Mereka bersenda gurau sejenak. Langit mulai menggelap. Roger pun berkata, “Nek, aku antar There pulang dulu. Kalau ada waktu, aku akan datang mengunjungimu lagi!”Riana mengangguk. “Oke, mesti datang sama-sama!”Roger melihat Theresia, lalu berkata dengan nada bercanda, “Kalau masalah itu, kamu mesti tanya dia, apa dia masih bersedia untuk kemari lagi?”“Tentu saja!” Theresia tersenyum lembut. “Nek, aku akan datang untuk mengunjungimu lagi.”Riana mengangguk dengan gembira. “Oke, hati-hati di jalan.”Theresia kembali berpamitan dengan wanita tua itu. Saat ini, dia baru bersama Roger meninggalkan halaman.Setelah pintu kayu ditutup, Theresia tidak bisa menahan dirinya untuk menoleh. Rasa hangat dan pilu bercampur aduk di dalam hatinya. Dalam sesaat, dia tidak tahu dia sedang merasa gembira atau sedih.Roger memalingkan kepalanya untuk melihat Theresia. “Apa kamu buru-buru pulang ke rumah?”“Emm?” Theresia menoleh dengan kaget.“Kalau tidak buru-buru, kita jalan-jalan dulu,” usul Roger.
Read more