All Chapters of Istri Antagonis sang Presdir! : Chapter 31 - Chapter 40
123 Chapters
31. Menahan Diri
Menahan diri adalah kata yang menggambarkan pribadi seorang Denita Widiatami dengan sangat baik. Tidak peduli bagaimana marahnya dia, Denita memutuskan untuk menahan diri. Dia harus membuat dirinya jelas berbeda dengan Salsa, si teratai putih yang suka meledak-ledak. Sesuai dengan ambisi barunya, Denita berencana menjadikan dirinya sendiri sosok Denita baru yang elegan, dan mendominasi. Tentu saja dia tidak akan menggunakan cara kacangan seperti Salsa. Dia bukan aktris penuh sensasi yang haus akan atensi. Dia lebih memilih kesabaran selangkah demi selangkah. Karena baginya, balas dendam tidak bisa dilakukan dengan tergesa-gesa."Ayo pulang!" ajak Dominic menyadarkan Denita dari berbagai macam pikiran di kepalanya. Denita tidak menjawab pertanyaan Dominic, tapi dia segera beranjak dari kursinya dan mengikuti sang bos menuju lift yang tak jauh."Mau pulang kemana malam ini?" tanya Dominic seraya menekan tombol lift. "Tempatmu!" jawab Denita singkat.Akibat dari luapan hati Salsa har
Read more
32. Rencana Merebut Hati Calon Mertua
Denita dibanjiri keringat begitu bakso kuah sambalnya tandas. Wajahnya pun tak ayal memerah seperti kepiting rebus. Bibir penuhnya juga bahkan terlihat semakin tebal karenanya. "Jangan terlalu sering memakan makanan ini. Tidak baik untuk kesehatan!" pesan Dominic meski dia sendiri cukup menikmati makanan penuh micin ini. "Huuu! Haahh!" Denita menghembuskan nafas keras berusaha mengusir rasa pedas yang menggigit lidahnya. Bergelas-gelas air telah dia tandaskan, tapi rasa pedas itu masih bertahan di lidahnya. Pelipisnya bahkan sudah berkedut pusing. Tapi inilah kepuasan yang dia dapatkan. "Kita 'kan rencananya mau nikah nih. Apa yang disukai Ibumu? Bagaimana tipe menantu idamannya?" tanya Denita di sela-sela serutan hidungnya yang meler. "Selama aku membawa wanita sebagai istri ke hadapan beliau, Ibu pasti suka!" jawab Dominic. Alis Denita terangkat tinggi, tapi kemudian segera menyipit dengan kening berkerut banyak. Dia sama sekali tidak percaya! "Asalkan berasal dari latar bela
Read more
33. Tidak Mirip Denganku
"Sayang, kamu harus makan. Kasihan bayi yang ada di perut kamu!" Di meja makan keluarga Hadiwijaya, Angga sedang berusaha membujuk Salsa agar mau menyantap makan malam yang sudah tersaji di atas piringnya. "Denita belum bisa dihubungi!" racau Salsa tidak mempedulikan bujukan Angga. Dia terus sibuk dengan telepon genggamnya. Sejak kemarin malam, dia masih belum menyerah untuk bisa menghubungi Denita. Dan pengabaian Denita untuk cuitan panjangnya di akun burung biru itu telah membuat Salsa meradang. [Nomor telepon yang Anda hubungi, sedang tidak aktif. Cobalah beberapa saat lagi,]Lagi-lagi, suara operator-lah yang membalas panggilan Salsa untuk yang kesekian kalinya hari ini. "Aarrrrgggghhh!" Salsa menjerit frustrasi di meja makan. Hal ini membuat orang-orang yang sedang menyantap makan malam mereka spontan mendesahkan nafas pelan. "Salsa~" tergur Ibu Herlina dari balik gigi yang terkatup rapat. "Ma, Denita masih tidak bisa dihubungi!" rajuk Salsa seraya menunjukkan gelagat pan
Read more
34. Sibuk Sendiri-Sendiri
Di sisi lain Ibu kota, Widia yang sedang berbaring menikmati malam sendiri nan sepinya dengan ditemani lagu galau sembari maskeran, tiba-tiba dikagetkan oleh sebaris nama yang muncul tak terduga di layar ponselnya.Keningnya pun tak ayal terlipat banyak, membuat sheetmask yang sudah menempel di wajahnya turut berkerut. Hatinya bertanya-tanya, untuk apa orang ini menghubunginya? Tumben amat! Widia tidak langsung menjawab panggilan itu. Dia membiarkan waktu berlalu sementara hatinya penuh dengan pertimbangan. Apakah dia harus mengangkat telepon itu atau tidak?Namun, karena hatinya didominasi oleh rasa penasaran, Widia lantas menjawab panggilan tak biasa itu. "Halo," sapa Widia dengan ketus. Nadanya terdengar sedikit mendesis karena takut merusak masker di wajahnya. "Halo, Wid. Ini Angga!" ucap orang di seberang memperkenalkan diri. "Iya, tahu!" jawab Widia dengan acuh tak acuh. "Wid, Denita ada di tempatmu?" tanya Angga. "Enggak!" jawab Widia singkat. "Kalau alamat Dominic, kam
Read more
35. Pertarungan Antar Wanita
Terlepas dari provokasi Salsa kemarin, Denita masih menjalani harinya seperti biasa. Dia sama sekali tidak mau memperhatikan karyawan penuh gosip yang menatapnya dengan sorot mata jijik, dan penuh penghakiman itu. Bersama Dominic, dia terus mengayun langkah melintasi lobi menuju lift VIP. Akan tetapi, hanya karena dia tidak mau peduli, bukan berarti orang lain juga akan berperilaku yang sama. Entah dari mana asalnya, di pelipis Denita tiba-tiba mendarat sebuah telur busuk yang seketika membuatnya hampir muntah karena aroma yang tiba-tiba menguar. "Dasar pelakor!""Manusia rendahan!""Wanita murahan!"Rentetan kalimat makian itu membuat urat biru di pelipis Denita berkedut. Suara yang teramat dikenalnya ini begitu mengganggu indera pendengaran. Namun, Denita belum bisa membalas kata-kata itu dengan layak. Aroma telur busuk yang berasal dari pelipisnya membuat Denita harus menahan nafas sekuat mungkin. Tentu saja selama waktu ini Denita tidak hanya tinggal diam. Dia melepas blazer w
Read more
36. Bandit Tua
"Lepaskan aku!" maki Aruna sembari menghempas tangan kedua satpam yang menyeretnya keluar dari perusahaan Sagara Group itu. Adapun dua satpam bertubuh kekar itu juga tidak terjerat terlalu lama dengan Aruna. "Lain kali jangan membuat masalah, Mbak!" pesan salah seorang dari mereka. Aruna spontan mendelik sebal. Sebagai seseorang yang menghabiskan hidupnya dengan disuapi menggunakan sendok emas, jelas tidak suka mendengar peringatan dari orang yang tidak setara dengannya ini. Namun, dimana kedua satpam itu peduli. Setelah menunaikan tugas yang diperintahkan atasan, mereka langsung berbalik pergi. Hendak melanjutkan pekerjaan masing-masing. Begitu hanya tersisa Aruna sendirian, sepasang netra coklat gelapnya menatap penuh benci pada bangunan mewah berlantai 30 itu. Seorang Aruna Basagita tidak pernah merasa semalu ini dalam hidup. Di tengah kemarahan yang tak bisa surut untuk sementara waktu, Aruna mengingat kembali kata demi kata yang dibisikkan Denita padanya. "Salsa anak pemba
Read more
37. Kemunculan Mantan Pacar
"Hari ini benar-benar melelahkan!" keluh Denita ketika dia dan Dominic keluar dari gedung perusahaan. Denita seraya meregangkan anggota tubuhnya yang telah kaku. Sesekali, dia juga memijat pangkal hidungnya untuk merilekskan sudut matanya yang tegang. "Aku mau beli nomor baru!" ujar Denita ketika mengingat ponselnya yang sudah dinonaktifkan sejak kemarin. "Nanti sekalian pulang. Ngomong-ngomong mau makan malam dimana kita?" tanya Dominic. Saat ini jarum jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Perut mereka sudah lama keroncongan. "Hm~" Denita berdengung panjang. Pertanyaan ini merupakan pertanyaan paling susah untuk dia jawab. "Bagaimana kalau terserah kamu?" pungkas Denita kemudian sambil meringis pelan. Dominic tanpa sadar memutar bola matanya. "Wanita dan jawaban pamungkasnya!" sindir Dominic sembari terus mengayun langkah menuju mobil yang terparkir tidak jauh. "Hehehe! Aku tidak bermaksud untuk membela diri. Tapi pertanyaan soal mau makan apa itu memang susah untuk dijawab!"
Read more
38. Ingatan Masa Lalu
"Masih gak bisa move on?" tanya Dominic lirih begitu mereka tiba di restauran The Mammoth. Denita mengendikkan bahu tanpa daya. "Hanya belum terbiasa!" jawabnya. "Biasakan secepatnya. Aku tidak ingin hatimu terbagi untuk pria lain!" pinta Dominic dengan nada yang entah mengapa terdengar posesif. Tidak ada lagi nada bercanda seperti yang biasa Denita dengar. Sepasang mata cemerlang Denita kemudian manatap lurus ke arah Dominic yang sedang memasang wajah serius itu. "Aku juga sedang mengusahakannya!" jawab Denita. "Hm," balas Dominic. Namun, baru selesai kalimat itu terlempar dari bibir Denita, sebuah adegan yang dipentaskan di depan mata membuatnya kembali terlempar pada ingatan akan masa lalu. Dimana seorang pria sedang melamar kekasihnya dengan sebelah kaki bertekuk lutut di atas lantai. Lalu, sebuah kotak beludru berwarna merah disodorkan di hadapan wanitanya. * * *4 tahun lalu, "Denita Widiatami, maukah kamu menikah denganku?" Angga menekuk satu lututnya di atas lant
Read more
39. Tidak Tahan Lagi
Dominic menjentikkan jarinya di depan wajah Denita untuk menyadarkan Denita dari lamunan panjangnya. "Ah?" Denita merespon dengan gelagapan. "Masih ngelamunin dia?" tanya Dominic dengan nada tidak suka yang terdengar jelas. "Sorry, mereka mengingatkanku pada kenangan usang itu!" ucap Denita. Dia seraya menunjuk dua insan yang saat ini sedang berdansa diiringi alunan musik lembut dengan menggunakan dagunya. Dominic tanpa sadar mengikuti arah pandang Denita. "Cih, jadi dulu dia pernah melamar kamu dengan cara ini?" tanya Dominic meremehkan. Denita mengendikkan bahu tidak peduli. "Tertawa saja jika mau," ujarnya acuh tak acuh. Hal yang tidak Denita sangka kemudian adalah, Dominic justru membentangkan tangannya yang lebar di depan wajah Denita. "Bagaimana kalau kita juga berdansa," ajak Dominic tiba-tiba. "Hah?""Daripada bengong nunggu makanan," sambung Dominic. Kerlingan jail yang sangat khas Dominic sekali itu lantas kembali muncul di wajah pria itu."Dasar!" seru Denita seray
Read more
40. Antagonis Merajalela
"Ayo kita kembali ke kediaman Hadiwijaya!" ajak Denita sambil duduk manis di kursi penumpang mobil Rolls-Royce milik Dominic. Kotak kado berisi bangkai tikus itu Denita letakkan dengan sangat hati-hati di atas pangkuannya. Hal ini tak urung membuat Dominic mengernyit jijik hingga ke akar-akar rambutnya. "Itu kotak kado berisi bangkai tikus itu?" tanya Dominic ragu-ragu sambil menunjuk kotak kado di atas pangkuan Denita. "Iya!" jawab Denita singkat. Tubuh Dominic bergetar mendengar jawaban ini. "Apa yang akan kamu lakukan dengan itu?" tanyanya penasaran. Bukannya langsung menjawab, sudut bibir Denita malah membentuk seringai licik. "Kamu akan lihat nanti!" tukasnya dengan misterius. "Jaga baik-baik kotak itu, jangan sampai jatuh!" ujar Dominic memperingatkan. Dia pasti tidak akan bisa mentolerir kalau sampai benda menjijikkan itu jatuh di dalam mobil kesayangannya. "Udah jalan aja!" perintah Denita seraya mendelik tak senang karena kata-kata Dominic. Ini adalah barang penting y
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status