Tok....Tok....Tok....Ceklek ...Rio dan Retno langsung menolehkan kepalanya untuk melihat ke arah pintu. Tampak di sana sosok Kaluna yang baru saja membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan meeting ini."Maaf, ya baru balik," ucap Kaluna yang membuat Retno tersenyum dari tempat duduknya saat ini."Enggak papa. Kita juga mau pamit sekarang.""Wait, Mbak. Tadi Bu Yuni bilang handphonenya ketinggalan di ruangan ini. Di situ ada enggak, ya?"Ret
"Apa ada lagi yang ingin ditambahkan?" Tanya Kaluna kepada Yuni, Retno dan Rio.Meskipun mereka berdua menggelengkan kepalanya, tapi Yuni sudah nyerocos yang membuat acara mereka tidak kunjung selesai padahal ini sudah hampir atau setengah jam mereka membahasnya."Tolong ditambahkan kereta kencana ya, Lun. Saya maunya mereka naik kereta aja. Enggak usah naik mobil. Biar vibes-nya lebih terasa.""Baik, Bu. Berarti nanti pengantin setelah dari kamarnya langsung turun lewat lift lalu menuju ke arah pintu belakang dulu ya, untuk naik ke kereta biar berhenti di lobby hotel.""Iya, begitu saja enggak pa-pa."Retno dan Rio saling berpa
Pagi ini Rio dan Retno telah berada di Yogyakarta Internasional Airport. Mereka memilih mengantarkan Ari dan Elina lebih pagi daripada biasanya. Penerbangan Elina dan Ari yan dijadwalkan pukul 11.30 WIB membuat mereka pukul 9.00 WIB sudah berada di bandara."Sampai ketemu tiga bulan lagi ya, Ret," ucap Ari kepada Retno."Iya, Yah. Besok ke sininya naik bus saja sama keluarga besar. Nanti untuk teknisnya biar saya ke Bunda yang komunikasikan. Ayah tinggal terima beres saja."Rio menelan salivanya. Kenapa Retno membahas masalah ini lagi? Padahal dirinya saja sudah berniat untuk meminimalisir keluarganya yang hadir agar tidak terlalu membutuhkan banyak biaya. Terlebih rencana Ari dan Elina untuk menggelar acara ngunduh mantu di Lampung. Jika ini terwujud keluarganya tidak p
Setelah seharian mengunjungi beberapa tempat wisata bersama Rio, Wulan, Ari dan Elina, akhirnya kini Retno bisa duduk di sofa ruang tamu rumahnya dengan santai. Tubuhnya terasa lelah tapi hatinya justru merasakan kebahagiaan. Semua yang ia rasakan ini nyatanya membuat matanya sudah ingin tertutup saja. Rasa kantuk yang menderanya ini membuatnya menutup kedua matanya dalam posisi duduk di sofa.Retno yakin jika ia belum terlalu lama memejamkan kedua matanya hingga akhirnya ia mendengar sebuah suara berdeham. Ketika ia membuka matanya, ternyata sosok Mikha sudah ada di ambang pintu rumahnya."Malam, Tan," sapa Mikha ramah kala Retno membuka kedua matanya."Malam, Sayang. Kamu habis dari mana?""Dari rumah Eyang. Tante
Selama hampir dua menit dirinya berada dalam keadaan sedikit takut dan tegang ketika berada di dalam gendongan Rio, akhirnya kini Retno bisa bernapas dengan lega. Pelan-pelan akhirnya Rio menurunkannya di dekat sebuah ayunan yang tidak jauh dari penjual layangan."Yang, kamu duduk di sini dulu, ya?""Memangnya kamu mau ke mana?""Mau beli layangan."Retno menelan salivanya. "Kamu beneran mau kita terbangin layangan siang ini?""Iya. Udah kamu tunggu sini sebentar, ya?"Belum sempat Retno menjawab, namun Rio telah pergi begitu saja untuk menuju ke tempat penjual layangan itu berada. Mau tidak mau Retno memi
Retno kira jika Ibunya sudah merasa cukup dengan berjalan-jalan di Malioboro, tapi siapa sangka jika pada akhirnya mereka justru terdampar di Pantai Baru yang ada di kabupaten Bantul ini. Saat sampai di sini, Retno cukup terkejut karena banyaknya pengunjung yang memadati tempat ini."Kamu kok kelihatannya heran gitu sih, Ret? Jangan bilang kalo kamu belum pernah ke sini sebelumnya?" Pertanyaan Wulan membuat Retno tersenyum. Itulah kenyataannya. Ia termasuk jarang berwisata di sekitaran Jogja yang merupakan kota tempat tinggalnya. Ia lebih sering menghabiskan waktu di Thailand, Raja Ampat, Bali, Lombok bahkan Maldives jika ingin menghabiskan liburannya di tepian pantai."Belum, Bu.""Kok bisa? Memangnya selama ini kamu ke mana saja?"