Tanganku bergerak menggenggam erat tangan Lois sambil menatapnya selekat ini di tepi kolam renang. “Sebelum nikah sama kamu, apa aku ini anak seorang konglomerat dengan harta bergelimang?” Kemudian kepalaku menggeleng pelan tanpa memutus pandangan kami. “Aku cuma seorang perempuan biasa yang hidup sederhana, Lois.” “Aku tahu. Tapi … setelah kenyamanan yang kuberikan beberapa bulan di rumah, apa kamu nggak masalah kalau nantinya kita hanya hidup sederhana, Ly?” Lalu aku memeluk tubuh Lois. Merasakan tubuhnya yang sedikit dingin selepas kami berenang bersama. “Aku mencintaimu. Kamu, Lois. Bukan hartamu. Kita bisa cari uang bareng-bareng. Aku yakin, Tuhan akan mencukupkan kebutuhan kita kalau mau berusaha.” “Mau kamu Lois si seniman recehan, mau kamu Lubis si pewaris keluarga Hartadi, intinya sama, aku nggak minta hartamu dari keluargamu. Cukup kamu cuma jadiin aku satu-satunya istrimu dan kita hadapi kerasnya dunia ini bersama-sama.” Kurasakan kedua telapak tangan Lois memelukku
Read more