INGIN TERLIHAT KAYA, AGAR BISA MENGHINA IPAR

INGIN TERLIHAT KAYA, AGAR BISA MENGHINA IPAR

last updateLast Updated : 2022-11-28
By:  RENA ARIANAOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
66Chapters
24.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Menceritakan tentang seorang kakak ipar yang seharusnya mengemong adik iparnya, tapi justru sebaliknya. Eka, sering sekali diremehkan oleh Kakak iparnya yang bernama Niken. Niken yang terus berusaha semaksimal mungkin agar hidupnya selalu terlihat kaya dan mewah. Terlihat seolah dirinya tidak pernah kehabisan uang. Itu dia lakukan semata- mata hanya untuk meremehkan Eka. Karena baginya, itu sebuah kepuasan tersendiri jika selalu mampu di atas Eka. Bagaimana cara Eka menanggapi dan melawan Kakak iparnya yang sombong, angkuh dan hoby meremehkan itu?

View More

Chapter 1

Bab 1

BAB 1

"Eka, nggak ke pasar?" tanya Mbak Niken, kakak iparku.

"Nggak, Mbak, bumbu dapur masih punya semua," jawabku.

"Halah, bilang aja nggak ada duit, ha ha ha," ucap Mbak Niken seraya tertawa puas.

Astagfitullah. Sabar ini masih berlapis ribuan seperti tango.

"Iya, itu, Firman kan lagi nganggur, jelas nggak punya duit, makanya nggak ke pasar," ledek suaminya Mbak Niken. Mas Andra namanya.

Ya, mereka sama saja, pasangan suami istri yang sangat kompak. Tinggi sekali ucapannya. Kalau bahasa jawanya 'gumede'.

"Ha ha ha ha, kamu benar sekali, Mas," balas Mbak Niken. Puas sekali tawa mereka. Mas Firman tidak nganggur, tapi memang terlihat nganggur. Karena beberapa hari ini, dia terlihat di rumah.

Aku memilih diam. Malas menanggapi, karena mereka akan terus nyerocos sepuas mereka.

Dengan tertawa puas menjatuhkan, Mbak Niken dan suaminya berlalu. Berboncengan dengan motor matic, menuju ke pasar. Tak lupa anak semata wayang mereka juga dibawa.

Aku memilih masuk ke dalam rumah. Kebetulan tadi bersihin halaman dan disindir oleh Mbak Niken. 

Mas Andra dan suamiku kakak beradik. Kami sudah punya rumah sendiri-sendiri. Tanah milik Mertua. Jadi Mas Andra dan Mas Firman buat rumah satu lokasi, tujuan orang tua, agar anak-anaknya bisa akur. Faktanya, kami hanya akur dipenilaian orang saja. 

"Kenapa mulutmu maju seperti itu?" tanya Mas Firman. 

"Nggak, kesel aja sama Mbak Niken," balasku.

"Hemmm, nggak usah di masukin ke dalam hati. Kan memang seperti itu setiap hari," balas Mas Firman. 

"Iya tahu. Tapi, setiap hari bikin kesal hati aja," ucapku. Mas Firman terlihat menyeruput kopinya. 

"Iya, sih, tapi lama-lama sabar orang juga ada batasnya," balasku. 

Mas Firman diam. Dia juga faham betul bagaimana Mas Andra dan Mbak Niken. Mereka seakan takut banget tersaingi. Padahal hidupku juga masih pas-pasan saja. 

Mbak Niken tipikal orang yang ingin diakui sukses dan kaya. Padahal, tanpa minta diakui, orang tetap akan melihat kita sukses dan kaya raya, jika memang beneran sukses faktanya. Tapi, kalau maksa ingin diakui sukses dan kaya, yang ada akan sakit sendiri. Kalau faktanya memang belum sukses dan kaya.

*******

"Eka, aku mau beli sofa," ucap Mbak Niken sore ini. Aku mengulas senyum.

"Belilah, Mbak! Aku mau beli belum ada uang," balasku. Dia terlihat mencebikan mulut.

"Nunggu gajiannya Mas Andra. Aku udah bilang sama dia. Dia setuju. Biar rumah terlihat ada isinya, nggak kosong gelondang," ucap Mbak Niken.

Hemmm, kumat dia. Jiwa pamernya memang setiap hari meronta seperti itu.

"Belilah Mbak! Siapa yang nggak ingin punya sofa? Aku juga pengen. Tapi, memang belum ada duitnya," balasku lagi. Merendah saja kalau di hadapan Mbak Niken ini. Kalau meninggi kasihan, ntar dia kena serangan jantung.

"Bulan depan aku mau beli, udah ngomong kok sama Mas Andra," ucapnya. Aku hanya mengulas senyum saja. Tak banyak menanggapi. Karena kalau ditanggapi, akan semakin kemana-mana.

"Yaudah, Mbak aku mau nyiapkan makan malam untuk anak dan suami," pamitku.

"Halah ... warung makan banyak. Beli aja, hidup jangan di buat susah," ucapnya.

"Hanya masak kok, nggak susah. Kalau beli terus, kasihan yang cari duit," balasku.

"Laki-laki cari duit memang sudah kewajiban. Kenapa pula di bikin pusing," ucap Mbak Niken.

"Nggak dibikin pusing. Hanya ingin berhemat," balasku kemudian berlalu. 

Aku dengar dia masih nyerocos. Biarlah dia menyerocos. Aku malas menanggapi. Seperti yang aku bilang tadi, semakin ditanggapi, akan semakin kemana-mana. Dan ujung-ujungnya akan semakin panjang dan aku nggak jadi masak.

Bukannya nggak ada duit untuk beli lauk jadi di warung, tapi aku memang tak membiasakan diri seperti itu. 

*********

"Assalamualaikum, Dek ...." Mas Firman mengucap salam.

"Waalaikum salam," balasku seraya mendekat dan mencium punggung tangannya. 

"Buatin teh manis, ya! Kasihan yang nurunin sofa," ucap Mas Firman. Aku mengulas senyum.

"Jadi Mas beli sofa?" tanyaku. 

"Jadi dong! Itu sofanya udah datang. Sesuai pilihan kamu di WA tadi," jawab Mas Firman. 

"Alhamdulillah, kalau gitu Adek buatin teh manis dulu," ucapku. Mas Firman mengangguk kemudian mengulas senyum.

"Horeee ... Dika punya sopaaaa ...." teriak anakku girang. Ya, dia memang ikut Mas Firman beli. Aku sengaja nggak ikut. Malas perjalanan ke kota. Karena lumayan jauh.

Teh manis sudah tersedia. Aku siapkan di atas meja. Sofa baru sudah siap di ruang tamu. Terlihat cantik sekali, sofa berwarna maroon itu. 

Aku menoleh ke arah rumah Mbak Niken lewat jendela. Mata ini melihat Mbak Niken memainkan bibirnya ke kanan dan ke kiri, sambil menghadap ke rumahku.

Biarlah, aku tadi memang sengaja ngomong kayak gitu. Padahal Mas Firman dan Dika sudah dalam perjalanan beli sofa.

Maksudku memberi dia pelajaran, kalau mau beli ya beli saja, nggak usah kowar-kowar. Kalau nggak jadi belikan malu-maluin.

**********

"Cieee sofa baru," ucap Mbak Niken pagi ini. Aku mengulas senyum saja.

"Alhamdulillah, kejutan dari Mas Firman," balasku asal. 

Aku lihat, Mbak Niken duduk di sofa dan tangannya meraba.

"Nyobain sofa baru. Tapi, kok, kayak sofa murahan gini, ya!" ucapnya. 

Astagfirullah, ini orang maunya apa coba?

"Memang murahan kok Mbak, menyesusaikan dana," balasku. Sengaja. Aku lihat dia mencebikan mulutnya.

"Sudah aku duga. Emm ... kata Mas Andra, bulan depan nggak jadi beli sofa. Karena kami mau beli motor baru. Kalau ruang tamu di kasih sofa, makin terlihat sempit. Jadi pakai karpet aja," ucapnya.

"Belilah Mbak, aku belum ada duit untuk ganti motor," balasku.

"Jelaslah! Paling duitmu udah habis untuk beli sofa ini. Kalau kontan loo ya! Nggak tahu juga kalau kredit," sindirnya.

Astaga! 

"Kontan kok Mbak. Alhamdulillah. Mudah-mudahan bulan depan, keturutan beli motornya, ya, Mbak! Biar nggak malu karena udah kowar-kowar," balasku.

"Apa maksudmu ngomong kayak gitu?" tanya Mbak Niken. Matanya terlihat mendelik.

"He he he, pikir sendiri aja, Mbak! ntar salah ngomong aku," balasku.

Aku lihat Mbak Niken beranjak.

"Lihat saja! Bulan depan aku pasti akan beli motor baru!" balasnya.

"Iya, Mbak! Aamiin! Akan aku lihat. Kan rumah kita sebelahan!" sahutku dengan nada suara santai. Yakin deh, itu akan membuatnya semakin kesal.

Mbak Niken kemudian berlalu. Meninggalkan rumahku, dengan nyerocos lirih nggak jelas. Aku hanya bisa mengelus dada.

Astagfirullah. Mudah-mudah bulan depan dia  jadi beli motor baru. Kita lihat saja. Hi hi hi.

**

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Ulfa Rahmatillah
author ko lama sekali up bab berikutnya.
2022-11-26 08:27:07
0
user avatar
Mblee Duos
Hadir kak. Semangat terus nulisnya ya kak! kak saling support juga yuk, di cerita aku MAMA MUDA VS MAS POLISI. Terimakasih......
2022-10-29 07:20:45
0
66 Chapters
Bab 1
BAB 1"Eka, nggak ke pasar?" tanya Mbak Niken, kakak iparku."Nggak, Mbak, bumbu dapur masih punya semua," jawabku."Halah, bilang aja nggak ada duit, ha ha ha," ucap Mbak Niken seraya tertawa puas.Astagfitullah. Sabar ini masih berlapis ribuan seperti tango."Iya, itu, Firman kan lagi nganggur, jelas nggak punya duit, makanya nggak ke pasar," ledek suaminya Mbak Niken. Mas Andra namanya.Ya, mereka sama saja, pasangan suami istri yang sangat kompak. Tinggi sekali ucapannya. Kalau bahasa jawanya 'gumede'."Ha ha ha ha, kamu benar sekali, Mas," balas Mbak Niken. Puas sekali tawa mereka. Mas Firman tidak nganggur, tapi memang terlihat nganggur. Karena beberapa hari ini, dia terlihat di rumah.Aku memilih diam. Malas menanggapi, karena mereka akan terus nyerocos sepuas mereka.Dengan tertawa puas menjatuhkan, Mbak Niken dan suaminya berlalu. Berboncengan dengan motor matic, menuju ke pasar. Tak lupa anak semata wayang mereka juga dibawa.Aku memilih masuk ke dalam rumah. Kebetulan tadi
last updateLast Updated : 2022-09-27
Read more
Bab 2
Bab 2Pagi ini, aku masih berkutat di dapur. Menyiapkan sarapan untuk anak dan suami. Dika, anak semata wayangku, masih senang dengan sofa baru itu. Dia duduk santai di sana dengan ayahnya. Sambil menikmati wedang hangat."Sopa baru, ya?" tetiba telinga ini mendengar suara Zaki. Anaknya Mbak Niken. Umur Zaki lebih tua setahun dari Dika."Iya, dong!" balas Dika. Nada suara Dika terdengar bangga. Aku menoleh ke arah ruang tamu. Aku lihat Zaki duduk di antara Mas Firman dan Dika."Empuk, ya!" ucap Zaki. "Jangan di enjot-enjot kayak gitu, nanti rusak!" teriak Dika nggak terima. Aku menoleh lagi. Dan ternyata benar, Zaki lagi melonjak-lonjak di atas sofa."Zaki, duduk yang bagus, ya!" ucap Mas Firman. Tapi, aku lihat Zaki tetap nggak peduli. Dan terus asyik dengan kemauannya."Jangan di enjot-enjot! Nanti rusak!" teriak Dika lagi, suaranya semakin lantang dan terdengar nyaring.Karena suara Dika terdengar sangat lantang, membuat Zaki mungkin terkejut. Kemudian, telinga ini mendengar, dia
last updateLast Updated : 2022-09-27
Read more
Bab 3
BAB 3Aku lihat Mas Andra menstarter motornya. Belalu entah kemana. Rumah bersebelahan, jadi teriak sedikit saja terdengar. Makanya aku berusaha ngomong pelan, jika berbicara dengan anak atau pun suami. Karena biar tak terdengar.Aku tetap pura-pura nggak dengar saja. Asik mengutak atik gawai.Mbak Niken kemudian duduk di teras dia sendiri. Tangannya aku lihat, juga sedang memainkan gawai. Bibirnya aku lihat manyun saja. Mungkin dia masih kesal hati. "Zaki! Jangan buat kotor!" teriak Mbak Niken. Allahu Akbar! Kumat dia, kalau lagi kesal sama suaminya, anak pelampiasannya. Walau tangan dia nggak main pukul, tapi mulutnya lantang sekali. Terkadang Zaki sampai nangis, karena bentakan Mbak Niken.Aku tak mendengar suara Zaki menjawab. Kasihan dia, takutnya saja suatu saat nanti mentalnya kena.Ingin main, menenangkan pikiran, tapi motor di bawa kerja Mas Firman. Jadi mau tak mau berdiam di rumah. Mau main ke tetangga, membuat telinga semakin panas. Karena ujung-ujungnya ngomongin aib o
last updateLast Updated : 2022-09-27
Read more
Bab 4
Bab 4Setelah Mas Andra pulang dengan membawa amarahnya, karena nggak dipinjemin duit, akhirnya aku keluar dari kamar. Mendekati Mas Firman. Aku lihat Mas Firman sedang mengusap wajahnya pelan. Menghela napas sejenak."Mas.""Iya?" balasnya seraya menoleh ke arahku. Aku memilih duduk di sebelahnya. Memberikan senyum termanis. Karena aku lihat wajahnya tertekuk. Mungkin emosi dengan ucapan kakaknya tadi."Makasih, udah mau jawab ucapan Mas Andra," ucapku.Makasih? Ya, aku sangat berterimakasih, Mas Firman mau menjawab dengan tegas, semua ucapan kakak kandungnya itu. Karena biasanya Mas Firman ini diam. Kalau nggak diam, ya mau minjami uang. Bahkan rela nggak punya uang, demi bisa minjemi kakaknya itu."Sekali-kali lah, mentang-mentang adik, masa mau di akal-akali terus," balas Mas Firman. Aku manggut-manggut.Ya, memang dulu Mas Andra pernah minjem duit juga. Waktu itu untuk biaya Zaki di rumah sakit. Karena demam. Nggak banyak sih, sekitar lima ratus ribu. Karena memang Zaki sakit,
last updateLast Updated : 2022-09-27
Read more
BAB 5
Bab 5Kalau Mbak Niken nanti akan ngadu ke Mas Andra, terserahlah. Aku nggak peduli. Sebenarnya males ngeladeni Mbak Niken. Tapi, sungguh hati ini kesal dan tak terima, dengan ucapan Mbak Niken tadi.Padahal cuma gara-gara beli sofa, dia seolah kebakaran jenggot. Panas hati itu lebih mengerikan. Di banding panas badan.Tapi, aku memang ingat betul, dulu awal aku beli TV, dia tak berselang lama juga ikut beli. Bahkan dia beli yang ukuran jauh lebih besar dari yang aku punya. "Nanggung beli TV yang kecil, sama-sama ngeluarin duit, sekalian lah yang besar!" ucap Mbak Niken kalau itu. Aku hanya bisa mengulas senyum dan manggut-manggut saja. Tak begitu menanggapi. Karena bagiku, penting punya TV. Kasihan Dika, sering main ke rumah tetangga, karena hanya demi nonton film kartun kesayangannya. Waktu aku beli kulkas ukuran kecil, juga sama. Dia ngambil kulkas juga yang ukuran jumbo. Dua pintu. Dengan bangga dia bercerita."Halah ... Ka ... nanggung beli kulkas yang kecil. Sekalian yang ged
last updateLast Updated : 2022-09-27
Read more
Bab 6
BAB 6"Masuk, Mas!" Mas Firman mempersilahkan kakaknya masuk. Ya, aku melihat wajah Mas Andra memerah."Hemm," balas Mas Andra. Suaranya terdengar tak bersahabat. Seolah lagi kesal.Aku mengajak Dika masuk ke kamar barunya. Biar tak mendengarkan obrolan Ayah dan pakdenya. Nggak bagus untuk pertumbuhannya, kalau pakdenya kesini ngajak adu mulut. Tapi, semoga saja nggak ngajak adu mulut."Dika bobo, ya! Mama mau buatin kopi Pakde dulu!" ucapku pada Dika."Iya, Ma!" balas Dika."Nggak takutkan?" tanyaku memastikan. "Nggak dong, Ma!" balas Dika, dengan gaya jagoannya."Anak Mama memang pinter," ucapku, seraya mengelus kepala anak lanang.Senyumnya terlihat, kemudian aku kecup kening anak semata wayangku itu.Setelah itu, baru aku berlalu, segera menuju ke dapur. Membuatkan Mas Andra kopi dulu. Ntar di sangka pelit lagi. Bertamu tak ada air yang keluar. Mereka terdengar sedang ngobrol. Tapi, nggak jelas mereka ngobrol apa. Aku fokus membuatkan kopi dulu, untuk kakak ipar.Kalaupun mau ng
last updateLast Updated : 2022-09-27
Read more
Bab 7
Bab 7"Mbak Niken, akhir-akhir ini, aku lihat kurusan, ya!" ucap Mak Sugiyem. Tetangga."Iya, Mbak Niken nampak kurusan," sahut Mak Gati. Penjual sayur keliling.Ya, kami sedang membeli sayuran siang ini. Beli sayuran siang, untuk di masak besok pagi. Seperti itulah, kami amankan dulu sayur mayurnya di kulkas. Jadi pagi tak mikiri lagi, mau masak apa. Tinggal eksekusi.Aku memilih diam. Males banget menanggapi ucapan tentang Mbak Niken. Lagian hati ini masih kesal tentang hal kemarin. Tapi, ikuti saja alurnya. Pura-pura akur. Hi hi hi hi."Aku ini sedot lemak. Diet! Biar nggak gemuk-gemuk banget!" ucap Mbak Niken dengan gaya kemayunya. Aku tetap memilih sayuran yang akan aku beli. Tapi, telinga tetal mendengarkan.What? Sedot lemak? Sejak kapan? Seriusan? Entahlah, tapi hati ini tetap nggak percaya dia sedot lemak."Owh, sedot lemak?! Sakit nggak?" tanya Mak Giyem. Dia memang suka banget nanggapi ucapan Mbak Niken. Suka juga nanggapi ucapanku. Entahlah apa maksudnya."Sakit, Mak! Tapi
last updateLast Updated : 2022-10-19
Read more
Bab 8
Bab 8"Mbak Niken sedot lemak?" tanya Mas Firman, memastikan ucapanku. Karena aku baru saja selesai cerita, tentang pengakuan Mbak Niken tadi."Iya katanya, Mas," ucapku. Mas Firman terlihat mencebikan mulutnya. Raut wajahnya, seolah tak percaya. Sama, sih, aku sendiri juga tak percaya. Ha ha ha."Kalau bisa sedot lemak, berarti banyak duit," ucap Mas Firman. "Itulah, tapi nyatanya Mas Andra utang duit ke sini untuk beli motor," balasku.Mas Firman menyeruput kopinya. Aku sendiri, juga ikut menikmati teh manis. Dika aku lihat fokus dengan acara TV yang dia lihat."Biarlah, Dek! Kayak nggak ngerti lagunya Mbak Niken saja!" ucap Mas Firman, setelah meletakan gelas kopinya di atas meja."Iya, sih, Mas. Tapi kok segitunya banget, ingin diakui kaya!" ucapku. Mas Firman mengulas senyum."Biar saja! Yang penting kamu nggak," balas Mas Firman."Insyaallah, nggak Mas. Aku saja malu sendiri dengarnya!" ucapku. Mas Firman manggut-manggut. "Iya, Sayang! Buat pelajaran saja. Pelajaran hidup, buk
last updateLast Updated : 2022-10-19
Read more
Bab 9
BAB 9Dua hari ini keadaan sepi. Mbak Niken yang biasanya banyak ngomong dan sering datang ke rumahku, kini dia tak menampakan diri.Zaki juga tak terlihat datang. Tapi, aku lihat mereka ada di rumah. Dan motor yang dibawa pick up itu, juga tak nampak kembali. Mas Firman juga sudah aku kasih tahu. Tapi, suami juga tak tahu kenapa motor itu di bawa pick up.Dua hari tak dengar suara mereka, alhamdulillah tenang. Tapi juga penasaran. Ada apa? Tumben! Berasa ada yang hilang. Hi hi hi."Dek, semoga hari ini gajian. Kamu mau di belikan apa?" tanya Mas Firman."Apa, ya?" tanyaku balik, dengan mengerutkan kening."Terserah kamu. Perabotan dapur misal," ucap Mas Firman. "Emmm, belikan Dika mainan baru. Sama blender, ya!" jawabku akhirnya."Sipp!" balas Mas Firman. Aku mengulas senyum. Ya, seperti itulah Mas Firman. Setiap gajian PT selalu menyisihkan beli sesuatu dulu. Biar perabotan rumah juga nambah. Jadi nggak habis untuk makan saja.Semoga akan selalu begini rumah tangga kami. Tenang d
last updateLast Updated : 2022-10-19
Read more
Bab 10
Bab 10Dengan rasa penasaran, aku masuk ke rumah Mbak Niken. Dua hari tak jumpa. Tak mendengar celotehan ngeselinnya. Ada yang hilang rasanya, ha ha ha.Kata Mas Andra, dia sakit, bisa jadi sakit karena kesakitan gegara sedot lemak. Kalau nggak, mungkin demam karena shok, motornya di tarik leasing. Atau bisa saja perasaan sendiri, karena malu. Sudah kowar-kowar mau beli motor baru, malah motor lama melayang tarik leasing. Menyedihkan sekali Bude. "Duduk dulu!" perintah Mas Andra. Kami mengangguk. Kemudian duduk di atas karpet ruang tamunya. Mas Andra terlihat melangkah menuju kamarnya. Aku mengedarkan pandang. Walau bersebelahan, aku jarang masuk ke rumah Mbak Niken. Yang ada hampir tiap hari, Mbak Niken ke rumahku. Apalagi kalau ada barang baru. Hemmm, sehari bisa dua sampai tiga kali, datang ke rumah."Ka, kamu ikut antar ke rumah sakit, ya! Naik belakang. Mbakmu lemes," pinta Mas Andra."Iya, Mas!" balasku. Setelah Mas Firman mengangguk seraya menatapku."Yaudah. Bantu mbakmu ke
last updateLast Updated : 2022-10-19
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status