All Chapters of Tante Retno, I Love You : Chapter 61 - Chapter 70

Setelah mereka selesai makan malam, Retno memilih untuk mencuci piring dan gelas. Sedangkan Rio bertugas untuk membersihkan meja serta menyapu agar pasukan semut tidak menyerbu kamarnya malam ini."Sayang?" Panggil Rio sambil dirinya menyapu."Apa?""Kalo kamu nikah sama aku, sepertinya kamu harus terbiasa hidup sederhana seperti ini. Karena sepertinya kalo dilihat dari gaji aku saat ini, aku belum bisa membayar asisten rumah tangga.""Kamu enggak usah takut, Ri. Aku bukan perempuan yang mengandalkan pasangan untuk memenuhi kebutuhan pribadi aku. Aku akan bantu kamu bekerja. Dengan begitu kita tidak akan kekurangan.""Aku harap kamu simpan semua uang kamu. Itu

Mengingat waktu sudah cukup malam, Retno segera memilih pamit kepada Reynaldi."Mas, aku mau pulang dulu ya?""Kamu nginap di mana, Ret?""Di rumah teman aku," jawab Retno yang tidak ingin berbohong namun ia tahu bahwa kali ini dirinya tidak bisa terlalu jujur kepada Reynaldi. Bisa-bisa Reynaldi akan menempelkan cap laki-laki asshole kepada Rio karena dirinya tinggal bersama sebelum mereka menikah. Ya, walau hanya dua malam, tapi pasti Reynaldi tahu tentang kelakuan mereka tanpa harus bertanya hingga mendetail."Di kost Rio ya?"Retno hanya tersenyum saat Reynaldi membuka pintu ruang kerjanya. Sepertinya ia tidak bisa berbohong kepada kakaknya ini.

Setelah dua malam ini dirinya terus menerus digempur oleh Rio, rasanya Retno ingin tidur di atas ranjang ini selama seharian. Tapi ia tidak bisa melakukan itu. Terlebih sekarang Rio sudah mengoceh tiada henti sambil mem-packing barang-barang miliknya."Sayang, ayo buruan kamu bangun. Ini sudah siang. Kita masih harus ke bandara. Jangan sampai kita ketinggalan pesawat siang nanti.""Sekarang jam berapa, Ri?" Tanya Retno dengan suara khas orang bangun tidur."Jam tujuh lebih. Ayo, buruan kamu bangun."Retno tahu bahwa pesawatnya akan lepas landas pukul satu siang. Karena itu ia memilih memeluk guling yang ada di dekatnya ini lebih erat. Mungkin tidur satu jam lagi akan membuatnya bangun lebih fresh.

Sejak mereka menaiki tangga hingga akhirnya sampai di depan kamar Akiko, Retno memilih memperhatikan Rio yang lebih banyak diam. Retno merasa ada yang tidak beres dengan semua yang terjadi saat ini."Kamu kenapa kayanya kesal banget begitu mukanya?" Tanya Retno saat Rio baru saja membuka kamar adik perempuannya itu."Enggak pa-pa, Sayang. Cuma capek perjalanan aja."Retno menghela napas dan ia mendekat ke arah Rio. Saat sudah sampai di hadapan Rio, ia tatap pacarnya itu lekat-lekat. Retno mencoba membaca kegundahan hati Rio saat ini."Ini pasti tentang Bunda kamu, iya 'kan?"Rio mengangkat kedua alisnya ke atas. Ia cukup terkejut karena Retno bisa membaca pikirannya."Dari mana kamu tahu, Sayang?""Karena sebelum kamu masuk ke dalam ruang keluarga, ekspresi wajah kamu enggak seperti ini. Ini sangat jauh berbeda. Karena saat kita tadi bersama dengan Ayah kamu, kamu terlihat baik-baik saja, sekarang wajah kamu seperti orang yang sedang menyimpan amarah."Mungkin tidak ada salahnya untuk

"Umur lo udah sepuluh tahun lebih. Udah berapa kali lo dikembangbiakkan sama Bunda?" Oceh Rio kepada sebuah pohon anggrek yang ada di halaman depan rumah. Anggrek bulan warna hitam ini adalah salah satu anggrek langka yang cukup membaut pundi-pundi uang keluarganya bertambah.Tentu saja ada alasan kenapa Elina memilih menaruhnya di depan rumah. Hampir semua tanaman di halaman depan rumah orangtua Rio adalah tanaman anggrek, kantung Semar, kaktus dan beberapa macam bonsai milik sang Bunda. Ini semua sengaja dipilih yang paling bagus agar orang bisa melihatnya. Jika tertarik orang pasti akan bertanya di mana Elina membelinya? Dengan begitu Elina akan langsung menawarkan produk pengembangan tanaman hiasnya. Memang Elina tidak melakukannya di tempat ini. Ia memiliki tanah yang tidak jauh dari lokasi rumahnya yang khusus ia gunakan untuk mengembangkan bisnis tanaman hiasnya ini.Retno yang berdiri di dekat pintu depan dan melihat pacarnya itu sedang berbicara sendiri hanya bisa tersenyum.