Lahat ng Kabanata ng Tante Retno, I Love You : Kabanata 71 - Kabanata 80

Rio bangun dari tidurnya dan ia terkejut ketika membuka pintu kamar Retno. Saat tidak melihat Retno ada di dalam kamar, Rio segera mencarinya di kamar mandi. Ternyata di dalam kamar mandi pun kosong. Cepat-cepat Rio turun ke bawah. Saat sampai di dapur, Rio justru bertemu dengan Ayahnya yang sedang membuat kopi."Yah, lihat Retno enggak?""Lagi diajak Bunda ke pasar tadi."Satu detik ...Dua detik...Tiga detik....Rio terdiam dengan mulut sedikit terbuka. Retno pergi bersama Bundanya? Kenapa mendengar hal ini yang ada dirinya justru merasa was-was. Rio takut bundanya akan mengatakan hal-hal yang membuat Retno sakit hati dan insecure.Ari yang melihat Rio diam saja dan justru mematung di dekat kulkas segera memberikan wejangan kepada anak sulungnya ini."Tenang saja, Ri. Bundamu enggak akan memakan Retno hidup-hidup."Rio menghela napas panjang dan ia gelengkan kepalanya. Walau ingin hatinya berpikir positif seperti itu, namun yang ada sulit sekali untuk dilakukan."Maunya aku percaya

Kali ini sarapan yang seharusnya menjadi suasana yang menyenangkan dan hangat berubah menjadi suasana yang cukup dingin. Retno menjadi bingung harus bersikap seperti apa karena Rio memilih diam setiap kali Elina bertanya kepadanya. Mulai dari masakan bunda enak atau tidak? Bangun jam berapa? Apa rencana kamu hari ini? Dan masih banyak lagi. Sepertinya Rio benar-benar tidak mau berbasa-basi dengan sang Bunda karena rasa kekecewaannya yang ia rasakan di hatinya.Hingga acara sarapan pagi ini selesai, Retno memilih membawa piring kotor serta sisa makanan ke dapur. Sedangkan Rio tetap memilih untuk duduk di ruang makan bersama Elina dan Ari. Retno yang baru saja selesai melakukan pekerjaannya ini, memilih diam di dekat dapur sambil mengamati apa yang terjadi di ruang makan. Sepertinya suasana sedang memanas dan tidak baik-baik saja.

"Akhirnya kita sampai di kost," kata Rio lalu ia merebahkan tubuhnya di atas Ra Jang empuk yang ada di kamarnya.Retno yang melihat itu langsung menggelengkan kepalanya."Sekarang bangun terus bersih-bersih dulu, Ri. Kita enggak tahu kuman apa aja yang nempel selama perjalanan tadi."Mendengar kata-kata Retno, Rio langsung bangun dari posisi tidurnya. Kini ia memperhatikan Retno yang sedang mengambil baju kemudian masuk ke kamar mandi. Melihat ini semua mau tidak mau Rio juga berdiri dan memilih membuka pakaiannya. Setelah tak ada sehelai benangpun yang menempel pada tubuhnya, ia memilih melangkahkan kakinya menuju ke arah kamar mandi.Ceklek....Rio t

"Sayang, kamu yakin nanti enggak mau aku antar?""Enggak usah. Kamu berangkat ke kantor aja. Aku bisa berangkat sendiri ke bandara nanti."Dengan berat hati akhirnya Rio menganggukkan kepalanya dan ia segera melangkahkan kakinya menuju ke arah pintu keluar kamarnya di temani Retno yang berjalan di sampingnya. Rasanya walau ia tidak tega, dirinya harus merelakan Retno untuk pulang ke Jogja seorang diri kali ini. "Sayang, aku berangkat dulu ya?" Kata Rio ketika sudah sampai di depan pintu kamar kostnya.Setelah mengatakan itu, ia mencium kening Retno yang membuat Retno menutup matanya. Saat Rio menarik bibirnya untuk mundur kembali, Retno baru membuka kedua matanya. Tanpa banyak membuang-buang waktu karena takut terlambat datang ke kantor, akhirnya Rio pergi meninggalkan Retno.Retno baru memasuki kamar Rio kembali setelah punggung Rio tak terlihat lagi. Retno masuk ke dalam kamar kost Rio dan tidak lupa ia mengunci pintu kamarnya. Setalah itu ia langsung mem-packing semua barang-baran

Retno bangun dari tidurnya dan ia langsung terkejut ketika melihat warna langit di luar jendela kamarnya sudah berubah menjadi gelap. Ia mengusap wajahnya dan pelan-pelan bangun dari atas ranjangnya. Rasanya ia benar-benar lelah setelah sejak kemarin Rio terus menggempurnya tiada henti. Apakah kekuatan fisik seseorang benar-benar akan menurun seiring usianya? Termasuk kekuatannya dalam bercinta?Hhmmm.... Mungkin saja jawabannya adalah iya. Karena dulu Retno tidak pernah merasakan semua hal-hal ini walau ia diinvasi oleh lebih dari satu pria selama semalaman. Anehnya kenapa dengan Rio ia merasakan semua hal ini? Mungkin karena ia sudah lama tidak dijamah. Sejak Rio berada di Jakarta, ia hanya bermain dengan dildo saja.Dengan tubuh yang rasanya masih sangat kaku-kaku, Retno mencoba menoleh ke arah dinding di mana jam