All Chapters of Istri Antagonis sang Presdir! : Chapter 11 - Chapter 20

129 Chapters

11 . Pak Bos, Do Me!

Denita mendecakkan lidah tak nyaman setelah menyesap minuman beralkohol yang sengaja dia pesan untuk menemaninya malam ini. Dia juga sesekali mengedarkan pandangan ke segala penjuru arah untuk mencari sosok bosnya itu. Namun, belum juga terlihat batang hidungnya. "Angga nelepon kamu tuh!" Widia menyenggol bahu Denita pelan sambil setengah berteriak di tengah kebisingan. Denita yang tadinya masih sibuk mengedarkan pandangan ke setiap sudut, perlahan mengalihkan perhatiannya pada telepon genggam yang berkedip-kedip tanpa bosan di atas meja. Ada nama Angga yang terpampang pada layar. "Halo!" jawab Denita setelah melakukan peperangan singkat dengan batinnya terkait apakah dia harus mengangkat telepon ini atau tidak. “Kamu dimana? Gak pulang?” tanya Angga perhatian. " ... " Denita mendengus dalam hati. Entah kenapa, pertanyaan sederhana ini justru membuat jantung Denita terasa semakin diremas-remas menyesakkan. Apalagi saat mendengar kalimat tanya yang disampaikan dengan begitu lembu
Read more

12. Malam Panas

Setelah mengendarai mobil Rolls Royce warna hitamnya dengan kalap, Dominic akhirnya tiba di Penthouse mewahnya yang tepat berada di tengah-tengah kota.Denita yang diajak ke tempat mewah ini tidak memiliki waktu untuk hanya sekedar mengagumi kemegahan tempat ini. Sebab, dia terlalu sibuk mengimbangi ciuman penuh gairah dari sang bos. Jika saja mereka tidak membutuhkan udara untuk bernafas, mereka tidak akan berhenti dari aktivitas ini walau hanya sesaat. "Hosh!""Hosh!""Hosh!"Suara tarikan, dan hembusan nafas yang memburu memenuhi ruang tamu di Penthouse mewah itu, membentuk harmoni dengan detak jarum jam di dinding. "Kamu yakin?" tanya Dominic pada Denita dari sela-sela nafas yang naik turun tak beraturan. Dia ingin memastikan sekali lagi kesanggupan wanita di hadapannya. Dari dulu hingga sekarang, Dominic paling anti menjalin hubungan tanpa consent. Dia harus memastikan bahwa wanita yang hendak berhubungan dengannya, melakukannya secara sukarela. Tanpa banyak kata, Denita mele
Read more

13. Gairah Sisa Semalam

Suara dering jam weker membangunkan Dominic dari tidur lelapnya. Namun, dia masih enggan untuk membuka mata. Hanya tangan kanannya yang bergerak meraba sisi lain tempat tidur yang terasa dingin. 'Aku ingat tadi malam habis melalui malam panas,' batin Dominic ketika menemukan tidak ada seorangpun di sampingnya. Begitu nyawanya telah terkumpul sepenuhnya, barulah Dominic membuka matanya lebar-lebar. Dia mengabaikan jam weker yang masih menjerit di atas nakas, dan melirik sisi lain tempat tidur. Benar saja, tidak ada lagi sosok Denita yang harusnya masih berbaring di sampingnya. "Denita!" panggil Dominic karena berpikir sekertarisnya itu sedang berada di dalam kamar mandi. " ... "Hening, "Denita!" panggil Dominic sekali lagi dengan intonasi suara yang lebih tinggi. " ... "Masih hening, "Jam berapa sih ini?" gumam Dominic curiga. Dia lalu meraih jam weker yang masih menjerit ribut itu karena berpikir dia sudah tertidur terlalu lama. Namun, jarum jam ternyata masih menunjukkan pu
Read more

14. Pengumuman Salsa Hamil

Selain insiden hampir terbakar gairah di pagi hari. Denita masih menjalani sisa harinya yang membosankan. Setelah seharian kemarin tidak pulang, Denita memutuskan untuk kembali ke kediaman Hadiwijaya. Dia memarkirkan mobilnya di tempat biasa, dan terus melangkah gamang memasuki rumah mewah yang tak pernah menjadi tempat yang nyaman baginya ini. Suara canda, dan tawa yang terdengar datang dari dalam rumah membuat alis Denita terangkat tinggi. Dominic benar, eksistensinya memang tidak penting untuk keluarga ini. Orang-orang ini jelas tahu bahwa dia terluka karena perbuatan Salsa, tapi bahkan tidak ada di antara mereka yang sudi untuk hanya sekedar mempertanyakan kondisinya. "Kakak~""Salsa benar-benar kangen banget loh sama kakak~"Suara centil, dan manja milik Salsa memasuki indera pendengaran Denita bahkan sebelum dia sampai di sumber suara. "Kakak juga kangen banget sama kamu. Harus berapa kali sih kamu mengulang kalimat ini dari kemarin?" ujar Arkan dengan nada lembut yang spesi
Read more

15. Mencari Masalah

"Salsa hamil?"Bukannya ucapan selamat, justru kalimat tanyalah yang pertama kali menggema di meja makan setelah pengumuman yang dilakukan oleh Salsa baru saja. "Iya!" jawab Salsa dengan antusias. "Kamu yakin?" tanya Arkan dengan nada heran yang terselip samar dalam suaranya. "Hm," angguk Salsa cepat. "Anaknya Angga?" tanya Arkan dengan hati-hati. " ... "Meja makan mereka seketika diselimuti oleh keheningan karena pertanyaan ini. "Ihh, Kakak kenapa sih? Bukannya ngucapin selamat juga! Yaiyalah ini anaknya Angga!" keluh Salsa sembari mencubit lengan Arkan yang terbuka di atas meja. Tentu saja dengan gaya manjanya yang memuakkan. "Maaf, bukan bermaksud apa-apa. Selamat!" ucap Arkan dengan sedikit perasaan berat hati. Namun, senyum simpul tidak lupa tersemat di wajahnya yang beku. Sekelumit obrolan ini membuat Denita segera tersadar dari rasa marahnya. Ingatannya seketika terlempar pada perdebatan yang dilakukan Arkan, dan Dominic tempo hari. "Karena sekarang ini Salsa sedang ha
Read more

16. Fragment of The Past

7 tahun lalu, "Saya gak berani, Non! Mending Non Salsa minta ditemani Pak Syarif atau Mas Arkan aja!" ujar Denita dengan rendah hati. Hari ini Salsa yang baru bisa mengendarai kendaraan roda empat itu memaksa Denita untuk menemaninya melakukan uji coba di jalan raya. Hanya dengan mereka berdua saja. "Kamu penakut banget sih, kamu gak percaya kalau aku udah bisa nyetir mobil sendiri?!" sentak Salsa sembari mendorong bahu Denita dengan keras. "Bukan begitu, Non. Tapi buat jaga-jaga aja. Saya kan gak bisa bawa mobil. Amit-amit kalau ada apa-apa, nanti saya gak bisa bantuin Non Salsa!" pungkas Denita takut. Baru setahun ini dia menikmati indahnya jatuh cinta. Dan untuk sekarang, dia belum mau menemani anak majikannya ini menantang maut. "Jangan banyak alasan. Ayo cepat!" ajak Salsa sambil menggeret lengan Denita dengan kasar. "Aduuhh, Non. Kenapa gak minta didampingi sama Mas Arkan aja?" tanya Denita. Di tengah langkahnya yang terseret-seret, Denita berusaha untuk melepaskan diri
Read more

17. Fragment of The Past (2)

"Nyonya, golongan darah saya B. Saya bersedia mendonorkan darah saya pada Non Salsa. Bolehkah?"Tiga pasang mata yang sedang berdiri gamang di depan ruang operasi menoleh serentak pada seseorang yang baru saja berucap. Wanita yang Denita panggil dengan sebutan ibu itu menawarkan diri dengan sukarela. Ada gurat harap-harap cemas yang tak luput dari perhatian Denita terlihat jelas dari sorot mata itu. Hal ini membuat Denita terkejut sekali lagi. 'Ibu terlalu loyal pada majikannya!' gumam Denita tak habis pikir. "Golongan darah kamu B?" tanya Ibu Herlina pada sang asisten rumah tangga yang sudah lama ikut dengannya ini. "Iya, Nyonya!" jawab sang asisten rumah tangga yang bernama lengkap Ayu Hapsari itu. "Lalu kamu?" tanya Ibu Herlina beralih pada Denita yang kini pipi kirinya sudah mulai terasa bengkak. "A!" jawab Denita singkat. Alis Ibu Herlina segera menukik dengan tajam. Firasat buruk seketika menyapa hatinya. Dia menatap bolak-balik pada asisten rumah tangganya yang terlihat
Read more

18. Penerimaan

Angga berdiri di balkon kamarnya seorang diri. Sesekali dia menatap pada ponselnya sambil beberapa kali menghela nafas. Dingin angin malam dibiarkan menampar wajahnya. Sudah beberapa kali dia mencoba menghubungi Denita, tapi wanita itu tidak kunjung mengangkat panggilannya.Ada rasa bersalah yang tiba-tiba tidak bisa dia halau dari hatinya. Dia tahu dengan jelas keluhan yang Denita miliki terhadap keluarga ini. Dia juga tahu bahwa Denita menaruh harapan besar padanya. Tetapi dia juga tidak bisa membohongi hatinya sendiri, kalau cinta itu perlahan mulai pudar. Dia tidak tahu sejak kapan semuanya bermula. Dia tidak tahu sejak kapan pesona Salsa menjerat hatinya. Wanita rapuh itu membuat Angga selalu merasa kasihan, dan ingin melindunginya. Sepasang bola matanya yang jernih, dan berair penuh dengan keluhan akan sikapnya selalu terbayang dalam benak Angga. Membuatnya memiliki rasa bersalah lain. Walau bagaimanapun, Salsa adalah istri sahnya, baik dimata hukum maupun agama. Angga menghe
Read more

19. Mengakhiri Hubungan

Keesokan harinya, Angga dan Denita duduk saling berhadap-hadapan di sebuah cafe yang tak jauh dari apartemen biasa tempat mereka berkumpul. Hari ini hubungan mereka harus diselesaikan. Delapan tahun harapan rapuhnya harus segera diakhiri.Denita menatap terang-terangan pada Angga yang sedang menyeruput kopi hangatnya. Tidak ada di antara mereka yang berkeinginan untuk mulai berbicara lebih dulu. Tik tik tik, Waktu berlalu begitu saja. Akhirnya setelah terdiam selama beberapa saat, Angga mulai mengangkat kepalanya. Dia menatap sepasang manik hitam di depannya yang terlihat kosong tanpa gejolak emosi. Hembusan nafas panjang pun perlahan lolos dari hidung Angga.“Aku rasa ini semua salah!” ucap Angga lirih. Denita tetap diam. Dia menunggu Angga melanjutkan kalimatnya. Namun, hingga beberapa menit berlalu, tidak ada kalimat yang terucap. "Hubungan kita atau pernikahan kamu?" tanya Denita pada akhirnya. Ada nada sarkasme yang terkandung dalam suaranya. " ... "Angga tidak langsung me
Read more

20. Menanamkan Kecurigaan

Di hari minggu yang cerah, Denita tidak hanya menghabiskan waktu untuk berbelanja sepanjang hari. Dia juga menyempatkan diri untuk pergi ke salon bersama Widia. Dalam rangka memgawali rencana kehidupannya yang baru, Denita bahkan mewarnai rambutnya menjadi warna cokelat gelap. Terkhusus untuk hari ini, dia bahkan mengunjungi spa untuk merilekskan tubuh. Dia juga pergi ke naik art untuk menghias kukunya yang terlihat membosankan. Setelah melakukan banyak hal seharian, Denita akhirnya kembali ke kediaman Hadiwijaya ketika jarum jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Karena dia tidak berniat untuk tinggal lebih lama di tempat ini, Denita memutuskan untuk tidak membawa barang belanjaannya ikut turun dari mobil. "Mas ... "" ... "Denita menghentikan langkahnya yang hampir mencapai teras rumah ketika dia mendengar sayup-sayup suara seseorang. Denita mengedarkan pandangannya ke segala penjuru mata angin untuk mencari tahu. Namun, tidak dia temukan eksistensi aneh di sekitar. "Perasaanku aj
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status