Semua Bab Kesombonganmu Kubayar Tunai: Bab 41 - Bab 50
150 Bab
Ketakutan Daffi
Pov Author**Daffi baru saja tiba di apartemen tempat mereka tinggal. Setelah turun dari mobil, ia berjalan sambil bersiul. Senyuman seolah tak pernah lepas dari wajah tampannya. Tak lupa ia membawa coklat pesanan Riana yang tadi sudah dibelinya. Dalam benak Daffi, ia terus membayangkan bahwa sesaat lagi akan menikmati indahnya 'surga dunia' bersama sang istri, terlebih setelahnya mereka juga akan segera berangkat liburan ke Bali. Entah kenapa setelah mereka kembali bersama, Daffi seakan candu pada tubuh istrinya. Hampir setiap hari ia selalu mengajak Riana untuk berhubungan. "Ah, Riana, kau membuatku gila!" gumamnya sambil menaiki lift menuju lantai lima, lantai tempat unit mereka berada. Ia bermaksud untuk memberi kejutan pada istrinya itu dengan cara langsung masuk ke dalam dengan menggunakan kunci cadangan. Riana pasti sudah menunggunya dengan menggunakan lingerie merah muda sesuai dengan yang ia pinta tadi. Dada Daffi berdegup kencang, walaupun sudah berumah tangga selama tujuh
Baca selengkapnya
Menduga-duga
Pov Author***"Apa maksud kamu kalau Riana hilang?" cecar Sahid Anwar. Setelah melihat rekaman CCTV, Daffi memutuskan untuk segera menemui pengacara itu. Ia lalu menceritakan kejadian di apartemen sekaligus menunjukkan rekaman CCTV kepada Om Sahid. "S*it! Siapa pria itu? Kalau benar Riana di dalam koper, apa maksudnya menculik Riana dengan cara begitu?!" geram Sahid. "Fikri, cepat bawakan catatan kasus yang sedang dan sudah selesai ditangani Riana. Cepat!" seru Sahid pada staffnya melalui telepon. Pengacara berusia lima puluh tahunan itu berpikir keras. Ia tidak menemukan hal yang mencurigakan dari berkas yang sedang dibacanya. Semuanya nampak normal dan biasa. Ia juga sudah bertanya pada Fikri dan rekan kerja Riana yang lain, tapi petunjuk masih nihil. Sahid juga merasa bahwa Riana tidak memiliki musuh, begitupun dengan Daffi. "Riana, semoga kau baik-baik saja." Sahid mendengkus kasar sambil memijit pelipisnya. Ia terlihat begitu khawatir. Biar bagaimanapun, Riana sudah dianggap
Baca selengkapnya
Bebas
Sepeninggal pria asing itu, aku duduk terdiam beberapa saat di atas ranjang, mencoba mencerna fakta yang baru saja kutemukan di depanku. Bahkan saat ia pergi berlari menjauh dan mengunci pintunya pun tak kuhiraukan lagi. Di tengah kebingunganku, kira-kira beberapa menit kemudian, terdengar decit ban kendaraan yang berhenti di dekat tempatku berada kini. Ramai langkah kaki bergerak semakin mendekat. Kedengarannya mereka ada empat sampai lima orang. "Ri, Riana! Lo ada di dalam?" Terdengar suara Rafif yang tiba-tiba sudah menggedor pintu yang tadi sempat dikunci oleh si penculik. Suaranya sontak menyadarkanku dari lamunan. Cepat kubangkit dan berusaha mendekati sumber suara. "Fif, gue di dalam!" pekikku. Kucoba untuk menggerakkan handel pintu tapi pintu tidak mau terbuka."Daf, Riana udah ketemu, dia ada di sini!" teriaknya lagi. Sepertinya ia memanggil Mas Daffi. "Ri, lo mundur, ya. Biar gue dobrak pintunya!" titah Rafif yang langsung kupatuhi. Tiba-tiba pintu terbuka dengan kasar.
Baca selengkapnya
Foto yang Memalukan
"Apa Sayang? Siapa dia?""Mmh, nggak tahu, Mas. Aku masih belum yakin. Maaf kalau aku bikin bingung, ya, Mas.""Kamu pasti syok banget, ya? Dasar penjahat s**lan! Coba saja kemarin Mas datang lebih awal, mungkin Mas bisa mencegah peristiwa itu. Lagi pula, dia berani sekali menculikmu sore hari dan datang ke apartemen!" geramnya. "Sudahlah, Mas. Semuanya sudah terjadi, yang penting aku ga kenapa-napa dan bisa kembali sama Mas lagi." Suasana kembali hening. Sebenarnya banyak sekali yang ingin kutanyakan pada Mas Daffi mengenai banyak hal. Mengenai bagaimana cara penjahat itu bisa membawaku tanpa diketahui oleh petugas keamanan apartemen, bagaimana sampai akhirnya Mas Daffi bisa datang menyelamatkanku dan yang paling membuatku penasaran mengapa saat itu Mas Daffi bisa bersama dengan Rafif. Tapi ragaku terasa begitu lelah. ***"Ibu, Liana kangen. Ibu perginya lama banget, si," ujar gadis kecil itu sambil menyandarkan kepalanya di dadaku yang kubalas dengan memeluknya penuh kasih. "Ibu
Baca selengkapnya
Tatapan Penuh Cinta
"Eh, gak kenapa-napa, kok, Mas. Aku cuma mematikan alarm aja tadi," ucapku terpaksa berbohong. Dengan gerakan cepat, segera kumatikan kembali layar ponsel. Untung saja Mas Daffi masih setengah sadar jadi ia belum melihat secara jelas gambar yang nampak di layar ponselku. Bergegas kuletakkan kembali ponsel di atas nakas di samping tempat tidur dan kembali keperaduan agar Mas Daffi tidak curiga, meskipun tadi aku belum sempat menghapus semua foto-foto itu. "Mas, kita tidur lagi aja, yuk, masih larut malam," ujarku seraya memeluk pelan tubuh Mas Daffi dan mengajaknya kembali berbaring. Dalam sekejap, Mas Daffi kembali terlelap. Duh, hampir saja. Kalau sampai Mas Daffi tau mengenai foto ini, bisa kacau semuanya. Besok setelah bangun tidur, akan kuhapus semua foto memalukan itu dan mencari tau siapa pemilik nomor asing yang telah mengirimnya. Apakah benar itu adalah nomor lain dari seseorang yang saat ini sedang terbersit di pikiranku? Tega sekali jika benar dia yang melakukannya. ***"
Baca selengkapnya
Pindah Rumah
Hari minggu itu, kami pindah dari apartement ke rumah di daerah Jakarta Selatan. Rumah yang Mas Daffi belikan khusus untukku. Lokasinya lumayan dekat dengan sekolah Liana dan kantor Mas Daffi. Liana begitu bahagia karena akhirnya bisa kembali tinggal di rumah yang cukup besar, karena ia juga sudah tidak mau kembali tinggal di rumah lamanya. "Liana males tinggal di sana lagi. Nenek dan Tante Friska masih sering datang," celotehnya waktu itu. Rumah baru kami cukup besar, walaupun memang tidak sebesar rumah lama. Namun, menurutku ini sudah lebih dari cukup. Rumah bergaya Eropa klasik yang terdiri dari beberapa tiang. Di dalamnya Mas Daffi sengaja meletakkan banyak sekali ornamen dan ukiran unik yang merupakan ciri khas dari daerah Jepara. Daerah asal Papa Asmoro. Rumah ini memiliki langit-langit yang cukup jauh sehingga dari luar, rumah terlihat sangat tinggi. Membuat siapapun yang berada di dalamnya terasa sejuk dan nyaman. Tidak hanya pada bagian interiornya saja, pada bagian ukiran
Baca selengkapnya
Tamu tak Diundang
"Duh, istri siapa si ini? Hatinya mulia sekali," lirihnya tepat di telingaku hingga mampu membuat rambut halus di beberapa bagian tubuhku jadi terbangun."Istri Mas Daffi," jawabku malu-malu."Nanti, ya, Sayang. Kalau mas rasa waktunya sudah tepat, mas janji kita akan menemui mama dan mengatakan kalau kita sudah kembali bersama lagi."Lalu tanpa kata lagi kami pun sudah tak berjarak. Diiringi untaian tasbih yang senantiasa terucap di dalam hati, di dalam kamar yang baru malam ini kami tempati dan di atas ranjang yang cukup besar, raga dan jiwa dua orang insan yang saling mencinta kemudian menyatu. ***Pandanganku terasa kabur. Kepala pun terasa begitu berat. Kucoba untuk membuka mata tapi sangat sulit. Ada apa denganku? Kenapa badan rasanya pegal semua? Beberapa detik kemudian, terasa gejolak aneh dalam perut. Membuatku terbangun dan langsung menuju ke toilet. "Hoek, hoek!" Napasku tersengal naik turun menahan rasa mual yang mendadak muncul. "Hoek!""Sayang, kamu kenapa?" tanya Mas
Baca selengkapnya
Bukti
Supaya ia segera pergi ke dapur untuk membuatkan minum. Semoga saja sebentar lagi Mas Daffi pulang. Jujur, aku bingung bagaimana harus menghadapi mereka berdua yang mendadak muncul seperti ini. "Mana Daffi!" tanya Mama Juwita dengan angkuh. "Mas Daffi belum pulang, Ma. Mungkin sebentar lagi. Oh iya, gimana kabar Mama?" ucapku sesopan mungkin sambil berusaha mencium punggung tangannya. "Baik," jawab Mama Juwita sambil menyilangkan kaki dan menepis kasar tanganku. Sabar, Riana. Sabar. "Silahkan diminum Nyonya, Non." Untung saja Bik Sumi segera datang dengan membawakan minuman untuk mereka. Menghilangkan rasa canggungku berada di tengah-tengah mereka. "Terima kasih," ucap Friska tanpa menyentuh minumannya."Pantas saja selama ini Daffi sudah tidak pernah lagi mengunjungiku. Ternyata karena kamu, tho." Dengan sorot mata yang merendahkan, Mama Juwita memindaiku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sikapnya tidak berubah. Masih sama seperti dulu sebelum aku meninggalkan rumah Mas Daff
Baca selengkapnya
Manusia Biasa
Loh, kenapa foto itu bisa ada sama Friska? Ada hubungan apa dia dengan penculik itu? Degup jantungku mendadak melaju cepat. Membayangkan bagaimana reaksi Mas Daffi setelah melihat foto di tangannya. Belum tuntas rasa penasaranku, Mas Daffi kembali bicara. "Jadi ... penculikan kemarin itu hanya akal-akalanmu saja, Ri? Mas pikir kamu sedang dalam bahaya. Ini malah asyik selingkuh dengan pria lain!" "Mas, denger dulu! Aku juga ga tau apapun mengenai foto-foto itu. Dia tidak berbuat apa-apa padaku, Mas. Aku ....""Lihat, buktinya kamu sekarang membelanya! Sudah cukup Riana! Mas, ga mau dengar penjelasan apapun lagi dari kamu! Mulai sekarang, pergi dari rumahku!" "Bagus, Daf!" cibir Friska. "Rasakan kau wanita jelek!" Mama Juwita tersenyum bangga. Tiba-tiba Mas Daffi tertawa. "Sudah puas, Ma? Lo juga, Fris, seneng? Kalimat seperti tadi, kan, yang ingin kalian dengar dari mulutku?" Ha? Mas Daffi kenapa? "Nih, Ser! Ambil kembali ponselmu!""Daf, maksud kamu apa?" geram Mama Juwita. "
Baca selengkapnya
Permintaan Friska
Setelah mendengar kalimat Mas Daffi barusan, ikatan di dada ini perlahan mengendur. Syukurlah dia tidak meragukanku. Kuhela napas dalam berkali-kali untuk membuat hatiku semakin membaik. "Jadi, sekarang Mas Daffi maunya gimana?" lirihku."Biarkanlah dulu seperti ini. Semoga seiring waktu, perasaanku bisa segera membaik."***Akhirnya kami sepakat untuk pisah rumah sementara. Mas Daffi memutuskan untuk kembali tinggal sementara di rumah lamanya, dengan masih sesekali mengunjungiku. Sedangkan Liana akan tetap tinggal bersamaku.Sedih memang, tapi tidak ada yang bisa kuperbuat. Berkali aku membujuknya agar ia tetap di sisiku, tapi egonya terlalu tinggi. Harga dirinya sudah terlalu jatuh dengan kejadian penculikan kemarin. Bahkan rengekan dari Liana pun tak dapat membatalkan rencananya. "Papa cuma pergi sementara aja, Sayang, lagi ada kerjaan yang cukup rumit dan butuh konsentrasi." Itu alasan yang Mas Daffi kemukakan pada Liana. "Doakan aja biar cepat selesai, ya. Papa juga berharap bisa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status