Mika masih duduk bersandar di kursi rotan teras belakang. Kotak dokumen terbuka lebar di depannya, potongan koran kusam itu tergeletak di pangkuannya. Angin malam menyapu pelan rambutnya yang sedikit berantakan, tapi sorot matanya tajam, dalam, dan penuh pertanyaan. Air matanya memang sudah kering, tapi dahi yang mengernyit menunjukkan pikirannya masih berputar cepat.“Ternyata begini ceritanya,” ucapnya lirih. Kalimat itu lebih terdengar seperti bisikan untuk dirinya sendiri ketimbang untuk siapa pun.Vino duduk di lantai, bersandar pada tiang kayu teras dengan kedua kakinya terlipat. Tangannya sibuk memilah-milah dokumen yang tercecer, mencoba menyusun kronologi masa lalu yang kini terkuak di depan mereka. Satu map biru tua, beberapa kuitansi kuliah, fotokopi kontrak kerja, dan potongan berita hukum—semuanya membentuk potongan puzzle masa lalu yang lama tak pernah tersentuh.“Lihat ini,” kata Vino pelan, menunjuk satu halaman laporan keuangan perusahaan ayah Mika. “Ini tanggalnya se
Last Updated : 2025-10-20 Read more