Semua Bab Istri Antagonis sang Presdir! : Bab 21 - Bab 30
123 Bab
21. Mencapai Kata Sepakat
"Hari baru, semangat baru, dan awal baru!" ujar Denita menyemangati dirinya sendiri. Jika biasanya Denita berangkat ke kantor dengan penampilan seadanya, tapi kini tidak lagi. Celana panjang kulot yang biasa menyelimuti sepasang kaki jenjangnya telah digantikan oleh rok span hitam yang berada satu jengkal di atas lutut. Lalu blazer yang juga biasa melekat di tubuhnya juga telah digantikan oleh blouse lengan panjang berwarna biru muda. Adapun wajahnya yang biasa dirias senatural mungkin, kini dibubuhi make up tebal yang bisa memberikan kesan berani dan tegas! Dulu dia selalu lebih memilih untuk bersikap rendah hati dan tidak menonjol. Tapi sekarang, dia berubah pikiran. Kali ini dia ingin seluruh dunia tahu bahwa dia anak yang sah dari keluarga Hadiwijaya. Sementara Salsa, wanita itu hanya anak pembantu! "Nit, ka... " Dominic yang baru saja tiba di kantor tidak menyelesaikan kalimatnya saat melihat perubahan Denita. Sepasang netra nakal pria itu bergerak dari rambut kecoklatan Deni
Baca selengkapnya
22. Pemeran Antagonis
Denita yang mendapat persetujuan dari Dominic langsung menekan tombol hijau pada layar ponselnya. Didekatkannya benda pipih itu ke samping telinga. Setelah menunggu sebentar, sapaan halus terdengar datang dari seberang. "Ma, lusa aku mau membawa seseorang untuk diperkenalkan pada kalian. Aku harap, Mama sama Ayah bisa meluangkan waktu untukku sekali ini saja," sambar Denita to the point. Bahkan sebelum pihak seberang mengeluarkan kalimat tanya. "Mengenalkan seseorang? Siapa?" "Calon suamiku!" jawab Denita acuh tak acuh. "Calon suami?" nada keheranan terdengar jelas dilemparkan oleh pihak lain. "Iya!" Denita kembali menjawab. Nadanya tidak hangat, tapi juga tidak dingin. Hanya biasa-biasa saja. "Siapa orangnya?" tanya orang di seberang. "Nanti juga kalian akan tahu. Tolong berpakaian yang rapi, dan jangan membuat aku malu," pungkas Denita. Perkataannya seolah-olah penghuni keluarga Hadiwijaya tidak pernah berpakaian rapi selama ini. Tapi yang dimaksud Denita adalah, agar keluar
Baca selengkapnya
23. Memperkenalkan Calon Suami
D-day, Hari yang paling Denita nantikan akhirnya tiba juga. Senyum merekah tak pernah pupus dari wajahnya sejak pagi tadi. Lebih-lebih petang ini, ketika Dominic membawanya ke sebuah butik sekaligus salon yang menjadi langganan ibu dari sang Presdir. "Buat calon istri saya jadi semakin cantik!" perintah Dominic pada karyawan andalan di butik tersebut. "Baik, Pak!" sahut karyawan wanita itu dengan khidmat. "Silakan, Mbak!" lanjut karyawan itu sambil menunjuk sofa yang terletak di depan sebuah meja rias. "Terima kasih," sambut Denita sambil berjalan ke arah dimana dia dituntun oleh karyawan itu. Singkat cerita, malam ini, Denita tampil cantik dengan mengenakan sebuah dress berwarna hitam yang menjuntai lurus di tubuhnya hingga satu jengkal di atas lutut. Rambut sebahunya yang berwarna coklat di-curly, dan sengaja dibiarkan tergerai. Adapun untuk wajah, Denita mulai menyukai penggunaan make up yang lebih bold dari sebelumnya. Terakhir, kaki jenjangnya dibalut dengan hi-heels setin
Baca selengkapnya
24. Amukan Salsa
"Aarrrgghhhh!"Salsa menjerit sambil menjambak rambutnya hingga kusut. Sepasang sorot matanya yang garang menatap penuh kebencian pada Denita. Dadanya juga membuncah naik-turun dengan cepat. "Kamu!""Kamu pasti sengaja melakukan ini 'kan?!""Kamu mau balas dendam sama aku 'kan?!" Jeritan disertai rentetan kalimat tuduhan itu diungkapkan Salsa sembari mengarahkan jari telunjuknya yang lentik ke arah wajah Denita. "Kenapa? Gak boleh?" tantang Denita dengan berani. Alisnya terangkat tinggi dengan disertai senyum samar penuh kesinisan terukir di wajahnya. Tangannya juga terlipat di depan dada dengan penuh kesombongan. "DE-NI-TA!" geram Salsa. "Kamu bisa menikah dengan pria manapun, tapi tidak dengan Dominic!" pekik Salsa histeris. "Kenapa?" tanya Denita. Dia kemudian mengalihkan tatapan sendu yang dibuat-buat ke arah Dominic yang ada di sampingnya."Dom, katanya aku gak bisa nikah sama kamu nih, emang kenapa?" tanya Denita pura-pura sedih. "Siapa bilang gak bisa? Justru mungkin,
Baca selengkapnya
25. Amukan Salsa (2)
"Dominic, perkataan kamu sudah keterlaluan. Jika kamu bersikap seperti ini, saya tidak akan merestui hubungan kalian!" perkataan tegas itu datang dari satu-satunya pria paruh baya di ruangan ini. "Yah~" panggilan centil Salsa otomatis keluar ketika mendengar pembelaan ayahnya. Hal ini membuat Dominic, dan Denita spontan memutar mata. Begitu banyak orang-orang tak masuk akal di dunia ini, pikir mereka. "Sebenarnya kami gak peduli sih, Om. Aku datang ke sini untuk memperkenalkan diri hanya agar kalian tahu aja. Masalah restu sih, kami gak butuh sama sekali!" tegas Dominic yang membuat jantung Denita bertalu kian kencang. Ditatapnya dagu Dominic yang tepat berada di atas kepalanya dengan sorot mata yang tak bisa dijelaskan. Pria seperti inilah yang Denita inginkan dalam hidup. Seseorang yang bisa mempertahakan dirinya dengan tegas. "Heh! Jangan berharap rencana kalian akan berjalan dengan mulus!" geram Arkan setelah lama terdiam. Dominic mendengus. "Itu sih bukan kamu yang menentuk
Baca selengkapnya
26. Candle Light Dinner
Denita menyangga tangan kirinya pada kaca jendela mobil Rolls-royce milik Dominic yang sedang melaju dengan kecepatan sedang di jalanan ibu kota yang tidak bisa dikatakan ramai, tapi juga tidak cukup lengang itu. "Aku sudah memesan tempat di The Mammoth. Gimana kalau kita candle light dinner di sana?" tanya Dominic menyebut salah satu nama restauran mewah yang sering dia kunjungi. "Aku lapar!" lanjutnya. Denita memutar matanya tanpa sepengetahuan Dominic. "Udah booking tempat tapi ngomongnya baru sekarang. But, oke!" jawab Denita tanpa menoleh ke arah Dominic yang sedang sibuk menyetir. Sudut bibir Dominic bergetar saat mendengar kalimat pertama. Namun, dia tetap mengatupkan rahangnya rapat-rapat. Perangai sekertarisnya ini semakin menjadi-jadi. Dominic kemudian mempercepat laju kendaraannya. Tidak sampai lima belas menit, mereka akhirnya tiba di restauran yang dimaksud. Layaknya gantleman, Dominic kembali bergegas membukakan pintu penumpang yang ada di samping pengemudi untuk De
Baca selengkapnya
27. Badai Tak Terlihat
"Sayang, sudah malam, ayo tidur. Kasihan bayinya!" ajak Angga pada Salsa yang hingga jam satu dini hari ini, menolak untuk tidur. "Aku mau nunggu Denita pulang!" jawab Salsa. Dia terus mencoba menghubungi Denita sambil berjalan mondar-mandir di ruang tamu. Hatinya tidak tenang, pikiran bahwa Denita menghabiskan malam dengan Dominic tidak bisa dia terima. Sementara itu, Angga memperhatikan gerak-gerik sang istri dengan perasaan yang tak menentu. Obrolan Denita dengan ayah mertua yang tidak sengaja dia dengar, seakan tidak cukup menghantui ketenangan Angga. Sekarang, pria yang tampak menjadi obsesi istrinya itu juga kembali. "Mungkin Denita lagi sibuk. Besok dicoba lagi, ya!" hibur Angga sambil mengelus bahu istrinya. Berharap dengan begitu, mampu membuat sang istri menjadi lebih tenang. "Sibuk dengan Dominic? Justru itu yang tidak aku inginkan!" sentak Salsa dengan mata memerah karena marah. Dia lalu menepis tangan Angga dengan kasar dari bahunya, kemudian berjalan meninggalkan r
Baca selengkapnya
28. Cuddling
Di sebuah Penthouse mewah di tengah kota, Denita menatap layar ponselnya yang terus berdering tanpa ada keinginan untuk menjawab. Dia hanya menonton teleponnya terus berbunyi, lalu mati, dan berbunyi lagi. Begitu seterusnya hingga akhirnya telepon itu menjadi benar-benar hening. "Kenapa tidak kamu angkat?" tanya Dominic sambil sesekali menyesap anggur merahnya. "Dari Salsa!" jawab Denita dengan acuh tak acuh. "Ah~" Dominic berdengung panjang sambil mengangguk pelan sebagai tanda mengerti. Tetapi, dia sama sekali tidak tertarik dengan alasan kenapa Salsa terus menghubungi Denita seperti itu. Adapun Denita yang saat ini sedang berada di kediaman mewah bosnya, sibuk mengedarkan pandangan ke segala arah. Ini memang bukan pertama kalinya Denita menjejakkan kaki di tempat ini. Namun, ini pertama kalinya dia memperhatikan setiap detail yang ada di Penthouse ini. Ruang keluarga tempatnya sekarang berada dirancang dengan desain interior bergaya klasik kontemporer. Gradasi warna yang ada
Baca selengkapnya
29. Sumber Masalah
Keesokan harinya, "Wow! Aku tidak tahu kamu bisa memasak!" sapa Denita sambil berjalan mendekat ke arah meja makan. Dia baru saja kembali dari tempat parkir apartemen setelah mengambil pakaiannya di dalam mobil yang selalu dia bawa. "Hanya makanan sederhana!" jawab Dominic seraya meletakkan piring berisi roti panggang, telur orak-orak, sosis, serta salad di atas meja makan. "Begini saja tampaknya sudah hebat. Aku pikir orang dengan sendok emas seperti kamu tidak akan melakukan pekerjaan kasar ini," tukas Denita dengan jujur. "Hahaha. Begitukah?" "Hm," gumam Denita sambil mengangguk cepat. Matanya berkilat dengan cemerlang. "Nilai tambah seorang Dominic Agustian Sagara semakin meningkat di mataku!" lanjut Denita dengan kekagumam yang tidak bisa dia sembunyikan. "Benarkah. Memang awalnya di mata kamu, nilaiku berapa?" tanya Dominic dengan penasaran. "Satu dari seratus!" jawab Denita polos, tanpa menutup-nutupi. "Cih. Lalu sekarang?" tanya Dominic dengan alis terangkat tinggi.
Baca selengkapnya
30. Hari yang Buruk
"Si brengsek teratai putih lembut yang dibesarkan di rumah kaca itu!" raung Denita meluapkan segala amarahnya. Nafasnya menderu dengan cepat. Hidungnya kembang kempis karena gejolak emosi yang lepas begitu saja. "Pffttt!" semburan tawa tertahan dari Widia yang masih berdiri di depan mejanya membuat Denita mendelik. "Kamu kenapa ketawa?""Harusnya kamu emang marah-marah aja dari tadi. Gak usah pura-pura sok tegar!" pungkas Widia. "Udah, bye. Aku mau kembali kerja!" Sambungnya sembari berlalu pergi begitu saja. Bahkan tanpa menunggu respon dari Denita. Sudut bibir Denita berkedut samar mendengar ucapan Widia. Namun, Kata-kata itu sedikit meredakan hatinya dari amarah yang memuncak. Denita lantas menepuk kedua pipinya dengan keras untuk mengembalikan konsentrasinya pada masalah pekerjaan yang baru saja muncul secara tiba-tiba. Untuk itu, dia menarik nafas panjang, menahannya sebentar, kemudian menghembuskannya dengan pelan. "Denita, fokus!" gumam Denita pada dirinya sendiri. Semen
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status