All Chapters of INGIN TERLIHAT KAYA, AGAR BISA MENGHINA IPAR: Chapter 41 - Chapter 50
66 Chapters
Bab 41
PART 41POV NIKEN"Hueekkkk ...."Pagi ini aku muntah lagi. Semenjak tinggal di rumah kontrakan yang mengenaskan ini, aku sering mual dan muntah. Aku pikir aku hamil. Tapi, sempat aku testpack, hasilnya aku negatif.Banyak sekali yang bilang aku kurus sekarang. Itu membuat hati ini sesak. Walau aku sendiri sadar, memang badanku makin kurus. Tapi, tak terima saja jika ada orang yang bilang aku kurus.Setelah muntah aku berkumur. Mengusap bibirku. Menarik handuk untuk membersihkan mulut. Sesak sangat sesak sekali. Badan seketika merasa lemas. Ingin segera bebaring. Karena tak kuat menyangga tubuh.Mas Andra sudah pergi kerja. Ya, jadi tukang muat pasir sekarang. Pekerjaan yang sama sekali tidak membuatku bangga. Gimana aku akan bangga? Kalau Eka tahu, pasti dia akan mengejekku. Hidup yang sangat memprihatinkan. Jangan sampai teman-teman sosialitaku tahu tentang keadaanku sebenarnya. Mau di taruh mana muka ini?Beruntung sekali nasib Eka. Kali ini, aku benar-benar iri melihat hidupnya.
Read more
Bab 42
PART 42Dengan langkah lemas dan dibantu Mas Andra aku melangkah ke ruang tamu. Kemudian duduk di atas tikar. Kepala masih terasa berat. Mata pun enggan sebenarnya melihat wajah hitam Wito. Aku lihat Wito sedang meneguk air meneral. Tak ada kopi yang tersuguhkan. Ya Allah ... menyuguhkan kopi saja, diri ini tak mampu. Ada apa denganku? Semoga tak ada penyakit lain yang bersarang di badan ini. Selain liver yang sudah aku ketehui."To, sampaikan saja, apa yang ini kamu sampaikan?!" ucap Mas Andra. Wito menatapku, seolah sedang menilai. Tapi, lama-lama aku risih."Kenapa?" tanyaku. Karena tak enak sekali, di pandang seperti itu.Wito terlihat mengusap wajah pelan. Kemudian menghela napas sejenakAku semakin bingung dan penasaram juga tentunya. Ada apa sebenarnya? Apa yang dia lihat atau apa yang dia nilai tentang aku? Entahlah."Mbak Niken, penyakitmu itu bukan hanya sekedar sakit fisik," ucap Wito memulai berbicara. Seketika aku mengerutkan kening. Kemudian memandang ke arah Mas Andra
Read more
Bab 43
Part 43POV ANDRA"Hooeekkkk ...."Setiap pagi aku mendengar Niken muntah. Badannya semakin habis. Tulang yang ada di dalam tubuhnya, sudah terlihat sekarang.Muntah karena penyakit. Bukan karena hamil. Ya Allah ... kasihan sebenarnya. Tapi, Niken seolah tak bisa dikasihani.Mata indah yang dulu dia miliki, sekarang berubah menjadi sayu. Bahkan terlihat membesar. Karena pipi yang kempot itu. 'Mendelo'.Pipi tembem yang dulu dia miliki, sekarang berubah menjadi kempot.Badan semok yang dia sandang dulu, sekarang berubah menjadi perempuan berbadan kurus. Seolah terkena busung lapar.Aku mendekat, dan memijit tengkuk lehernya. Berharap dia dengan mudah mengeluarkan muntahnya itu."Hooooekkk ...."Benar saja, muntah itu semakin menjadi. Biarlah! Setidaknya nanti akan enakan. Dari pada tak bisa muntah, akan menjadi tak enak badan.Setelah puas muntah, Niken terlihat berkumur dan membilas bibirnya dengan air. Kemudian meraih handuk untuk mengeringkan bibirnya.Niken beranjak keluar dari kam
Read more
Bab 44
Part 44"Kok berhenti, Mas? Apa?" tanyaku kepada Mas Firman. Karena dia menghentikan ucapannya. Mas Firman terlihat menghela napas sejenak. Kemudian mengusap pelan wajahnya.Lelaki berkulit sawo matang ini, terlihat sedang memikirkan sesuatu. Entah apa yang dia pikirkan, sehingga menghentikan, ucapannya."Susah, sih, Dek. Masalah yang Mas Andra hadapi ini memang berat. Kalau dia menghilang terus seperti ini, kita yang susah. Tapi, kalau dia kembali, keadaan semakin memanas. Keadaan akan tenang, jika Mas Andra pulang dan membawa uang, untuk menutup semuanya. Ya, hanya uang yang menghentikan semuanya. Tapi, masalahnya uangnya masih entah di mana?" lanjut Mas Firman.Aku meneguk ludah sejenak. Memang susah. Di posisi mereka, memang serba susah. Karena ini masalah uang. Uang adalah masalah yang sangat sensitif.Semua orang akan nampak aslinya, jika berurusan dengan uang."Jelas mereka tak ada duit, Mas. Kalau ada duit, mereka tak akan kabur seperti ini," balasku. Mas Firman terlihat mangg
Read more
Bab 45
Part 45Dreet ... dreet ... dreet ...Gawaiku bergetar lagi. Sudah tiga kali ini. Aku lihat masih dengan nomor yang sama. Entah nomor areal mana ini.Aku memandang ke arah Zaki. Dia sedang menyedot pop ice. Ya, tadi dia meminta di belikan pop ice rasa durian.Setelah makan lontong kami, memilih untuk duduk di pinggiran jalan. Memilih pohon yang rindang. Karena matahari lagi menyengat."Hallo," akhirnya aku mengangkat telpon itu. Walau hati terasa sangat kacau. Deg degan, takut kalau orang menagih hutang. Hutang yang jumlahnya lumayan banyak. "Mas Andra?" terdengar suara perempuan dari seberang sana. Nada suara itu seolah bertanya untuk memastikan. Aku melipat kening, mencoba mengenali nada suara itu."Iya. Maaf ini siapa?" tanyaku balik. Karena rasa penasaran yang menggebu. Walau tak menutup kemungkinan itu suara orang yang aku hutangi. "Lupakah dengan suaraku yang cempreng ini?" tanyanya balik. Aku semakin mengerutkan kening."Nggak usah basa basi. Ini siapa? Lagi tak banyak waktu
Read more
Bab 46
Part 46POV NIKENMas Andra memamg keterlaluan. Bisa-bisanya dia meninggalkanku di rumah kontrakan sempit ini sendirian.Kurang ajar! Bisa-bisanya dia bisa makan enak tanpa aku. Padahal aku, istrinya, lagi sakit seperti ini. Dia memang sangat berubah sekarang. Semakin tak peka dengan apa mauku.Aku jadi semakin yakin, kalau Mas Andra itu di guna-guna sama Ibu. Agar membenciku dan meninggalkanku. Dan pastinya akan menjodohkan dengan perempuan lain yang sehat dan semok.Aku berubah pikiran sekarang. Kalau dulu aku memang menginginkam cerai dari Mas Andra, tapi tidak untuk sekarang. Karena badanku yang semakin kurus kering. Jelas tak akan ada yang mau, laki-laki menikahiku. Jangan menikahi, berteman saja mungkin tak mau. Karena badan yang habis dan tak semok lagi. Saat bercermin, melihat badan ini, terasa sangat malu. Malu melihat kondisi badan sendiri.Aku beranjak dengan susah payah. Ya, susah payah, karena tenaga yang merasa lemas. Iya, sangat lemas, seolah tak ada tenaga.Gimana ma
Read more
Bab 47
Part 47Rasanya ingin sekali berteriak sekencang-kencangnya. Karena kakak kandungku sendiri seolah tak peduli dengan kondisiku sekarang. Yang mana dia malah pamer kalau sedang renovasi rumah.Apa laaah maksud Mbak Dina itu? Seolah dia sedang menertawakan hidupku. Dia menang sekarang. Bisa renovasi rumah. Padahal dulu rumahnya sangat jelek. Masih bagus rumah lamaku.Tapi, suami Mbak Dina pintar juga cari uang. Nyatanya bisa renovasi rumah. Astaga ... aku semakin merasa salah pilih suami.Ah, aku jadi rindu rumah lamaku. Apakah jadi Bank itu mengambil rumahku? Rasanya tak ikhlas. Sungguh tak ikhlas. Rumah itu, rumah yang aku banggakan ke semua saudaraku."Gimana Zaki, enak tadi makannya?" terdengar suara Mas Andra. Dia sedang bertanya kepada anaknya."Enak, Yah. Besok kita makan itu lagi, ya!" jawab Zaki.Sialan! Mereka beneran makan enak ternyata. Dan mereka tak ingat aku? Jadi penasaran, Mas Andra membawakan aku makanan enak itu apa nggak."Siap, Bos! Ketagihan, ya!" balas Mas Andra.
Read more
Bab 48
Part 48POV ANDRASemenjak Adista menelpon kala itu, semakin membuatku tak peduli dengan keadaan Niken sekarang.Lagian, Niken memang tak bisa di kasihani. Dia selalu menyebalkan jika diajak ngomong baik-baik. Tapi, saat aku cuek, dia marah. Seolah tak mau di cuekin.Zaki juga semakin lengket denganku. Kemana pun aku pergi dia selalu ikut. Bahkan saat muat pasir pun dia juga ikut. Biarlah, aku juga tak tahu bagaimana pastinya perasaan Zaki. Jika dia merasa nyaman denganku, kemanapun aku pergi, akan selalu aku bawa.Zaki seolah enggan di rumah, jika hanya berdua dengan mamanya. Karena Niken sendiri juga kelewatan. Sedikit saja Zaki buat salah, dan tak sesuai apa keinginannya, dia langsung marah. Ucapannya terdengar sangat kasar. Membuat Zaki tentunya sakit hati, hingga menangis. Tapi, walau bagaimanapun kondisi Niken, aku tetap merawatnya. Tetap membelikan makan dan yang lainnya. Tak mungkin aku membiarkannya begitu saja. Apalagi aku tahu, dia susah untuk berjalan.Ya, karena badanny
Read more
Bab 49
Part 49POV ANDRANiken memang benar-benar keterlaluan. Dia tetap kekeuh, untuk tidak mau minta maaf dengan Ibu dan Eka Firman. Membuatku terheran-heran.Astaga ... terbuat dari apa hati perempuan yang aku nikahi itu. Sungguh aku sangat menyesal menikahi dia. Dan semakin menyesal, cinta ini pernah berlabuh padanya. Bahkan pernah menjadi budak cinta kepada Niken. Menuruti semua gaya hidupnya, yang sebenarnya diluar batas mampuku. Hingga aku terjerumus dan terlilit hutang."Mama, Zaki kangen sama Nenek," ucap Zaki. Deg.Membuat hati ini terasa sesak. Gimana tak sesak? Aku sendiri juga sangat merindukan sosok Ibuku. Wanita yang bertaruh nyawa melahirkanku. Wanita yang membesarkanku, dengan penuh cinta.Bahkan di kala aku sakit dulu, Ibu terus terjaga. Hingga aku tertidur.Kini, aku hanya bisa membuat malu, dan repot beliau. Bahkan ingin menemuinya saja aku tak berani, karena sangkutan hutang yang merajalela.Aku sangat yakin, Ibu juga sangat merindukanku. Maafkan aku Ibu! Maafkan aku!S
Read more
Bab 50
PART 50POV ANDRA"Hai," balasku terasa kikuk. Hatiku semakin berdebar nggak jelas. Tanpa aku sadari, aku meremas tangan Zaki. Membuat Zaki menarik tangannya sendiri. Mungkin merasa sakit, karena saking kuatnya aku remas."Yah, pesenin pop ice nya!" pinta Zaki dengan nada merengek. Hingga aku lupa, apa tujuan utamaku mampir ke lapak penjual Pop Ice ini."Owh, iya, Nak," balasku. Zaki terlihat mengulas senyum. "Durian, ya, Yah!" pesan Zaki. "Mang, Pop Ice duriannya satu, ya!" pesanku seraya menatap ke arah penjual Pop Ice."Siap!" balas Penjual Pop Ice itu. Kemudian segera membuatkan permintaanku.Adista nampaknya juga terlihat salah tingkah. Dia berkali-kali menyedot pipet Pop Ice yang dia pegang. Terkadang juga ia mainkan pipet Pop Ice itu.Aku berkali-kali mengusap leher. Keringat masih membasahi. Bercampur keringat dingin juga rasanya. Dalam kondisi terpuruk, harus ketemu mantan, itu terasa sangat memalukan.Ya, sungguh aku malu dengan keadaanku. Adista yang sekarang terlihat can
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status