Semua Bab Bodyguard Kesayangan Nona Muda: Bab 41 - Bab 50
173 Bab
Wajah Asli Seorang Ibu
"Apa katamu? Mama?" Risty bertanya dengan nada mengejek, "Mama gatal begitu, kah?!" "Risty! Jaga bicaramu!" "Untuk apa aku menjaga bicara dihadapanmu, Nyonya Rira? Ah ... salah. Yang benar Nyonya Ferdinand. Istri si sopir Ferdinand yang ganjen itu." "Ini yang kamu dapat dari hidup di luar dengan dalih ingin mandiri, Risty?!" Risty dan ibunya saling beradu argumen dihadapanku tanpa tahu malu. "Dan apa yang kamu dapat dengan dalih ingin membuka bisnis sendiri?! Apa itu cuma alasan biar mendiang Papa nggak curiga kalau kamu dan si Ferdinand sialan itu lagi ena-ena di ruko yang kamu sewa?!" Tawa mengejek Risty makin terdengar penuh cibiran dan emosi. "Lalu menghasilkan produk manusia sampah kayak Ziany? Well, Bapaknya aja sampah, jadi jangan ngarep anaknya nggak lebih baik dari air comberan!" "Be***ah lo, Ris! Jangan hina gue!" Ketika Ziany akan merangsek menggapai tubuh Risty, aku segera menahan kedua tangannya ke belakang. Hingga ia memekik tidak terima dan kesakitan. "Lepa
Baca selengkapnya
Kekasih Saya Sedang Marah
Aku menjauhkan tubuh Risty secara paksa begitu lift menghentak lantai dasar. Aku tidak mau orang beranggapan bahwa kami sedang melakukan tindakan asusila di dalam lift hotel. Masalahnya bisa panjang jika pihak berwajib melaporkan hal ini pada keluargaku. "Mau sampai kapan lo di dalam, Ris?" tanyaku ketika Risty menunduk dengan tangan menyeka air mata. Begitu pintu lift akan tertutup, aku menggunakan kakiku untuk menahannya agar tidak tertutup kembali lalu menarik tangan kiri Risty. "Ini udah di lobby, Ris." "Gue tahu dan gue nggak katrok!" Kemudian dia berjalan lebih dulu ke arah dimana motor sportku terparkir. Memakai helm miliknya lalu menungguku menghidupkan motor lebih dulu. Kemudia ia menaiki jok belakang. "Club atau apapun itu yang buka di sore yang menyebalkan ini!" Aku menoleh begitu ia memintaku membawanya pergi ke tempat durjana itu. "Cepet, Rado! Gue pusing!"Jika healing yang diinginkan Risty dengan mendatangi club malam, aku tidak akan mewujudkan keinginannya. Aku
Baca selengkapnya
Adegan 18+
"Dua kali lo berani-beraninya ngaku-ngaku jadi cowok gue? Emang lo siapa?!" Risty bersedekap kesal lalu membuang muka ketika kami sudah duduk di kursi yang kupesan. Kursi kafe Ombak Laut yang menghadap gelapnya Pantai Ancol. "Sorry, gue sadar sama status kita. Tadi gue cuma nggak ada pilihan karena kita dilihatin banyak orang." "Gue maafin." "Thanks." Syukurlah Risty menyadari bahwa kegaduhan yang terjadi diantara kami tadi lebih banyak disebabkan karena ulahnya. Mana mungkin pramusaji kafe mau membawakan menu makanan ke pesisir pantai? Ada-ada saja permintaan Risty. Setelah pramusaji mencatat menu makan malam kami, Risty beralih meneguk lemon cooler miliknya hingga tandas. Entah dia haus atau karena hatinya kembali panas. Lalu kami memilih saling diam hingga pramusaji datang menyajikan menu makan malam kami. "Mas, gue mau menu makan malam ini, lo bawa ke pesisir pantai disana. Bisa kan?!" pinta Risty tanpa tahu malu. Pramusaji itu bingung lalu memandangi kami bergantian. "
Baca selengkapnya
Lanjutkan Saja Di Dalam Kamar
Aku melepaskan diri dari pelukan paksa Risty karena penasaran dengan adegan 18+ apa yang dia maksud. Begitu bisa membebaskan diri, aku segera membalik badan sambil melangkah cepat menuju pintu samping rumah yang terhubung dengan garasi. Damn!!! "Oh hell, God!" Risty berseru di belakangku, "Gue udah bilang, kan?! Lo nggak percaya." Mbak Sasha sedang dicium penuh nafsu oleh Mas Kian ketika mereka sedang berada di dapur. Tubuh Mbak Sasha sengaja dihimpitkan Mas Kian ke tepi kitchen counter table. Lalu tangannya sudah menelusup ke dalam pakaian rumahan Mbak Sasha dengan bibir mereka saling bercumbu. "What a hot couple! Ini masih sore loh. Dan Mas Kian udah nggak sabar aja, mana masih pake baju kerja," Risty berucap untuk membuat kobaran di hatiku membuncah. Ketika aku akan melangkah untuk membuat kegaduhan agar mereka melepas percintaan yang menggelora itu, Risty langsung menahan tanganku. "Jangan ganggu mereka, Rado! Mereka mau bikin adiknya Shakira!" Aku menatap Risty tajam, "
Baca selengkapnya
Dua Ronde Yang Membuat Panas Hati
Mendengar desahan wanita yang kucintai sedang bergelung penuh hasrat bersama suaminya, membuat emosiku memuncak hingga ubun-ubun. "Harusnya kamu itu jadi milikku, Mbak!" desisku. Di sore yang temaram ini, Mbak Sasha sedang bercinta dengan Mas Kian, suaminya. Dan tanpa mereka sadari, ada aku yang amat terluka karena hanya bisa mencintai Mbak Sasha tanpa bisa memilikinya. Kedua tanganku terkepal lalu meletakkan perlengkapan P3K begitu saja di depan pintu kamarku. Lalu aku melangkah cepat ke dapur untuk mengambil dua gelas kaca kemudian kembali menuju kamar. "Aku nggak akan biarin kalian bercinta lalu aku merana lihat kalian bahagia!" Dengan tenaga penuh, aku melempar kedua gelas kaca itu hingga membentur pojok dinding. Pyar! Pyar! "Mereka pasti berhenti," gumamku yakin. Karena tidak mungkin mereka tetap melanjutkan percintaan ketika mendengar suara pecahan kaca yang teramat jelas. Aku kembali mengambil kotak P3K lalu masuk ke dalam kamar. "Suara apa itu, Do?" Risty bertanya
Baca selengkapnya
Tapi Dengan Satu Syarat
“Astaga! Hantu!” Risty terkejut begitu menghidupkan lampu dapur karena ada aku yang sedang duduk di kursi dapur. “Gue Rado. Bukan hantu.” Risty mengusap dadanya dengan nafas naik turun, “Lagian lo ngapain sih disini kagak mau hidupin lampu?” Kemudian ia berjalan menuju kulkas lalu mengambil satu minuman kaleng dingin. Membukanya lalu ikut duduk di sebelahku. Aku melirik pakaian tidurnya yang … astaga … membuatku sakit mata. Kaos lengan pendek warna merah yang menampilkan perban di lengan kirinya. Dipadu dengan celana pendek sepaha. “Lo lagi merenung?” Tanganku bergerak mengambil minumanku kemudian meneguknya hingga habis. Lalu memutar kursi Risty agar menghadapku sepenuhnya. Meletakkan kedua tanganku di sisi kanan kiri kursi agar Risty tidak lari. “Denger, Ris! Gue kesel sama kelakuan lo yang sok melengketkan Mas Kian sama Mbak Sasha! Manas-manasin gue sama kemesraan mereka! Apa mau lo, heh?!” “Inget! Tugas gue cuma sebatas jadi bodyguard lo! Nggak lebih! Jadi jangan masuk ke
Baca selengkapnya
Nurut Atau ...
Apotek Risty yang berada di Fatmawati telah dipasang garis polisi siang itu juga setelah ia berembuk dengan ketiga teman borjuisnya yang ikut membangun apotek itu. Setelah dinyatakan tutup sementara dan menunggu hasil investigasi dari polisi, Risty memilih meninggalkan ketiga teman dan karyawannya yang sedang dimintai keterangan di kantor polisi. "Lapor polisi itu nggak guna. Karena gue tahu siapa lawan gue," ucap Risty dengan ekspresi sedih ketika duduk di bangku penumpang. Aku sedang fokus mengemudi menuju lokasi perumahan yang Risty tunjukkan melalui peta yang ada di ponselnya. "Siapa?" tanyaku. Dia diam lalu membuang pandangan keluar jendela mobil hingga kami tiba di lokasi yang Risty tuju. Di depan sebuah rumah bertingkat dengan bangunan megah dan pagar tinggi. Mirip dengan rumah Mas Kian yang kutinggali. Rumah siapa kah ini? "Gue udah di depan," ucap Risty dari sambungan telfon. Begitu si pemilik rumah keluar, Risty juga bergegas keluar dari mobil lalu menghampiri lel
Baca selengkapnya
Lagi Mandi Besar
"Lepasin gue!" Ziany memberontak lalu Risty memberi kode agar aku memasukkannya ke dalam mobil Richard. Namun Richard melayangkan protes karena satu mobil dengan Ziany dan kedua preman itu. Sedang Risty menaiki mobilnya denganku. "Sayang, kok kamu nggak sama aku?" "Rich, gue pusing. Sementara turutin apa mau gue atau kita bener-bener nggak bisa balikan!" Lalu Richard menatapku garang. "Jangan sentuh cewek gue!" Richard tidak bisa berkutik dan melajukan mobilnya dengan hati kesal. Tanpa dia ketahui bahwa hubunganku dengan Risty tidak lebih dari sekedar majikan dan bodyguardnya. "Kenapa lo nggak semobil sama Richard? Biar dia nggak salah paham sama gue," ucapku sambil mengemudikan mobil Risty. Tujuan kami sekarang kembali ke apotek Risty yang ada di Fatmawati. Risty menoleh ke arahku dengan tangan bersedekap dan paha kaki kanan diletakkan di atas paha kaki kirinya. Lalu tangannya mengambil topi hitam dari kepalaku lalu sedikit mengacak rambutku dengan jemarinya. "Apaan sih
Baca selengkapnya
Maksud Lain Keusilan Risty
Mengatakan Risty sedang mandi besar pada Richard? Aku masih punya otak untuk tidak menuruti keinginan gila majikanku ini. Lalu tanpa jawaban atau salam, aku memutus panggilan dari Richard dan menaruh ponsel Risty di bangku ukir yang kami duduki. "Jawab aja sendiri!" dengusku kemudian berdiri menuju pembatas besi yang ada di rooftop rumah. Aku hampir terpesona dengan paha mulusnya dan sebaiknya ... menjauh. Huuuft... "Kan gue minta tolong ceritanya." Kini Risty ikut berdiri di sebelahku namun kami berjarak. "Lo kayak cewek nggak ada harga diri nempel-nempel ke gue." "Kenapa emangnya? Lo terangsang?" Aku menatapnya dengan alis berkerut. "Bukannya kemarin lo bilang meski gue telanjang sekalipun lo nggak bakal nafsu? Kenapa sekarang ngatain gue nggak ada harga diri gara-gara bersandar di pundak lo?" Lebih baik membuang muka karena sejujurnya tidak ada kucing yang tidak suka dengan ikan tuna. Hanya saja, aku masih waras untuk tidak memakan ikan tuna yang bukan milikku. "Dasar mun
Baca selengkapnya
Sore ... Sayang
"Astaga, Risty! Kenapa telfon sama pesan gue dari tadi nggak lo balas?" geramku begitu ia mengangkat panggilanku. "Sorry, Rado! Gue ... lagi nongkrong sama Kaika." "Lo dimana sekarang? Urusan gue udah kelar." Sebagai bodyguardnya, aku wajib memastikan apakah majikanku ini baik-baik saja. Serta bagaimana dia kembali pulang karena tadi kami berangkat menggunakan motorku. Kecuali Risty memilih pulang menggunakan taksi atau diantar sahabatnya. "Nongkrong, Rado." "Gue jemput, kita pulang sekarang." "Dih, ini masih jam tiga siang, Rado. Pulang nanti aja." "Cewek nggak baik keluyuran." "Tumben lo khawatir sama keadaan gue? Jadi ge-er." Risty dan sepaket kekonyolannya kadang membuatku tidak habis pikir. Bagaimana bisa dia begitu percaya diri. "Gue menjalankan tugas sebagai bodyguard lo. Lagian lo habis bertengkar sama Ziany, siapa tahu lo dimata-matai sama suruhannya. Ngerti lo sendirian, bisa-bisa besok lo tinggal nama doang." "Jelek doa lo, Rado!" "Share lokasi lo dimana. Gue j
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
18
DMCA.com Protection Status