All Chapters of KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU: Chapter 21 - Chapter 30
66 Chapters
Bab 21
Pov KenzoAku tengah mengikat rambut sebahuku ketika tampak sosok tinggi tegap menaiki anak tangga tergesa. Seketika sebuah benturan terasa menghantam dada. Bang Iqbal tampak menenteng plastik bening yang didalamnya, aku sangat hapal isinya apa. Dia membawa kebab yang sama seperti yang tengah kupesan sekarang. “How f*ck you are!” Aku mengepal ketika Abangku melewati ruanganku tanpa menoleh sedikitpun, lalu ke mejanya dan disambut senyuman manis yang tak pernah diberikannya padaku. Rasa marah yang meluap, membuatku lekas mematikan laptop dan gegas pergi dan memakai hoodie warna hitamku. Melihat sepasang manusia itu saling lempar senyuman, entah kenapa membuat rasa panas membakar di dalam sini. Aku berjalan menuruni tangga. Aku baru hendak mendorong pintu kaca dan meninggalkan bangunan yang kujadikan tempat usaha ini ketika seorang tukang ojol dengan jaket hijau mendekat. Dia menenteng plastik kebab.“Selamat sore, Pak! Apa sudah tutup, ya?” tukang ojol itu mendekat ke arahku yang bar
Read more
Bab 22
Pov DivaAku duduk pada kursi kayu yang ada di dapur. Lantas meneliti pengirim paket itu. Seketika kedua netraku membulat melihat nama pengirim yang tertera di sana. Setelah nama asli dan alamat lengkapku, dia menuliskan satu kata yang membuat aku langsung terhenyak dan kaget luar biasa. Dari Pangeran, untuk Cinderella. Aku bangkit dan mengambil gunting untuk memotong lakban yang melapisi paketan ini. Kubuka perlahan dengan hati penuh tanya. Siapa sebetulnya sosok Pangeran. Kenapa dia bisa tahu alamatku, sedangkan kami sendiri sama sekali tak saling kenal dan belum pernah bersua. Apakah Pangeran itu Mas Iqbal? Ah, kuharap iya. Paketan ini juga datang pada saat setelah acara lamaran selesai. Semoga saja, jika benar, maka aku akan teramat sangat bersyukur. Sosok asing yang sudah membuatku merasa nyaman itu tak lain adalah calon suamiku sendiri. Senyum terukir di bibirku, mengingat tak ada lagi tersangka yang bisa aku tuduh selain dia. Ya, siapa lagi kalau bukan dia, entah kenapa aku
Read more
Bab 23
Pov Putri “Putri! Mbak sebetulnya yang kasihan sama kamu. Kenapa sih, gak berhenti recokin kehidupan, Mbak. Asal kamu tahu, Mbak bukan orang beg* yang gak paham, itu semua foto-foto lama. Asal kamu tahu, yang harus kamu waspadai itu suami kamu, Put.” Tiba-tiba Mbak Diva berbicara seperti itu. Kalimat yang mampu membuatku terkejut luar biasa. Setahuku, Mbak Diva gak pernah mengurusi atau mencampuri kehidupan orang lain, apalagi hidupku. Meskipun, aku tetap ingin mencampuri hidupnya. Entah kenapa hati kecilku begitu gak rela lihat Mbak Diva yang selalu lebih disayang Ibu dan Bapak itu hidup lebih bahagia dariku. “Mbak hapal betul, itu Mas Imam. Dan itu foto baru, lihat saja tanggal yang tertera pada saat pengambilan foto itu. Jadi, sebaiknya kamu urus saja suami kamu, jangan terus-terusan recokin hidup, Mbak. Mbak dan Mas Iqbal akan tetap menikah dan kami sudah saling percaya!” tukasnya dengan tegas dan menatapnya tajam. Aku yang tengah mengunduh file yang dia kirimkan menelan saliv
Read more
Bab 24
Pov Imam Andai waktu bisa kuputar kembali. Aku ingin sekali mengubah semuanya seperti semula. Diva yang kutinggalkan, semakin hari, justru semakin mempesona. Sementara itu, perempuan yang kunikahi, ternyata hanya membuat kepala semakin nyut-nyutan setiap hari. Putri, perempuan yang sudah membuatku ketagihan dengan pelayanannya di atas ranjang, perlahan menunjukkan sisinya yang lain. Dia tak hanya boros, tetapi sama sekali tak bisa membedakan mana priortas dan mana keinginan. Bahkan, kerap kali dia mengungkit uang yang memang sejak dulu kujatahkan untuk Ibu dan adik-adikku. Sebulan pertama menikah, hubungan kami harusnya sedang manis-manisnya. Hanya saja, sayangnya, dia selalu saja membahas masalah keuangan. Hal yang benar-benar membuat aku merasa tak dihargai sebagai suami. Aku masih berusaha sabar, meskipun hal itu sudah kerap menimbulkan riak-riak tengkar kecil dalam hubungan kami yang belum seumur jagung. Kuberikan dia pengertian perlahan, tetapi ternyata tak masuk sedikit pun
Read more
Bab 25
Pov Diva [Diva, Putri masih belum sadarkan diri. Dia keguguran. Imam] Aku melonjak kaget ketika membaca sederet pesan dari nomor Putri. Kubaca lagi, tetapi isinya tetap sama. Di sana tertera dengan jelas jika Putri keguguran. Lekas kupijit nomor telepon milik adikku tersebut hingga akhirnya panggilan pun terhubung ke sana. “Hallo! Assalamu’alaikum!” “Wa’alaikumsalam ….” Kudengar suara lemas seorang lelaki yang menjawab telepon tanpa semangat. “Mas, kenapa Putri?” Helaan napas kasar kudengar sebelum suara Mas Imam yang kini menggantikannya. “Putri keguguran, Va. Dia sedang persiapan operasi kuret saat ini.” “Kok bisa, Mas?” Aku tersentak kaget. Ingat sekali ketika dia pergi dengan penuh emosi meninggalkan rumah ini. “Panjang ceritanya, Va. Cuma minta sampaikan saja pada Bapak dan Ibu. Cukup bantu doa.” “Baik, Mas. Dirawat di mana, Putri, Mas?” Aku mengucap lemah. Rasanya tetap iba, walau Putri memang menyebalkan, tetapi dia tetap adalah adik kandungku sendiri.“Di Rumah Sa
Read more
Bab 26
Pov Diva “Ah iya, aku lupa.” Kuhendak menutup kembali tutup stereoform ini. Namun, satu tangan Mas Iqbal menahannya.“Kok malah ditutup lagi, Va?” Aku melongo, bukannya dia sendiri yang bilang susah lagi nyetir, ya? “Kan lagi nyetir, Mas?” “Hmmm, tangan Mas memang sibuk, tapi tangan kamu ‘kan bebas.” Eh, maksudnya apa ini? Apakah ini kode kalau Mas Iqbal minta disuapin? Duh, tiba-tiba aku jadi malu sendiri kalau kayak gini. “Jadi?” Aku menatap wajah tampan yang tampak dewasa dan tenang itu. “Suapin,” kekehnya seraya mengulum senyuman. Tuh kan, ternyata sudah mulai modus. Namun, akhirnya aku menurut juga. Kuambil satu biji kue tersebut lantas mulai menyodorkan ke bibirnya. Rasanya badan panas dingin dan waktu berhenti berputar ketika bibir lembutnya menyentuh jemariku. “Enak,” tukasnya ketika dia sudah berhasil menyelesaikan kunyahannya. “Ibu yang bikin,” tukasku memberikan informasi yang sebetulnya orang lain pun sudah tahu, termasuk Mas Iqbal, kurasa.Dia manggut-manggut, t
Read more
Bab 27
“Maafin karena dulu, aku sudah ambil Mas Imam dari kamu. Sekarang aku merasakan sakit yang mungkin dulu kamu rasakan, Mbak. Mas Imam berbuat tak senonoh dengan perempuan lain, Mbak. Dia meniduri perempuan lain, Mbak.” Aku mendengar jelas rasa pedih yang terucap dari setiap kalimat yang Putri ucapkan. Aku termangu, benarkah apa yang aku dengar? Putri meminta maaf? Namun, belum habis pikiranku saling bertali dengan pertanyaan. Putri sudah memelukku dan menangis sejadi-jadinya. Isaknya terdengar pilu seolah memang dia benar-benar tersakiti. Aku membiarkannya menumpahkan air mata. Ya, aku tahu rasanya sesakit apa. Mungkin yang Putri rasakan belum seberapa, karena dia diselingkuhi dengan perempuan lain yang mungkin dia sendiri gak kenal. Berbeda denganku dulu, yang bahkan sakitnya belum menghilang sampai sekarang.Ternyata memang benar, semua tak luput dari perhitungan-Nya. Ketika kita pasrah, rupanya bukan berarti sebuah perbuatan akan terbebas tanpa balasan. Aku bukan menyumpahi Putri,
Read more
Bab 28
Pov Diva Aku bergegas mendorong daun pintu dan hendak mengeluarkan sepeda motorku, tetapi alangkah kagetnya ketika di luar sana ternyata seseorang sudah duduk manis di atas sepeda motornya dengan rambut diikat ke belakang. Dia tengah bersedekap dan diam menatap ke arahku yang baru muncul dari pintu. “Kenzo?” Aku menautkan alis dan menatapnya dengan sinis. Huh, padahal tadi malem gak mimpi apa-apa? Kenapa kekacauan mendatangiku bahkan sejak pagi buta? Bertemu Kenzo, sama saja dengan bertemu dengan masalah. Semoga saja, kali ini pradugaku salah. “Bang Iqbal nyuruh gue jemput ke sini! Dia bilang, khawatir kalau lo bawa motor sendiri, habis perjalanan jauh, capek.” Aku belum melontarkan pertanyaan ketika Kenzo sudah menjelaskan dengan sendirinya. “Saya mau nganter ini dulu ke Bu Faridah, Pak. Jadi, Pak Kenzo silakan duluan saja!” tukasku seraya menunjukkan plastik berisi kue yang kutenteng.“Ck! Lo nolak gue? Kalau di luar tempat kerja, gak usah sok formal dan panggil gue Bapak. Gue
Read more
Bab 29
Pangeran, sosok dunia maya yang sepertinya tak akan pernah menjadi nyata. Berulang kali aku mencoba mengirimi dia pesan, tetapi tak lagi ada balasan. Apakah memang dia sudah tak pernah menggunakan akunnya lagi? “Kamu itu siapa sebetulnya, Pangeran?” batinku ketika menatap layar chat yang sudah tujuh kali kukirimi pesan, tetapi tak ada balasan. Meskipun pernah memutuskan untuk tak mencari tahu dan mengabaikan, tetapi entah kenapa naluri begitu penasaran. Hanya saja, kalau masalah masa depan, aku juga tak mau ambil risiko. Tak akan aku mengorbankan yang nyata demi yang semu seperti dia. Setelah itu, kembali bekerja dan menunggu jam pulang. Sudah beberapa hari juga, Bos Kenzo yang menyebalkan itu tak datang. Katanya sedang visit ke kantor cabang lainnya. Hidupku sedikit tenang, hanya saja gimana, ya, nanti kalau kita sudah jadi keluarga. Dia akan jadi adik iparku, apakah sikapnya masih akan bossy dan judes seperti sekarang? Hari pernikahanku dengan Mas Iqbal hanya tinggal sekitar dua
Read more
Bab 30
“Va, bangun!” tepukan lembut pada pipi membuatku mengerjap. Tangan dingin Ibu membuatku yang tertidur lambat akhirnya bangun juga.“Sudah jam berapa, Bu?” Aku beringsut duduk dan bersandar pada tepian dipan.“Jam empat. Lekas mandi, wudhu terus solat ! Ibu sudah siapin air hangat buat kamu mandi.” Aku mengangguk, lantas membiarkan Ibu keluar dari kamar dan kembali ke kamarnya. Beberapa tetangga sudah bangun dan mulai merebus air di samping rumah. Nyala kayu bakar tampak terlihat dari pintu samping yang memang terbuka. Ada juga yang mulai menghangatkan kue-kue yang semalam sudah berhasil dibikin. Aku mengguyur tubuhku dengan air hangat yang Ibu siapkan. Terasa segar dan mengusir rasa pegal dan tak nyaman yang sejak semalam datang. Tak berlama-lama, lekas mengambil wudhu menunggu shubuh datang. Tak lupa bersiap menggunakan manset warna putih seperti instruksi MUA kemarin. Aku menuju kamar Ibu sambil menunggu tim perias datang. Ibu tampak tengah memakaikan kemeja lengan panjang pada
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status