All Chapters of Tertipu Duda Tampan : Chapter 11 - Chapter 20
120 Chapters
11. Berbaik Hati
Rumah sederhana akan menjadi tempat tinggal Yuliani untuk sementara waktu. Anita yang bukan termasuk orang kaya, tapi sudah berbaik hati memberikan tempat tinggal pada ponakan yang terbilang memiliki keluarga mapan."Maaf, Yuliani. Tante cuma bisa memberikan tempat tinggal seperti ini. Sangat jauh berbeda dengan rumah yang ditinggali olehmu," kata Anita gak enak hati."Justru Yuliani senang, Bi. Karena Bibi masih ingat sama aku, dan mau membantu." Yuliani sedikit sungkan, sebab Bibi yang selama ini tidak begitu dihiraukan ternyata dia yang paling peduli padanya. Bahkan saudara yang lain boro-boro membantu, pura-pura bertanya justru tidak ada. Diberikan tempat tinggal saja wanita itu sudah bersyukur, gratis pula. Anita menunjukkan kamar yang akan ditempati Yuliani."Kamarnya kecil, karena di rumah ini cuma bisa membuat dua kamar dengan ukuran 3x4. Rencananya kamar ini nanti untuk anak Bibi." Anita menjelaskan dengan netra berkaca-kaca. Sudah lama sekali wanita itu menginginkan anak ya
Read more
12. Lelah
Dia berjalan mengikuti Anita dari belakang, hingga sampai di ruang makan yang terlihat sederhana. Ruangan yang dibagi dua dengan ruang tamu. Jadi tidak heran kalau tempatnya sempit.Yuliani duduk dengan ragu, pandangannya terus awas pada Farhan. Ternyata pria itu tetap asik makan tanpa menghiraukan kedatangannya bersama Anita."Kenapa paman diam saja? Aku pikir akan bertengkar dengan Bibi. Syukurlah kalau begini," gumam Yuliani. Ada perasaan lega dalam hatinya, ternyata apa yang dikhawatirkan tidak terjadi dan tidak sesuai ekspektasinya."Kamu makan yang banyak ya, jangan sampai nutrisinya kurang," kata Anita menuangkan nasi dan ayam goreng yang sudah dimasak. Tidak lupa juga dengan sayuran bergizi khusus untuk Yuliani."Terima kasih, Bi. Seharusnya Bibi gak usah repot-repot," kata Yuliani memberikan senyuman."Bibi gak repot kok. Ayo, makan!" Anita mempersilakan.Tidak ada lagi obrolan di ruang makan, hanya ada bunyi sendok. Yuliani tampak menikmati makanan yang sudah disediakan oleh
Read more
13. Kabar Anton
Yuliani tidur nyenyak semalam ditemani Anita. Beruntung sekali sang Bibi mau menemani karena tidak ingin ponakannya pergi.Usai subuh, wanita yang sedang hamil itu membantu Anita memasak di dapur. "Sarapan pagi ini cuma ada tahu, tempe dan sayur kelor. Apakah kamu mau?" tanya Anita memastikan. Dia tahu betul kalau ponakannya manja serta pilih-pilih soal makanan."Iya, Bi. Yuliani akan tetap makan apa pun yang ada. Aku bukan Yuliani yang dulu lagi, Bi." Yuliani menjawab karena tahu maksud Anita.Dengan lahap Yuliani menyantap semua makanan yang sudah dihidangkan oleh sang Bibi. Sudah bukan waktunya lagi wanita itu manja, atau memilih makanan enak. Perutnya tidak lapar saja harus dia syukuri. Dari pada kosong karena tidak ada satu pun makanan masuk. Apalagi di dalam ada janin yang harus dijaga sepenuh hati."Kamu jadi pergi hari ini?" tanya Anita memastikan lagi, berharap Yuliani mengurungkan niatnya serta bisa tinggal lebih lama."Iya, Bi. Aku harus mencari Anton secepatnya, Bi." Yuli
Read more
14. Pertemuan
Di saat Yuliani mulai berputus asa, sebuah tangan memegang pundaknya."Kamu baik-baik saja?" Suara yang tidak asing terdengar di telinga Yuliani.Wanita berpakaian warna hitam dengan motif bunga-bunga melihat ke arah sumber suara. Tatapan mata yang semula bersedih, kini terlihat bahagia. Yuliani langsung memeluk pria yang saat ini ada di hadapannya."Ternyata kamu datang, Anton. Aku kira kamu akan meninggalkanku selamanya karena telat datang," ujar Yuliani dengan tangis sesenggukan.Anton membelai rambut panjang Yuliani, berusaha menenangkan hati wanita yang tengah hamil anaknya."Tenangkan dirimu, Sayang. Aku tidak mungkin meninggalkanmu, apalagi dalam janin mu ada darah dagingku." Anton berbicara sangat manis, hingga membuat hati Yuliani tenang."Hapus air matamu, tidak enak sama orang yang melihat kita. Aku tidak ingin mereka mengira yang tidak-tidak tentang kita," lanjut pria yang memakai pakaian warna biru itu. Kulit putihnya membuat Anton pantas mengenakan baju warna apa pun.Yul
Read more
15. Berontak
Yuliani berontak, tetap pada pendiriannya."Aku sudah bilang dari awal, Anton. Aku tidak mau, kenapa kamu masih bersikeras membawaku ke tukang aborsi?" cetus Yuliani kesal. "Please, Yuliani! Kamu harus mengerti keadaanku." Anton menuntut dimengerti."Dari awal, aku selalu mengerti kamu. Tapi kamu gak pernah mau mengerti perasaanku. Bahkan aku diusir dari rumah gara-gara kamu!" pekik Yuliani kesal. Tatapannya nanar dengan wajah sedikit memerah."Kalau memang kamu gak mau menggugurkan kandunganmu itu, aku juga tidak akan bertanggung jawab. Kamu urus saja dirimu sendiri, jangan ganggu aku lagi!" Anton berlalu pergi. Niatnya dari awal bertemu dengan kekasihnya memang untuk meninggalkan."Anton! Jangan tinggalkan aku," teriak Yuliani mengejar kekasihnya yang mempercepat langkah kaki.Wanita itu berlari, hingga mampu menghentikan langkah kaki Anton. "Kalau kamu tidak mau bertanggung jawab atas apa yang sudah kamu perbuat. Akan aku laporkan kamu ke polisi." Yuliani berani mengancam. "Lapor
Read more
16. Keras Kepala
"Apa Ayah lupa? Dia pergi dari rumah juga karena Ayah mengusirnya." Dina menjelaskan sesuai kenyataan yang ada."Aku belum bisa memaafkannya, Bu. Dia sudah membuat keluarga kita malu. Bahkan, aib tentang dia masih terus tersebar dan menjadi gosip para tetangga. Meskipun dia sudah tidak ada di rumah ini lagi. Pekerjaanku juga terhambat karena terlalu memikirkannya." Mark menjelaskan rasa sakit hati pada putrinya."Kenapa Ayah tidak berusaha untuk memaafkan kesalahan Yuliani. Mau bagaimanapun jalan hidupnya, dia masih tetap anak kita! Darah daging kita. Harusnya kita sebagai orang tua juga interopeksi diri. Kenapa dia bisa seperti ini? Semua sudah terjadi, Ayah. Seharusnya kita sebagai orang tua selalu ada di saat dia kesulitan seperti ini, bukan malah membuangnya!" Dina terus membujuk Mark agar bisa memaafkan kesalahan Yuliani.Meskipun pria itu masih dalam pendiriannya, Dina tidak pernah berhenti mengomel, menasihati agar Yuliani mendapatkan restu. Wanita itu tidak bisa melihat sang A
Read more
17. Luluh
"Kenapa kalian diam saja melihat Yuliani pingsan, bukannya mengambil tindakan!" hardik Mark terlihat panik. Hatinya seolah luluh mendapati sang Anak tidak berdaya."Kita tidak tahu harus berbuat apa, Ayah." Dina justru menyahut saja di saat genting."Hubungi dokter, Bu. Aku tidak mau sampai terjadi sesuatu yang buruk pada anakku!" perintah Mark tegas.Dalam benak Dina sempat terlintas, "Akhirnya dia mau menganggap anaknya lagi." Pikiran itu segera ditepis dan segera menghubungi dokter yang biasa menangani keluarganya ketika lagi sakit.Mark panik, mondar-mandir serta berusaha untuk membangunkan Yuliani. "Bangun, Yuliani." Mark berusaha membangunkan. Mengambil minyak kayu putih untuk menyadarkan putrinya. Dia mengoleskan ke bagian-bagian tertentu, pun di depan hidung. Tapi Yuliani tidak juga sadarkan diri. Sedangkan Anton, ingin sekali diam-diam pergi. Namun, keadaan Yuliani akan dipastikan sehat agar dia tidak disalahkan. "Kamu sudah menghubungi dokter?" tanya Mark melihat Dina dat
Read more
18. Kasus
Dina mendengus kesal. "Kamu istirahat yang cukup ya. Biar besok waktu akad bisa lebih segar tubuhnya." Dina membantu Yuliani merebahkan tubuh dan menyelimutinya. Tidak lupa wanita itu mencium kenin putri semata wayangnya."Mimpi yang indah ya," ujar Dina tersenyum simpul."Ibu juga." Yuliani membalas senyuman. Dina beranjak pergi dengan membawa piring kotor di tangannya. Makanan yang dibawa untuk putrinya tandas dan begitu bersih. "Ayah ikut aku sekarang, jangan lupa tutup pintunya!" pinta Dina lewat di depan Mark yang berdiri di ambang pintu. Pria yang memakai kemeja warna hitam itu mengikuti dari belakang. "Ayah kalau bicara jangan seenaknya saja. Pikirkan juga perasaan anak kita. Dia besok baru mau menikah, kita harus membantunya. Bahkan ketika dia sudah sah menjadi suami orang besok. Kita harus tetap mengayomi dia. Secara kita tidak tahu bagaimana sikap, watak dan perilaku calon menantu kita," gerutu Dina sepanjang melangkahkan kaki ke arah dapur."Putri kita sudah dewasa, Bu.
Read more
19. Dikelabui
Wanita setengah paruh baya itu menginterogasi calon menantu yang ada di rumahnya. Hendak mencaritahu seluk beluk keluarga."Tante gak usah khawatir, aku dari keluarga yang baik-baik. Buktinya aku mau bertanggung jawab atas apa yang sudah aku dan Yuliani lakukan," ujar Anton merasa sedang diinterogasi."Kalau memang kamu pria baik, Tante minta tolong agar kamu mau menjaga putri kesayangan Tante dengan baik. Jangan buat dia bersedih atau menangis." Dina meminta penuh harap. Aldo memberikan senyuman yang begitu tulus. "Tante tenang saja, aku berjanji akan membuat Yuliani selalu berbahagia." Anton mulai memainkan perannya dengan baik."Ini sudah malam, sebaiknya kamu tidur. Besok biar bisa bangun pagi dan pernikahan berjalan dengan lancar." Dina memberikan peluang untuk Anton beristirahat."Baik, Tante. Tante juga istirahat yang cukup," ujar Anton memberikan perhatian.Dina langsung melangkah pergi ke kamar, perasaannya lebih tenang sekarang. Sudah tidak ada yang harus dikhawatirkan meng
Read more
20. Dipingit
Dina terkejut, tidak mungkin Anton pergi begitu saja tanpa ada kata pamit terlebih dulu."Pasti dia masih ada di sini, Ayah." Dina masih bersikeras kalau calon suami Yuliani belum pergi."Ayah sendiri yang melihatnya tadi malam. Dia sudah pergi meninggalkan rumah ini. Jadi, jangan harap pria itu mau bertanggung jawab setelah apa yang sudah terjadi." Mark berbicara tegas."Gak mungkin, Ayah. Ibu gak ingin semua ini terjadi, aku tidak mau keluarga kita di permalukan untuk yang ke sekian kali." Dada Dina terasa sesak tiba-tiba, hingga sulit untuk bernapas."Faktanya memang begini, Bu. Gak mungkin berubah!" cetus Mark kesal. Pria itu pergi dari kamar yang ditempati Anton, lalu Dina menyusul. "Sekarang Ayah mau ke mana?" tanya sang Istri penasaran."Aku mau mencari pria itu, Bu. Jika Anton tidak ditemukan juga, terpaksa Yuliani harus menerima semua keputusan yang sudah Ayah pikirkan secara matang," sahut Mark tegas.Dina tidak tahu rencana apa yang dimaksud oleh suaminya, yang jelas saat i
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status