Semua Bab ISTRIKU DISIKSA SAMPAI GILA: Bab 41 - Bab 50
61 Bab
Rencana
Setelah menunggu beberapa menit wanita paruh baya itu kembali dengan sepiring nasi penuh."Ayo Pak, dibuka pagarnya." Satpam itu langsung melakukan titah sang bos tanpa menunggu lagi."Sini masuk dan duduk di pos," ajak wanita paruh baya itu lagi.Aku cepat-cepat masuk, tak akan kusia-sia kan kesempatan emas ini, tentunya karena perutku sudah meraung-raung juga sejak tadi."Makan ya, habiskan," ucapnya lagi dengan wajah penuh rasa iba.Hap hap hap. Secepat kilat kumakan nasi dan ikan mas goreng serta tumis sayuran yang sangat lezat di lidah itu."Pelan pelan aja Mbak, kalau masih lapar nanti saya kasih lagi," ucapnya lagi.Aku memelankan pekerjaanku. Sambil melahap sepiring nasi itu dengan pelan, otakku mulai bekerja."Tampaknya wanita ini baik sekali dan mudah tersentuh hatinya, kalau aku manfaatkan saja bagaimana? Aku akan terus berpura-pura jadi orang gila agar mendapatkan simpatinya, hmm mungkin itu akan sangat menguntungkanku."Aku manggut-manggut sendiri sambil terus memikirkan
Baca selengkapnya
Penangkapan
"Ada orang gilaaa!."Anak-anak yang ada di dalam ruangan itu berhambur ricuh namun ada juga yang tampak senang melihatku ada di sana.Aku yang terkejut segera mengamankan diri ke pojok kelas belakang pintu. "Orang gila orang gila orang gila." Semua anak kemudian bernyanyi sambil bertepuk tangan dan tertawa.Beberapa di antara mereka bahkan tak segan sambil menjahiliku dengan lidi yang mereka ambil dari ikatannya."Heh kerjain yuk dia perusuh."Bugh bugh bugh. Kemudian spidol, penghapus dan buku-buku paket melayang ke arahku."Hentikan anak-anak nakal!" teriakku.Aku pun berlari ke dekat papan tulis, niat hati ingin mengamankan diri namun anak-anak itu makin menjadi.Wajahku malah dicoret-coretnya menggunakan spidol."Nih rasain kamu orang gila hahaha.""Argh hentika ... n!" Aku berteriak kencang.Namun percuma, karena teriakanku tak kunjung membuat mereka takut atau berhenti menjahiliku."Anak-anak nakal! Kumakan kalian hidup-hidup!""Orang gila orang gila orang gila hahaha." Tawa me
Baca selengkapnya
Menyesal
"Bangun! Ayo bangun." Suara seseorang menggema di telingaku. Aku terpaksa membuka mata.Rasa perih dan panas di kaki langsung menyerangku tanpa ampun."Bangun!" ucapnya lagi dengan suara lugas.Sontak aku duduk terkejut, "p-p-polisi?" Mulutku tergagap, ingin lari namun kakiku ternyata sudah ditembak."Sudah sehat?"Aku menggeleng cepat, "ampun Pak, saya masih jadi pasien rumah sakit umum, saya habis operasi pengangkatan bayi." Aku beralasan meski dengan suara yang tercekat di tenggorokan."Alasan saja kau, sudah ayo ikut bersama kami ke sel. "Aku terperangah. Keringat dingin tiba-tiba basah di tubuhku.Apa ini? Apa ini artinya aku akan benar-benar dipenjara sekarang juga?"Mohon kooperatif, jangan kabur lagi karena kami sudah melumpuhkan kaki Anda," tegas seorang polisi lagi."Enggak Pak, saya mohon jangan tangkap saya, Pak. Say-"Kedua orang polisi itu tak menghiraukan. Mereka dengan paksa memasangkan borgol di tanganku. Setelahnya aku digiring masuk ke dalam sel tahanan."Pak! Pa
Baca selengkapnya
Hasil Tes DNA
Pov Sandi."Hahahaha ternyata mudah juga bohongi mereka. Mampus kau Sandi mampus." Aku mendengar suara Kak Tuti tengah tertawa di ruangan tempat ia dirawat. Tanpa berpikir lagi aku segera mengintip dari kaca pintu.Benar, ternyata Kak Tuti tengah dengan puas menertawakanku di dalam."Kurang ajar! Jadi rupanya dia tidak gila? Dan betina itu telah membohongiku begitu? Oke, kita lihat siapa yang lebih pintar."Dengan amarah meluap-luap, aku bergegas menemui Bu Wendah dan menceritakan semua yang kudengar barusan."Keterlaluan, kalau begitu kamu memang harus segera seret dia ke dalam penjara San," kata Bu Wendah sama kesalnya.Dari sana segera aku meluncur ke kantor polisi dan menyuruh para petugas melakukan penangkapan ke rumah sakit tempat Kak Tuti sedang dirawat.Kak Tuti yang tengah tidur pulas saat itu bahkan sampai melonjak kaget tatkala ia bangun.Aku hanya melihat dari luar, kubiarkan para petugas kepolisian melakukan tugasnya. Meskipun menangkap Kak Tuti ternyata benar-benar tida
Baca selengkapnya
Bunuh Diri
"Tapi kalau boleh saya meminta ... tolong jangan larang Lusi untuk tetap menjadi anak saya Bu, saya sudah sangat menyayangi dan mencintai Lusi seperti anak sendiri," ucap Ibu mertua sambil meraih pipi Lusi.Bu Wendah tersenyum tipis."Ibu tenang saja, saya bukan tipe orang yang seperti itu. Lagipula ... Lusi sudah menikah, dia pasti paham bagaimana harus memperlakukan kedua ibunya."Lusi spontan memeluk Bu Wendah dan ibu mertua.***Esok hari.Ponselku berdering pagi-pagi."Hallo apa benar ini keluarganya Bu Lastuti?" tanya seorang wanita di jauh sana."Ya benar! Kenapa?""Pak, Bu Lastuti semalam dilarikan ke rumah sakit karena percobaan bunuh diri dan sekarang pasien sudah meninggal dunia akibat menenggak cairan pembersih di kamar mandi.""Apa?!" Pikiranku langsung bercabang saat seseorang yang kuyakini ia adalah seorang perawat mengabari soal keadaan Kak Tuti."Ya benar Pak, dimohon anggota keluarganya sekarang juga ada yang ke rumah sakit untuk pengurusan jenazah."Tanpa bicara lag
Baca selengkapnya
Orang Misterius
Seminggu setelah aku tahu Lusi hamil, aku jadi sering berangkat kerja lebih cepat agar aku juga bisa pulang lebih awal.Apalagi kasihan Lusi, dia mulai ngidam dan sering mual-mual. Meski ini bukan kehamilan pertamanya tapi aku tahu kehamilan itu sama beratnya.Lebih-lebih hamil yang sekarang ini Lusi jadi sering bertingkah yang membuatku geleng-geleng kepala.Misalnya saat akan tidur, dia harus membayangkan sapi-sapi berderet panjang dari ujung lapang bingga ujung lapang, setelah itu Lusi akan membayangkan dirinya jadi petani susu perah, dan akan memerah susu sapi itu sampai ia merasa lelah sendiri dalam bayangannya, setelah itu barulah Lusi akan tidur dengan sendirinya. Kalau tidak begitu, yaa dia akan kesulitan tidur. Agak-agak absurd memang, ingin ketawa juga tapi kubiarkan saja, namanya juga orang hamil, ya pasti aneh-aneh."Abaaang!" Aku spontan bangkit dari kasur saat kudengar suara teriakan Lusi di luar rumah."Lus, ada apa?" tanyaku cepat sambil setengah berlari ke arahnya."
Baca selengkapnya
Lusi Hilang Lagi
"Setuju," sahut Lusi di belakang jok."Tumben, biasanya kamu males mampir-mampir, Dar," ucapku pada Dara."Kali-kali.""Ya udah bentar, Om harus telepon dulu mama mertuanya kali aja dia gak ada di rumah," balasku sambil mulai mengusap layar ponsel."Halo Ma, ada di rumah gak, Ma?""Ada San, ini 'kan hari libur, kenapa?""Sandi mau main sama Lusi, ada Dara juga.""Iya iya main sini San, Mama tunggu ya, hati-hati bawa Lusinya." Mama mertua mewanti-wanti."Siap!"Motor akhirnya berputar ke arah jalan menuju rumah mama mertua.Sampai di sana Dara cepat berhambur turun mengikuti kami."Ini si Dara tumben mau mampir, kami baru pulang dari rumah sakit, Ma," ucapku basa-basi."Gak apa-apa, eh ngomong-ngomong dari rumah sakit habis apa? Periksa kehamilan?" Aku melirik ke arah Lusi, ia berpaling kesal lalu membenamkan wajahnya pada bahu mama mertua."Masa Lusi habis dibawa ke psikiater lagi Ma, kesel, dikira Lusi ini masih gila apa," sahut Lusi.Mama mertua tersenyum lebar."Gak apa-apa, perik
Baca selengkapnya
Mencari
Alih-alih menjawab, Dara hanya tersenyum sekenanya dan meneruskan langkah bersamaku.Sampai di rumah Pak RT kami langsung menceritakan semua kejadiannya."Baik, kami akan bantu cari istri Bapak, saya akan kerahkan semua warga."Aku mengangguk, lalu pamit kembali pulang. Di teras sudah ada ibu dan papa mertua."Sandi, gimana? Kok bisa Lusi hilang lagi? Kemarin hilang, sekarang masa hilang lagi?" cecar Ibu."Enggak tahu Bu, Sandi juga bingung ini, sejak Lusi sering lihat orang misterius itu dia jadi begini.""Apa mungkin istrimu itu depresi lagi San?" "Gak Bu, tadi siang Lusi sudah saya periksa ke dokter, tapi hasilnya baik dan normal kok."Ibu mertua makin terlihat panik, berkali-kali bapak mertua juga memeriksa sekitar rumah."Nanti ini pohon-pohon yang agak gede ditebang aja San, biar gak terlalu gelap di pekarangan," kata Bapak mertua, aku mengangguk paham."Udah Ibu tenang aja, Pak RT juga bentar lagi bakal ngerahin semua warga kok, semoga Lusi cuma lagi pergi sebentar." Aku beru
Baca selengkapnya
Mencuri
"Oh ya kamu kehilangan apa?" Ibu mertua bertanya lagi."Lusi, Ma," jawabku lesu."Apa?! Kamu bilang Lusi? Lusi hilang gitu?"Aku mengangguk. Mama mertua mengeratkan giginya."Apa maksud kamu Sandi? Kok bisa Lusi hilang, hah?!" tanya Mama mertua lagi, beliau mulai terlihat tak santai."Itu lah Ma, Sandi juga bingung, tadi sekitar waktu isya Sandi keluar sama Lula, tapi pas sampai rumah lagi ternyata rumah udah berantakan dan Lusi gak ada di rumah, Ma."Mama mertua terbelalak. Beliau memegangi dadanya yang tampak sesak."Kamu ini emang bener-bener ceroboh ya sandi! Mama 'kan udah bilang tolong jagain Lusi baik-baik, kenapa kamu malah tinggalin dia sendiri? Kamu tahu 'kan kejadian ini bukan kejadian pertama kalinya? Bisa saja ada orang jahat yang bawa dia.""Memang ada, Ma," balasku lagi."Memang ada katamu? Kamu ini bener-bener keterlaluan ya Sandi, sudah tahu istrimu sering cerita ada orang misterius, tapi kamu malah lengah begini, kamu tahu 'kan dia lagi hamil? Dan dia belum sepenuhny
Baca selengkapnya
Pertikaian
"Enggak mau Pa, Dara gak mau!""Ayo ikut Papa! Setelah mamamu dipenjarakan kau harus bertanggung jawab atas hidup Papa, kau harus menemani Papa dan nyari duit yang banyak!" Mataku menyipit, cepat kutarik tangan sebelah Dara."Dara gak akan pergi kemana-mana, dia akan tetap di sini, Mas!" tegasku."Oh jadi kau mau maksa Sandi? Baik ... baik kalau gitu, kalau kau gak mau serahin anak ini berarti istrimu yang akan jadi gantinya."Aku terbalak, mama dan bapak mertua ikot melotot mendengar ucapan Mas Yono."Apa Anda bilang? Lusi? Jangan-jangan Anda tahu di mana keberadaan anak saya, hah?" cecar Mama mertua cepat.Mas Yono tersenyum miring lagi, "ya, tentu saja, tentu saya tahu di mana istrinya si Sandi itu sekarang."Mendengar itu spontan saja aku berontak, "dasar keparat, di mana kau sembunyikan istriku?!" "Wuiissshh tenanglah Sandi, istrimu aman di tempatku," katanya setengah sadar sebab masih terkena perngaruh alkohol."Jadi bener kamu yang sudah menculik istriku, hah?" Aku semakin em
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status