PEMBELAAN Arini berbalik. Matanya membulat melihat Diandra di depannya yang menatapnya penuh intimidasi. Wanita itu seolah puas dengan apa yang dilihatnya, seolah tuduhannya memang terbukti. Diandra mendekat. Ditatapnya Arini dari ujung kaki hingga kepala, kemudian fokusnya pada kantong kresek yang memenuhi tangan Arini. Senyuman sinis disertai wajah penuh hinaan itu dilayangkan Diandra. "Benar, Rin? Kamu menyerah dengan nasib hingga rela menjual diri seperti ini?" "Di, jangan membuatku malu. Ini di jalan raya, tak seharusnya kau membuat kegaduhan semacam ini." "Jawab, Rin! Benar bukan yang dikatakan olehku? Kamu jual diri?" tuduh Diandra tanpa ampun. "Pergi, Di. Jangan membuat dirimu malu dengan tuduhan yang tak masuk akal seperti ini," ujar Arini dengan menekan rasa sabarnya. Sadar betul Arini bahwa di tempatnya yang baru tak seharusnya terjadi keributan semacam ini. Dia tidak ingin orang-orang di sekitarnya tinggal menyangka dirinya macam-macam. Namun malang, Diandra yang kes
Read more