All Chapters of MENYUSUI TUYUL : Chapter 11 - Chapter 20

75 Chapters

Part 11

Setengah berlari, Alisha menghampiri kerumunan. Dia membekap mulutnya dengan tatapan mata nanar melihat pemandangan di depannya."Innalilahi wa innailaihi roji'uun!" pekiknya.Perempuan paruh baya yang beberapa menit yang lalu masih tampak segar bugar, ketika bertemu dengannya di dalam supermarket.Kini dia tergeletak bersimbah darah, tubuh kurusnya meringkuk di dekat trotoar. Jilbab simpel yang dikenakannya sudah berlumuran darah. Sedangkan tak jauh darinya, sekotak susu formula tergeletak mengenaskan di antara belanjaan perempuan tersebut yang berhamburan di atas aspal.Terbayang jelas, bagaimana tadi dia sangat senang bisa membeli susu untuk cucunya. Dan melihat dari penampilannya, sepertinya dia bukanlah orang yang berkecukupan. Sehingga mungkin menemukan uang yang jumlahnya seratus ribu saja membuatnya begitu bahagia. Beberapa saat kemudian, petugas kepolisian datang mengevakusi tubuh perempuan tersebut yang mungkin sudah dalam keadaan meninggal dunia. Dengan dibantu beberapa ora
Read more

Part 12

Bu Halimah dan Fitri mengikuti arah telunjuk Alisha. Akan tetapi, mereka tidak melihat apa pun kecuali rerimbunan pohon pisang yang tumbuh di pinggir jalan. Alisha mengerjap berkali-kali, meyakinkan bahwa tidak salah melihat.Pak Duki yang meninggal beberapa waktu lalu, kini berdiri kaku di depan mobilnya dengan tatapan mata kosong tertuju ke arah dalam mobil Alisha. Tepatnya ke arah Rafli yang tertidur di pangkuan Fitri dan Bu Halimah. Baju lelaki paruh baya berbadan kurus itu sangat lusuh, seperti terakhir dia mengenakan baju tersebut ketika bekerja memetik cengkeh di kebun Pak Haji Imran.Dan yang membuat Alisha semakin bergidik ngeri adalah keberadaan dua makhluk kecil di punggung Pak Duki. Makhluk aneh dengan mulut mereka yang memanjang ke atas. Persis seperti yang diceritakan suaminya tempo hari. Kedua makhluk yang memiliki bentuk tubuh mirip anak kecil kurus itu terlihat senang berada di gendongan Pak Duki."Astaghfirullah ya Allah, kami mau lewat. Ya Allah, lindungi kami semua
Read more

Part 13

Makhluk menyeramkan bertubuh tinggi besar dengan taring panjang bahkan melewati batang lehernya itu, menyeringai mengerikan. Dia membuka mulut dan menjulurkan lidahnya yang panjang mencapai laki-laki di depannya. Lidah itu menjilat kepala ayam kemudian membelit leher ayam malang tersebut. Tubuh ayam cemani betina itu terangkat ke atas, terlepas dari gendongan laki-laki paruh baya tadi. Kemudian dengan kejamnya, makhluk aneh itu membanting ayam yang tak berdaya tersebut ke bebatuan. Sehingga langsung bergerak-gerak tak karuan. Menggelepar seperti ayam yang baru saja disembelih. Laki-laki paruh baya itu terbelalak kaget, melihat kondisi ayam yang digunakan sebagai persembahan. Perwujudan dari seorang perempuan yang telah dia jadikan tumbal itu, sekarang dalam keadaan menyedihkan.Tak berapa, lama ayam itu mengalami sakaratul maut, tiba-tiba terdengar denguran layaknya manusia yang berada di ujung ajal.Makhluk aneh tersebut tertawa puas melihat persembahan yang dibawa laki-laki yang te
Read more

Part 14

Pak Haji Imran mempercepat langkah menuju ke tempat parkir di area rumah sakit. Dia merasakan kekhawatiran yang mendalam dengan keberadaan anak semata wayangnya itu. Apalagi, ketika dia menelepon kembali Farrel berkali-kali, namun tidak mendapatkan jawaban.Lelaki paruh baya itu pun melajukan motornya dengan kecepatan cukup tinggi, untuk mencapai tempat di mana tadi dia menyuruh Farrel menunggu. Namun, sesampainya di sana, dia sudah tidak menemukan keberadaan sang anak. Kemudian, dia kembali melajukan motornya menuju ke Desa Sendang di mana tempat Farrel akan melatih silat anak-anak didiknya."Lihat Farrel, Dik?" tanyanya begitu tiba pada sekelompok remaja yang sudah mengenakan seragam silatnya."Belum datang, Pak," jawabnya yang diangguki oleh yang lain. Pak Haji Imran mendengus kasar karena Farrel sama sekali tidak bisa dihubungi. Laki-laki berjaket hitam itu mendongak, menatap langit malam yang cukup terang dengan sinar rembulan yang telah membulat sempurna. "Di mana kamu Le, lind
Read more

Part 15

Dia bergumam lirih dengan bibir bergetar, "Pelatih silat?"Kemudian, dengan pikiran yang sangat kacau Pak Haji Imran kembali melajukan motornya lebih cepat ke arah di mana mobil polisi dan ambulance tadi menuju.Sesampainya di sana, ternyata sudah banyak orang berkerumun mengelilingi police line. Penemuan jasad seorang pemuda di pinggir jalan dengan leher terikat lengan baju panjang itu, menjadi perhatian warga setempat. Bahkan, beberapa orang dari luar desa ada yang sengaja datang untuk mengetahui apa yang tengah terjadi."Farrel, Farrel!" teriak Pak Haji Imran menyeruak di antara kerumunan. Teriakan laki-laki paruh baya itu sontak menjadi pusat perhatian semua orang."Pak Haji!" panggil Bintang yang juga ada di tempat kejadian, sambil menghampiri tetangganya tersebut. Pak Haji Imran berusaha merangsek mendekati tubuh pemuda yang tergeletak mengenaskan di tepi jalan tersebut."Mas Bin, Farrel ... Farrel ... "ucapnya terbata sembari berusaha mendekat ke arah jasad pemuda yang tertutup
Read more

Part 16

"Mas Farrel masih ingat, dengan mimpiku waktu itu?" tanya Bintang yang membuat Farrel mengangguk cepat. "Ingat, Pak," jawab Farrel sambil mengangguk.Sementara itu, Vio, dan Dino yang belum mengerti dengan apa yang mereka bicarakan, memilih menjadi pendengar. Begitu pun dengan salah satu anggota kepolisian yang memintai keterangan ketiga pemuda tersebut.Bintang memang sempat bercerita pada temannya itu jika berapa bulan tinggal di Desa Karanglor, sering mendengar adanya hal yang menurutnya tidak masuk akal. Sementara temannya yang memang asli penduduk kota ini, dia justru tidak merasa heran dengan apa yang diceritakan oleh Bintang. Laki-laki yang tengah menyimak pembicaraan Bintang dan Farrel itu, memang sering mendengar jika pesugihan di lingkungan pedesaan bukan lagi hal yang aneh walaupun sangat sulit dibuktikan. Menurutnya, para pelaku pencari pesugihan itu sangat rapi dalam menjalankan aktivitas mistisnya."Apalagi mereka mendapati Mas Farrel memergokinya saat ada yang melempar
Read more

Part 17

Laki-laki itu pun memilih pergi menuju ke arah motornya yang terparkir, dengan disertai senyuman miring sekilas. Dia membayangkan, akan ada aliran uang ke dalam rekeningnya jika rencana itu berjalan dengan mulus.Dan semua itu hanya bermodalkan sebuah kelicikan.Teringat beberapa hari yang lalu, saat dirinya hampir dihajar Farrel, ketika kepergok melemparkan bungkusan berisi beras kuning ke pekarangan rumah Bintang. Flashback...Setelah membuat sang bos marah karena hampir saja dirinya tertangkap basah oleh Farrel, Trisno berjalan gontai keluar dari halaman rumah bergaya joglo yang luas tersebut. Pikirannya buntu karena terancam kembali menjadi pengangguran. Dia melajukan motornya seolah tak pernah terjadi apa pun. Namun, tiba-tiba sebuah mobil menghadang laju motornya yang membuat motor laki-laki itu berhenti mendadak. Laki-laki itu mengernyitkan dahi ketika mendengar suara tak asing dari belakang kemudi. "Tris, sini sebentar!" panggil wanita muda berparas cantik itu. "Kamu habis
Read more

Part 18

Seperti biasa jika ada suatu peristiwa yang terjadi maka hal itu, akan dijadikan bahan pembicaraan hangat. Tak terkecuali, berita meninggalnya Hasan yang notabene adalah teman baiknya Farrel ketika keduanya sama-sama masih kecil.Mereka dengan antusias membicarakan kematian Hasan yang diyakini memang dibius terlebih dahulu sebelum dibunuh. Ada yang mendapatkan bocoran berita jika orang yang membunuh Hasan adalah orang yang tahu betul akan pemuda tersebut.Lagi dan lagi dugaan diarahkan ke Farrel walaupun pada saat kejadian pemuda ganteng berambut biru itu tengah berada di tempat latihan. Dan itu juga disaksikan oleh teman-teman juga anak didik Farrel."Bisa jadi kan, dia nyuruh orang buat habisin Hasan? Orang pintar kan begitu, nggak mungkin mengotori tangan sendiri untuk membuat dosa.""Tahu dari mana, Kang?" tanya temannya dengan tatapan mata curiga."Ya ... kan di berita TV begitu, Lek. Polisi menjelaskan, kalau dugaan sementara orang dekat.""Iya, kita tunggu saja hasilnya gimana!"
Read more

Part 19

"Serius Ndul?" tanya Dino dan Vio bersamaan. Farrel menoleh sebentar pada kedua sahabatnya dan mengangguk lemah. Dino kembali bertanya untuk memastikan pendengarannya. "Jadi, kamu pernah jadi sasaran tumbal?" "Menurut yang dialami Pak Bintang di mimpinya, aku sama Rafli, Nyet." Farrel menjawab lirih."Gila, jahat banget orang, licik. Benar-benar pemuja iblis!" sahut Dino dengan geram. Farrel kembali mengangguk dengan wajah murung.Tiba-tiba ada rasa menyesakkan di dalam dada, mengingat dirinya lolos dari sasaran tumbal pesugihan yang entah dilakukan oleh siapa. Sakit, marah, dan dendam mengingat jika Hasan yang tidak mengetahui apa pun harus menjadi korban. "Aku harus cari tahu orang itu, Nyet," lirihnya. "Aku nggak bisa tenang sampai kapan pun sebelum pemilik pesugihan itu mengakui perbuatannya," ujarnya sembari melangkah menuju ke motornya, diikuti oleh Vio dan Dino."Tapi, bagaimana caranya kita tahu, Ndul?" tanya Vio bingung. Farrel terdiam lalu mendengus kasar. "Temani aku ke
Read more

Part 20

"Pak Bintang, kenapa Bapak malam-malam ada di sini?" Bintang menoleh setelah bisa menguasai diri dari keterkejutannya. Laki-laki itu tersenyum sekilas kemudian menggeleng samar. "Nggak apa-apa kok, Pak Agus, tadi saya pulang kerja terus berhenti di sini," jawabnya ragu sambil kembali mengedarkan pandangan ke sekeliling. "Tempat ini sangat sepi, Pak, apalagi sejak ditemukan Hasan meninggal di sini. Jadi, masyarakat semakin jarang lewat sini. Mereka lebih suka lewat jalan lain kalau mau ke Desa Karanglor," ucap Agus sambil ikut memperhatikan sekeliling."Iya Pak, kalau saya ya, sudah biasa mau lewat pemakaman sekali pun. Sudah risiko.""Apa ada perkembangan mengenai kasusnya Hasan, Pak?" tanya Agus lagi.Bintang mengangguk sekilas. "Iya Pak, semoga pelakunya itu segera tertangkap," jawabnya.Kemudian Bintang berjongkok di rerumputan, ketika melihat suatu benda. Sementara, Agus mengikuti Bintang dengan pandangannya. "Kancing baju?" gumam Bintang lirih, kemudian mengambil benda kecil itu
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status