Seminggu setelah aku tahu Lusi hamil, aku jadi sering berangkat kerja lebih cepat agar aku juga bisa pulang lebih awal.Apalagi kasihan Lusi, dia mulai ngidam dan sering mual-mual. Meski ini bukan kehamilan pertamanya tapi aku tahu kehamilan itu sama beratnya.Lebih-lebih hamil yang sekarang ini Lusi jadi sering bertingkah yang membuatku geleng-geleng kepala.Misalnya saat akan tidur, dia harus membayangkan sapi-sapi berderet panjang dari ujung lapang bingga ujung lapang, setelah itu Lusi akan membayangkan dirinya jadi petani susu perah, dan akan memerah susu sapi itu sampai ia merasa lelah sendiri dalam bayangannya, setelah itu barulah Lusi akan tidur dengan sendirinya. Kalau tidak begitu, yaa dia akan kesulitan tidur. Agak-agak absurd memang, ingin ketawa juga tapi kubiarkan saja, namanya juga orang hamil, ya pasti aneh-aneh."Abaaang!" Aku spontan bangkit dari kasur saat kudengar suara teriakan Lusi di luar rumah."Lus, ada apa?" tanyaku cepat sambil setengah berlari ke arahnya."
"Setuju," sahut Lusi di belakang jok."Tumben, biasanya kamu males mampir-mampir, Dar," ucapku pada Dara."Kali-kali.""Ya udah bentar, Om harus telepon dulu mama mertuanya kali aja dia gak ada di rumah," balasku sambil mulai mengusap layar ponsel."Halo Ma, ada di rumah gak, Ma?""Ada San, ini 'kan hari libur, kenapa?""Sandi mau main sama Lusi, ada Dara juga.""Iya iya main sini San, Mama tunggu ya, hati-hati bawa Lusinya." Mama mertua mewanti-wanti."Siap!"Motor akhirnya berputar ke arah jalan menuju rumah mama mertua.Sampai di sana Dara cepat berhambur turun mengikuti kami."Ini si Dara tumben mau mampir, kami baru pulang dari rumah sakit, Ma," ucapku basa-basi."Gak apa-apa, eh ngomong-ngomong dari rumah sakit habis apa? Periksa kehamilan?" Aku melirik ke arah Lusi, ia berpaling kesal lalu membenamkan wajahnya pada bahu mama mertua."Masa Lusi habis dibawa ke psikiater lagi Ma, kesel, dikira Lusi ini masih gila apa," sahut Lusi.Mama mertua tersenyum lebar."Gak apa-apa, perik
Alih-alih menjawab, Dara hanya tersenyum sekenanya dan meneruskan langkah bersamaku.Sampai di rumah Pak RT kami langsung menceritakan semua kejadiannya."Baik, kami akan bantu cari istri Bapak, saya akan kerahkan semua warga."Aku mengangguk, lalu pamit kembali pulang. Di teras sudah ada ibu dan papa mertua."Sandi, gimana? Kok bisa Lusi hilang lagi? Kemarin hilang, sekarang masa hilang lagi?" cecar Ibu."Enggak tahu Bu, Sandi juga bingung ini, sejak Lusi sering lihat orang misterius itu dia jadi begini.""Apa mungkin istrimu itu depresi lagi San?" "Gak Bu, tadi siang Lusi sudah saya periksa ke dokter, tapi hasilnya baik dan normal kok."Ibu mertua makin terlihat panik, berkali-kali bapak mertua juga memeriksa sekitar rumah."Nanti ini pohon-pohon yang agak gede ditebang aja San, biar gak terlalu gelap di pekarangan," kata Bapak mertua, aku mengangguk paham."Udah Ibu tenang aja, Pak RT juga bentar lagi bakal ngerahin semua warga kok, semoga Lusi cuma lagi pergi sebentar." Aku beru
"Oh ya kamu kehilangan apa?" Ibu mertua bertanya lagi."Lusi, Ma," jawabku lesu."Apa?! Kamu bilang Lusi? Lusi hilang gitu?"Aku mengangguk. Mama mertua mengeratkan giginya."Apa maksud kamu Sandi? Kok bisa Lusi hilang, hah?!" tanya Mama mertua lagi, beliau mulai terlihat tak santai."Itu lah Ma, Sandi juga bingung, tadi sekitar waktu isya Sandi keluar sama Lula, tapi pas sampai rumah lagi ternyata rumah udah berantakan dan Lusi gak ada di rumah, Ma."Mama mertua terbelalak. Beliau memegangi dadanya yang tampak sesak."Kamu ini emang bener-bener ceroboh ya sandi! Mama 'kan udah bilang tolong jagain Lusi baik-baik, kenapa kamu malah tinggalin dia sendiri? Kamu tahu 'kan kejadian ini bukan kejadian pertama kalinya? Bisa saja ada orang jahat yang bawa dia.""Memang ada, Ma," balasku lagi."Memang ada katamu? Kamu ini bener-bener keterlaluan ya Sandi, sudah tahu istrimu sering cerita ada orang misterius, tapi kamu malah lengah begini, kamu tahu 'kan dia lagi hamil? Dan dia belum sepenuhny
"Enggak mau Pa, Dara gak mau!""Ayo ikut Papa! Setelah mamamu dipenjarakan kau harus bertanggung jawab atas hidup Papa, kau harus menemani Papa dan nyari duit yang banyak!" Mataku menyipit, cepat kutarik tangan sebelah Dara."Dara gak akan pergi kemana-mana, dia akan tetap di sini, Mas!" tegasku."Oh jadi kau mau maksa Sandi? Baik ... baik kalau gitu, kalau kau gak mau serahin anak ini berarti istrimu yang akan jadi gantinya."Aku terbalak, mama dan bapak mertua ikot melotot mendengar ucapan Mas Yono."Apa Anda bilang? Lusi? Jangan-jangan Anda tahu di mana keberadaan anak saya, hah?" cecar Mama mertua cepat.Mas Yono tersenyum miring lagi, "ya, tentu saja, tentu saya tahu di mana istrinya si Sandi itu sekarang."Mendengar itu spontan saja aku berontak, "dasar keparat, di mana kau sembunyikan istriku?!" "Wuiissshh tenanglah Sandi, istrimu aman di tempatku," katanya setengah sadar sebab masih terkena perngaruh alkohol."Jadi bener kamu yang sudah menculik istriku, hah?" Aku semakin em
"Kenapa, Nak? Cerita saja, kemarin kamu apa?" cecar Mama mertua."Kemarin Dara mencuri di rumah Ibu."Astagfirullah. Aku tersentak kaget. Pun dengan mama mertua yang mendadak melepaskan tangannya dari bahu Dara."Apa katamu, Nak? Jadi bener kamu yang nyuri perhiasan Ibu?"Dara mengangguk, "maafin Dara Bu, Dara bingung kemarin, papa ngancem terus mau sakiti Tante Lusi kalau Dara gak bisa kasih dia uang, Dara pikir setelah itu papa akan mengantarkan Tante Lusi pulang, tapi malah kelakuannya itu makin menjadi saja, Dara makin diperas dan dimanfaatkan, itulah kenapa hari ini Dara nyuri lagi di sebuah agen beras sampai ketahuan pemiliknya," tutur Dara tanpa jeda.Aku menarik napas dalam."Sudah Nak, gak apa-apa, Ibu gak nyalahin kamu kok, tapi lain kali harusnya kamu bilang sama kami apalagi kalau menyangkut Tantemu, Tante Lusi ini bukan hanya sekedar tanggung jawab kamu, tapi tanggung jawa kita semua, lebih-lebih suaminya." Mama mertua memutar bola matanya tajam ke arahku.Aku kembali me
"Gawat! Terus gimana ini, Pak?""Kita sembunyi dulu di sini."Aku dan Bapak pun terpaksa diam di dapur Mas Yono yang gelap itu sampai situasinya aman."Ho ho hooww betapa senangnya punya banyak duit begini, setelah si tua bangka itu berhasil mengencani Dara aku akan diberi lagi duit lebih banyak dan duitku tambah akan terus bertambah dan bertambah banyak hahaha."Kudengar Mas Yono menggelak tawa setengah sadar. Sepertinya orang itu baru selesai minum alkohol lagi."Pak kita gak punya banyak waktu, kita harus cepat-cepat menyelamatkan Dara atau Dara akan hancur di tangan pria hidung belang itu," bisikku kemudian."Betul San, karena Lusi juga gak ada di sini lebih baik kita fokus saja dulu menyelamatkan Dara."Setelah semua aman dan Mas Yono terdengar mendengkur keras, kamipun cepat-cepat meloloskan diri.Untunglah kami berhasil meskipun gemetar bukan main saat kami meloncat dari pagar rumah Mas Yono.Sampai di tempat yang agak jauh dari rumah Masn Yono, aku menelpon mama mertua."Halo M
"Kak Sandi tolong di dalam ada Mas Yono ngamuk-ngamuk."Aku terperangah, cepat aku melangkah masuk menghentikan papanya Dara yang sedang kesetanan mengobrak-abrik isi rumahku.Sementara Dara kusuruh menunggu bersama Lula di luar."Mas Yono! Hentikan!" Aku berteriak kencang.Ia menoleh tajam dengan bola mata yang memerah."Oh baguslah kau sudah datang Sandi, ayo berikan, mana anakku?" katanya tanpa basa-basi.Mataku sontak menyipit."Ayo! Mana Dara? Di mana anakku itu, hah?!""Mas Yono insyaf! Dara itu anakmu, bapak macam apa kau ini? Tega-teganya menjual anak sendiri hanya untuk kesenangan sendiri!!" semburku kemudian.Mas Yono tersenyum miring, "tutup mulutmu Sandi! Kalau bukan karena ulahmu menjebloskan ibunya ke dalam penjara aku pun tak akan melakukan ini!!""Kak Noni memang pantas dipenjara Mas, dia sudah terlibat dalam kasus penganiayaaan! Dan Mas Yono pun akan mendekam dalam penjara kalau Mas Yono gak segera memberitahu di mana Lusi sekarang!" tegasku seraya bertelunjuk jari.Ma