All Chapters of Tertipu Duda Tampan : Chapter 21 - Chapter 30
120 Chapters
21. Pengakuan
Yuliani dan Dina saling pandang satu sama lain."Jangan mengarang cerita, Mbak. Mana mungkin mas Anton memiliki istri? Kalau kedatangan Mbak ke rumah ini cuma untuk membuat keributan. Lebih baik Mbak pergi sekarang juga!" usir Yuliani tidak ingin ada keributan di hari bahagianya."Aku gak bohong, pria itu suamiku. Aku dan dia tidak pernah cerai, kenapa juga aku harus berbohong? Apa untungnya aku berbicara dusta?" Wanita cantik berambut sedikit ikal tetap ngotot mengakui kalau Anton adalah suaminya."Mending Mbak pergi saja dari sini sekarang juga!" usir Dina angkat bicara."Aku ingin bertemu dengan Anton, dia harus pulang sekarang juga." Wanita cantik terus memaksa. Karena tidak mau pergi, akhirnya Dina memberikan kesempatan wanita tersebut bertemu dengan Anton."Mending kamu panggil saja Anton, biar dia yang memberikan penjelasan. Dengan begitu kita tahu, siapa yang berbicara benar." Dina memberikan usulan."Gak usah, Bu. Ngapain juga meladeni wanita ini, mending kita usir saja," uca
Read more
22. Sah
Mark naik pitam mendengar ucapan Yuliani. Tidak habis pikir dengan jalan pikiran putri semata wayangnya, kenapa juga tertarik pada pria yang sudah pernah menikah sebelumnya."Aku mencintainya, Ayah. Tidak peduli meski Anton sudah pernah menikah," ucap Yuliani melihat raut wajah Mark. Wanita itu mengenal betul siapa ayahnya, jadi semua bisa digambarkan lewat wajah sang Ayah. Apalagi keduanya pernah berbincang bersama mengenai calon pria idaman Yuliani.Mark mendengus kesal. "Ayah merasa kecewa padamu, Yuliani. Bukan hanya satu kali saja, ini sudah ke sekian kalinya." Mark melihat tajam ke arah Yuliani."Untuk kamu, rahasia apalagi yang tidak aku ketahui tentangmu?" tanya Mark mengalihkan atensinya pada Anton.Jelas saja pria yang diberikan pertanyaan hanya diam saja, menundukkan kepala karena masih banyak rahasia yang tidak diketahui oleh keluarga Mark. "Sudah, Ayah. Kondisikan amarahmu sekarang, keluarga yang akan menjadi saksi pernikahan akan datang," ujar Dina yang tidak ingin suam
Read more
23. Prioritas
Dina terharu karena acara akad nikah berjalan dengan lancar dan sesuai seperti rencana. Usaha Mark dan istrinya mengatur segalanya tidak sia-sia. Penghulu serta tamu undangan yang dilakukan secara mendadak. Sedangkan untuk berkas pernikahan juga, meskipun buku nikah Yuliani dan Anton akan segera menyusul.Pun Anton yang juga bisa bernapas dengan lega, orang suruhannya datang tepat pada waktunya. Satu persatu keluarga besar pulang ke rumah masing-masing seusai memberikan selamat kepada Yuliani, tidak banyak yang mendo'akan kebaikan untuk wanita itu sebab ada yang tidak sudi karena mengetahui kehamilan Yuliani."Bibi pulang dulu, Yuliani. Semoga pernikahanmu langgeng dan sakinah mawadah warahmah." Anita memberikan sebuah bingkisan kado kepada Yuliani."Terima kasih do'anya, Bi." Yuliani mengambil bingkisan tersebut."Harusnya Bibi tidak perlu repot-repot membawakan bingkisan kado untukku," imbuhnya."Gapapa kok, Bibi gak repot juga. Lagian isinya juga tidak mahal, semoga saja kamu suka
Read more
24. Menyelidiki
Anton menyembunyikan handphonenya saat menyadari Yuliani melirik. "Aku angkat telepon balik saja ya. Sebentar, kayaknya penting," ujar Anton sedikit gugup."Baik, Mas." Yuliani sebenarnya curiga, tapi masih berusaha untuk berpikir positif.Hasrat pria itu tiba-tiba sirna melihat nomor yang mengirimnya pesan. Terlebih isi dari pesan tersebut sebuah ancaman. "Kamu mau ke mana?" tanya Mark membuat Anton terkejut."Mau ke luar sebentar, Ayah. Mau beli rokok," ujar Anton ngasal. Padahal pria itu tidak merokok."Oh!" Hanya itu yang keluar dari mulut Mark.Anton menjauh dari rumah Yuliani, melangkahkan kaki ke jalan yang sepi. Kemudian mulai menelepon orang yang mengirimkan pesan. Sedangkan di kamar, Yuliani berpikir liar. Wanita yang sedang mengganti pakaian terngiang akan masa lalu, bahkan dia rindu pelukan pria yang saat ini sudah sah menjadi suaminya."Kalau sudah menikah, kenapa sulit sekali cuma melakukan pemanasan saja?" pikir Yuliani mulai bertanya-tanya pada diri sendiri. Sebelu
Read more
25. Marah
Kepergian Anton membuat Yuliani kesepian, meskipun ada kedua orang tuanya di sana. Dia masih belum terbebas rindu kepada suaminya. "Apa ini yang dinamakan ngidam? Kenapa seakan aku gak ingin jauh-jauh dari mas Anton?" pikir Yuliani sembari menikmati rindu. Padahal belum sampai satu jam, rasa rindu sudah hadir. Untuk mengalihkan perasaannya, wanita itu pergi ke ruang keluarga untuk menonton televisi."Dari pada bengong, mending aku nonton saja. Siapa tahu saja rindu ini bisa sirna," gumam Yuliani sembari menyambar remote yang ada di atas meja.Pikirannya mulai tidak fokus, raganya saja ada di sana. Namun, jiwanya justru ke mana-mana. "Acaranya seru ya, kok sampai gak berkedip gitu?" tanya Dina tiba-tiba duduk di samping Yuliani."Eh, Ibu. Iya, lagi asik." Yuliani menyahut singkat. Dia menoleh ke arah ibunya sebentar, lalu melihat ke layar televisi kembali."Suamimu ke mana?" tanya Dina karena tidak melihat Anton berkeliaran."Dia bekerja, Bu." Yuliani menyahut pelan."Bekerja? Memang
Read more
26. Dibutakan Cinta
Selesai memarahi Karin, panggilan telepon diputus begitu saja."Sabar, Yuliani. Ada apa?" tanya Dina berusaha menenangkan hati putrinya."Si Karin, Bu. Dia belum kapok juga berusaha untuk memisahkan aku dengan Anton. Maksudnya apa coba kirim-kirim foto kayak gini?" cetus Yuliani menyodorkan handphone yang ada digenggaman tangannya. Dina meraih handphone Yuliani, lalu melihat gambar yang dikirim Karin."Ini 'kan, Anton. Kenapa harus marah sama Karin, Yul. Harusnya kamu bersyukur punya teman kayak dia. Masih peduli sama kamu, meskipun kamu sudah tidak menganggapnya teman," bela Dina geram melihat menantunya bersama wanita lain."Gak mungkin dalam foto itu Anton, Bu. Pasti ini akal-akalan Karin, dia yang ngedit foto suamiku." Yuliani masih berprasangka buruk pada Karin. "Gak mungkin Karin melakukan semua itu, Yul. Kamu lebih mengenalnya dari pada Ibu. Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu? Dia wanita baik-baik. Lagian apa untungnya dia memfitnah suamimu?" cetus Dina berusaha untuk me
Read more
27. Cemburu
Mark memperhatikan Yuliani serta gerak-geriknya."Dia masih memiliki istri?" tanya Mark butuh penjelasan.Yuliani menggelengkan kepala. "Yang aku tahu dia sudah berpisah dengan istrinya, Ayah. Dia seorang duda tanpa anak." Yuliani mulai menjelaskan. "Ayah lihat ada yang aneh dari gerak-gerik Anton, apa mungkin perasaanku saja?" ujar Mark mulai terbuka pada putrinya."Apanya yang aneh, Ayah?" Yuliani penasaran."Gak penting juga sih, lebih baik kamu fokus saja pada kehamilanmu." Mark tidak ingin pikiran Yuliani terbebani hanya karena kecurigaannya. Pria yang masih kelihatan segar itu memutuskan untuk mencari bukti terlebih dulu agar semua jelas. Yuliani terlihat kecewa karena sang Ayah tidak mau memberikan penjelasan atas keanehan Anton. 'Apa mungkin pikiran ayah sama denganku? Anton berselingkuh?' gumam Yuliani tidak berani berbicara terlebih dulu. Wanita yang tengah hamil mengerti. Menikah dengan Anton adalah impiannya. Jadi, dia harus mau menerima resiko dan konsekuensinya. Suas
Read more
28. Titik Temu
Mark sudah berangkat bekerja, sedangkan di rumah tinggal Dina dan Yuliani."Ibu gak kerja?" tanya Yuliani ketika melihat Dina bermain game di handphonenya."Ibu sudah resign, Yul. Ibu akan lebih banyak di rumah untuk menemanimu. Apalagi kamu sedang hamil, pasti butuh teman." Dina menaruh handphone ketika diajak berbicara."Terima kasih, Bu. Sudah ada untukku, aku tidak tahu kalau tidak ada Ibu." Yuliani merasa terharu karena Dina masih menyayanginya meskipun kesalahan yang dilakukan terlalu banyak."Ibu akan selalu menyayangimu seperti dulu, walaupun masalah yang datang silih berganti. Ibu juga sadar, semu terjadi karena kesalahanku. Coba saja Ibu dulu lebih memperhatikanmu, tapi justru Ibu sibuk bekerja." Dina merasakan penyesalan yang luar biasa."Gapapa, Bu. Yuliani juga salah karena tidak bisa menjaga diri." Yuliani tidak mungkin menyalahkan Dina, wanita yang tengah hamil juga sadar akan tanggung jawabnya pada diri sendiri.Banyak hal yang mereka bicarakan. Dari kesedihan, sampai
Read more
29. Ngidam
Wajah Dina berubah menjadi merah, tapi tidak kuasa untuk memarahi menantunya. Anton yang sudah kehilangan muka di hadapan orang langsung menarik tangan mertuanya."Ibu bikin aku malu aja, ini di tempat umum. Kenapa Ibu menamparku?" tanya Anton kesal karena merasa harga dirinya sudah hilang."Kamu memang menantu tidak tahu diri, dikasih hati malah begitu balasannya!" cetus Dina kesal."Balasan apa yang Ibu maksud? Aku tidak melakukan apa pun yang merugikan Ibu?" cecar Anton tidak bisa memprediksi jalan pikiran ibu mertuanya."Siapa wanita itu?" tanya Dina langsung tanpa basa-basi."Dia saudaraku, Bu. Kita memang dekat, sudah biasa berpegangan tangan." Anton berusaha menjelaskan, tapi Dina sudah terlanjur kecewa. Jadi, wanita itu pergi begitu saja tanpa melihat wajah Anton walaupun sebentar saja. Pria itu bersikap biasa saja tanpa merasa ada yang salah. Dia juga tidak mengejar ibu mertuanya untuk menjelaskan semuanya. Sedangkan Dina terlihat masih kesal, bahkan dia lupa untuk menenang
Read more
30. Tercyduk
Yuliani bersikap seolah tidak terjadi apa pun, meskipun hatinya menggebu ingin memarahi Anton. Sebagai seorang istri yang patuh, wanita itu mengemasi barang-barangnya ke dalam koper."Kamu mau ke mana, Yul?" tanya Dina ketika melihat Yuliani sedang memasukkan pakaian ke dalam koper."Aku dan Anton akan pergi dari rumah ini, Bu. Dia sudah menyiapkan rumah untukku." Yuliani menyahut tanpa menoleh ke arah Dina. Wanita yang tengah hamil masih fokus dengan memilih pakaian yang akan dibawa."Kenapa mendadak, Yul? Bukannya kamu akan tinggal di rumah ini beberapa hari ke depan?" tanya Dina tidak ingin jauh dari putrinya."Rencananya juga begitu, Bu. Cuma Anton sudah mengabari secara mendadak." Yuliani menjelaskan agar ibunya mau mengerti."Apa tidak bisa minta waktu di rumah ini?" tanya Dina berharap."Gak bisa, Bu. Tapi Ibu tenang saja, aku pasti akan sering datang ke sini untuk bertemu dengan Ibu. Atau nanti Ibu bisa berkunjung ke rumahku." Yuliani duduk sembari menatap wajah Dina. Pakaiann
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status