Lahat ng Kabanata ng ARINDA : Kabanata 1 - Kabanata 5
5 Kabanata
1
"ARINDA!"Arinda dengan segera menghentikan langkahnya, dia menoleh ke belakang. Menatap jengah pada sosok laki-laki yang kini berlari ke arahnya. Tak ia pedulikan tatapan penuh amarah lelaki itu yang berkobar seakan siap melahapnya. "Apa yang kamu lakukan?!" tanya Zayn menggeram, menatap kekasihnya dengan mata memerah marah dengan urat-urat di lehernya yang menonjol. Dapat Ia lihat, di sisi tubuh wanita itu, membawa banyak kantung-kantung paperbag dengan bermacam merek ternama, yang Zayn tahu harganya bisa dua kali lipat dari gajinya bekerja. "LEPASKAN TANGANMU BRENGSEK!" Zayn menyentak kasar lengan yang berani menggelantung di leher kekasihnya. Laki-laki sialan!Laki-laki yang lengannya mendapatkan sentakan dari Zayn itu terkekeh pelan, kemudian mengangkat kedua tangannya ke udara, pertanda dia menyerah. Zayn kembali menatap Arinda--kekasihnya atau lebih tepat tunangannya. Wanita itu terlihat santai, tak berniat menjelaskan sama sekali kepadanya. Padahal wanita itu saat ini sedan
Magbasa pa
2
Mobil yang ditumpangi Zayn berhenti tepat di halaman sebuah rumah sakit ternama. Lelaki itu kemudian melangkahkan kakinya keluar dari limiso hitamnya setelah pintu mobilnya dibukakan oleh supir. sudah Lelaki itu duga jika Ia akan mendapatkan sambutan dari para dokter dan perawat di rumah sakit yang bernaung di bawah perusahaannya itu. Terlihat para dokter maupun perawat tersenyum ramah kepadanya, sama seperti halnya sambutan para karyawan kantornya tadi pagi. Tak hanya itu, Zayn juga merasa jika para pekerja wanita di sana sengaja berdandan berlebihan. Dimana hal itu malah membuatnya merasa muak sendiri. Wanita dengan lelaki kaya, huh! Zy Hospital. Merupakan salah satu rumah sakit swasta milik perusahaannya. Merupakan rumah sakit terbaik di Negeri ini. Rumah sakit yang memiliki kelengkapan dari segi medisnya itu merupakan salah satu aset Zy group. Zayn tak pernah segan-segan mendatangkan kelengkapan alat-alat medis dari luar negeri hanya agar rumah sakitnya menjadi rumah sakit terbai
Magbasa pa
3
"Tante, saya mohon, bantu saya kali ini saja ..." Dengan berlutut memeluk kaki seorang wanita paruh baya, Arinda memohon. Wajahnya mendongak terlihat sembab, penuh dengan air. Tapi, wanita paruh baya itu terlihat tak sama sekali peduli. Wajahnya tetap memandang ke depan dengan angkuh. Hatinya benar-benar tak tergerak hanya untuk mengasihani gadis cantik yang nyaris menjadi menantunya. "Saya janji, saya akan kembalikan uang itu nanti ..." kembali Arinda merayu meminta belas kasihan dari mantan calon ibu mertuanya--Ibu Devon. Devita Domanta--Nyonya besar keluarga Domanta--mendengus mendengar itu. "Kapan? Saat kamu mati?" tanyanya sinis. Air mata Arinda semakin deras meluncur mendengar pertanyaan itu. Kemudian kepalanya menggeleng-geleng. "Secepatnya, saya janji secepatnya, Tante." ujarnya kemudian. Devita menyentak kakinya hingga pelukan Arinda di sana terlepas. Membungkuk hingga wajahnya sejajar dengan gadis itu, Devita mulai mendesis. "Bahkan jika kamu menukar uang itu dengan nya
Magbasa pa
4
"Zayn!" Arinda berlari ke arah Zayn yang baru saja keluar dari dalam salah satu ruangan di rumah sakit, yang dia tak tahu ruangan apa itu. Dalam hati Arinda bersyukur karena tak perlu bersusah payah untuk menemukan keberadaan lelaki itu karena ternyata dia masih berada di rumah sakit ini. Beruntung dia tak sengaja mendengar pembicaraan para suster yang sepertinya mengaggumi lelaki itu. Zayn yang mendengar teriakan itu, langsung berhenti dan membalikan tubuhnya. Keningnya mengernyit sebelum kemudian salah satu sudut bibirnya tertarik ke atas. Dia kemudian hanya diam hingga Arinda berdiri tepat di hadapannya dengan wajah terlihat bingung juga putus asa."Aku terima penawaranmu, aku mau. Tapi, tolong selamatkan ibuku." Arinda menarik telapak tangan Zayn dan menggenggamnya erat. Bola matanya terlihat basah.Untuk beberapa saat Zayn hanya diam dengan pandangan menatap dalam wajah cantik Arinda. Akh, wanita angkuh ini sekarang berada dalam genggamannya. Dalam hati Zayn bersumpah akan memb
Magbasa pa
5
"Ini kamar, Nona. Apa Nona suka?" Arinda yang tengah menatap sekeliling langsung mengalihkan perhatiannya, dia kemudian mengangguk pelan. Membuat wanita paruh baya itu tersenyum senang. Dia sudah menyiapkan semua yang terbaik untuk Nona barunya. "Ah, senang mendengarnya." ujar Lady masih dengan senyum senang di bibirnya. "Nona pasti mau langsung istirahat. Saya akan meninggal Nona kalau begitu," ujar Lady lagi yang tak dijawab oleh Arinda. Dia membiarkan wanita paruh baya itu berlalu keluar dari dalam kamar--yang katanya kini menjadi miliknya. Sepeninggalan Lady, Arinda kembali menatap sekeliling ruangan. Arinda berjalan mendekati jendela lalu menyibak gorden, membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam. Kemudian dia kembali menatap sekeliling. Kamar ini cukup luas atau ... memang luas dengan tempat tidur king size di tengah-tengahnya. Sangat baik untuk ukuran kamar seorang pelacur, pikir Arinda ironi. Arinda mendongakkan kepalanya, menghalau cairan bening meluncur saat ingatan tent
Magbasa pa
DMCA.com Protection Status