Pria itu duduk santai di bangku tinggi dengan memegang mikrofon di tangan. Matanya menatap layar. Wajahnya kelihatan muram, tapi tampan. Dia sedang bernyanyi dengan penuh penghayatan. Suaranya lembut dan sedikit berat, membawa suasana terasa berbeda dan menyentuh.Ingga menggenggam lengan Theresia, lalu berkata dengan agak bersemangat, “Ganteng, ‘kan? Ganteng, ‘kan, Bos? Kalau kamu masih nggak terpesona, orang-orang di kantor kita pasti nggak bisa menahan diri untuk langsung menyerbunya.”Lengan Theresia terasa sakit karena ditarik. Ketika melihat Ingga yang begitu antusias, dia pun berkata dengan tersenyum datar, “Apa kamu benar-benar sangat menyukai Tuan Roger?”Ingga menghela napas. “Aku masih tahu diri. Kenapa Tuan Roger bisa suka dengan orang biasa sepertiku? Bos, kamu itu yakin hanya ada kamu di dalam hati Tuan Roger, makanya kamu sengaja bercanda sama aku, ‘kan?”Theresia mengangkat alisnya, lalu berkata dengan suara datar, “Maaf!”“Jangan minta maaf. Coba kamu beri tahu aku, ap
Read more