar rupawan yang membuat pelayan itu menyukai Evelyn, tapi lebih kepada senyuman indah yang diberikan wanita tersebut, jauh berbeda dari sang majikan yang selalu memasang wajah dingin mengerikan. “Teh jasmine? Hari ini cukup dingin karena hujan,” kata pelayan tersebut sembari menyuguhkan secangkir teh hangat. Sembari menyandarkan diri pada meja dapur, Evelyn membalas, “Terima kasih, Nila.” Manik hitamnya melirik ke kanan dan ke kiri. “Pak Aldi ke mana?” Wanita itu meneguk teh yang disediakan, mencari-cari keberadaan kepala pelayan kediaman Adam di Nusantara itu. Dengan lincah mempersiapkan bahan makanan untuk makan malam, Nila menjawab, “Pak Aldi pergi untuk ikut menjemput Liam dan Lili, Bu.” Mendengar hal itu, senyuman Evelyn sedikit membuyar. Sudah beberapa hari sejak dirinya datang dan tinggal di
Read more
PREV
123456
...
39
DMCA.com Protection Status