All Chapters of Abang Ojek VS Ibu Polwan: Chapter 31 - Chapter 40
303 Chapters
Bab 31: Damai Langgeng
Bab 31: Damai Langgeng            “Damai Langgeng?”“Iya. Kanda tidak tahu?”“Hemm, sepertinya pernah dengar, tapi entahlah.”Sembari mengemudikan mobilnya pelan-pelan Verous mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia merasa asing. Sementara Karin sendiri tidak terlalu yakin dengan ingatannya.“Di depan situ, belok kanan.”Baru saja Verous menyalakan lampu sein..,“Eh, salah! Lurus saja.”Verous kesal, namun ditahan saja. Ia tidak ingin satu kata yang salah dari mulutnya dapat memicu pertengkaran mereka lagi. Hingga seterusnya, lima menit kemudian mereka melewati gapura belakang komplek perumahan Damai Langgeng yang dimaksud Karin tadi.“Nah, setelah perempatan di depan situ, lurus saja mengikuti jalan utama.”“Kamu yakin, Dinda?”
Read more
Bab 32: Bertemu  
Bab 32: Bertemu   Karin berdiri di depan sebuah joglo kecil dengan bangku-bangku terbuat dari semen yang mengitarinya. Sebentar ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, ke seantero taman.Di beberapa titik dalam taman ia melihat ada beberapa pasang muda-mudi yang tampak sedang bersenda gurau. Ada yang lain, beberapa remaja yang kelihatannya sedang bekerja sama mengerjakan tugas sekolah.Tak luput pula orang-orang tua yang jika dilihat dari setelan yang mereka pakai, pasti baru saja selesai berolah raga sore. Karin menghirup nafas sebentar untuk mendinginkan hatinya.Suasana taman yang asri sedikit banyak membantu dia melakukan itu. Ia pun mengambil duduk di samping Verous.“Kamu mau makan, Dinda?” Tanya Verous. Matanya menyambangi beberapa penjaja makanan bergerobak yang mangkal di sepanjang tepi taman.Karin menggeleng saja. Beberapa kalimat Verous mengalir lancar, mena
Read more
Bab 33: Decit Yang Mendebarkan
Bab 33: Decit Yang Mendebarkan  Maka, di sinilah awal mula dari kejadian yang amat dramatis itu..,Mungkin tak ingin mendengar kisah kehilangan yang dialami oleh orang-orang dewasa, Tiara pun menyibukkan diri dengan memetik bunga-bunga asoka dan menatapinya dengan penuh heran.Semakin penasaran, ia pun berjalan semakin menjauh. Sementara Aje dan Mas Ifat terus saja asyik saling bertukar cerita.Semakin seru, semakin jauh, semakin terlupa pada apa yang terjadi di sekeliling mereka.Ketika cerita mereka terjeda, segala sesuatunya ternyata telah mengalir terlalu jauh, dan demikian pula Tiara yang telah luput sama sekali dari pandangan Aje. Ketika ia menoleh, tiba-tiba saja ia tersentak.    “Lho?? Anakku mana, Mas?”“Haahh??” Mas Ifat pun terkejut. “Nah, ke mana tadi si Tiara?”“Entah, Mas. Seingatku tadi dia main-main di
Read more
Bab 34: The Moment!
Bab 34: The Moment!  Aje berjalan cepat-cepat ke arah kanan, menyambangi semua pedagang jajanan yang mangkal di tepi taman. Jawaban mereka semua membuat Aje semakin cemas.Setengah berlari kemudian ia berjalan ke kiri, melewati deretan mobil-mobil dan motor yang terparkir.Semua orang yang ia temui, ia tanyai perihal Tiara. Namun tak ada satu pun dari mereka yang bisa memberinya titik terang.Aje semakin panik. Sebab semua orang yang ia tanyai berikutnya tidak ada yang mengaku telah melihat Tiara.Ia berjalan lagi dan mondar-mandir beberapa kali di sekitar pedagang bergerobak. Matanya nyalang menajamkan pandangan. Hatinya cemas bukan kepalang, dan jantungnya seperti diremas-remas.Seakan berharap pada kemustahilan Aje bahkan sampai melongokkan kepalanya ke bawah selokan. Barangkali saja Tiara tercebur ke situ. Kanan dan kiri ia menoleh hingga pandangannya sampai ke semua ujung selokan.
Read more
Bab 35: Jalan Kereta
Bab 35: Jalan Kereta  “Kamu kenapa, Hekal?”Suara Bang Fahmi yang tiba-tiba itu mengejutkan Hekal. Ia sampai terlonjak sedikit dari kursi yang ia duduki. Dagunya bahkan sampai terjatuh dari tangan yang menyangga. Untung saja ponsel yang ia pegang tidak jatuh ke bawah meja.Secangkir kopi diletakkan Bang Fahmi di depan Hekal. Uap panas tampak mengepul dari kopi, putih meliuk-liuk ke atas dan hilang setelah melewati samping wajah Hekal. Ia pun tersenyum dengan tarikan bibir yang berat.Bang Fahmi yang sedang tidak punya kegiatan pun mengambil duduk di depan Hekal. Ia mulai berceloteh.“Wajah kusut, muka berkerut, kening keriput. Hekaaal.., Hekal. Kamu ini seperti sedang menahan kentut.”Hekal terkekeh pelan, dengan durasi sedikit lama. Pembawaan Bang Fahmi yang ramah dan humoris inilah yang membuat Hekal betah nongkrong di warungnya, dan menjadikannya sebagai tempat m
Read more
Bab 36: Kata Sandi
Bab 36: Kata Sandi  “Sudah, jangan bertele-tele, cepat cerita!”Hekal tergeragap. “Iya, iya, Bang.”“Jadi begini, aku bermaksud menjodohkan Bang Aje dengan salah seorang saudaraku.”“Adik-adik kamu masih sekolah lho, Kal. Sudah kamu jodoh-jodohkan saja!”“Bukan dengan Eca dan Eci, Bang. Tapi dengan saudaraku yang lain.”“Oh, Abang kira dengan adikmu yang di kampung itu. Saudara kamu yang mana?”“Dia saudara sepupu jauhku, Bang. Dia tinggal di kota ini juga, Bandar Baru, dan bekerja sebagai apoteker di daerah Panam sana.”“Siapa namanya?”“Anjeli.”“Anjeli?”“Iya. Orangnya cantik, Bang.”          “Anjeli, hemm, Anjeli.., kok seperti nama orang India. Yang ada di f
Read more
Bab 37: Ganteng Tapi Kampungan
Bab 37: Ganteng Tapi Kampungan  Bang Fahmi melepaskan nafasnya yang tadi sempat tertahan.“Wuihh..! Cerdas sekali permainan kamu ini, Kal.”“Ini yang namanya bermain di balik layar, Bang.”“Cara kamu memperkenalkan Aje dan Anjeli ini sangat cerdas, Kal. Jujur Abang akui, cara dan skenario kamu ini elegan, berkelas, bermartabat, dramatis, romantis, dan sesuai dengan kaidah sila kelima dalam Pancasila.”“Sila kelima? Pancasila?”“Iya.”Hekal terdiam dengan mulut sedikit menganga. Sebelah alisnya naik, dan matanya menjorok ke luar dengan pandangan yang menyudut. Ia berkata-kata dalam hati.“Sila kelima? Pancasila? Di mana letak hubungannya antara percomblangan dengan Pancasila?”Beberapa saat Hekal masih berpikir, sekaligus mengingat-ingat bagaimana bunyi sila kelima dalam Pancasila. Ia sendiri tidak
Read more
Bab 38: Mencari Alamat
Bab 38: Mencari Alamat “Kampungan sekali sih kamu ini, Olive!”Vivian menggerutui Olive sahabatnya yang sedang menyetir mobil. Yang digerutui, hanya tersenyum mangkel sekaligus serba salah.“Aku kira kamu mau mengajak aku menemui pacar kamu yang baru, atau ke bioskop, atau nongkrong, begitu. Eee.., ternyata cuma mau mencari alamat seseorang.”Olive menghentikan mobilnya di lampu merah. Sebentar ia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Matanya terpaku pada seorang driver ojek yang sedang memboncengkan seorang penumpang.Seperti yang selalu ia lakukan beberapa minggu terakhir ini, matanya selalu jelalatan setiap melihat driver Ayo-Jek, sembari berharap itu adalah Hekal Pratama, ‘buronan’-nya sekarang ini.Menyadari si driver ojek itu bukan Hekal, hatinya mangkel lagi. Ditambah celotehan Vivian yang sejak ia jemput pukul empat tadi masih saja belum berhenti
Read more
Bab 39: KTP, Riwayatmu Kini
Bab 39: KTP, Riwayatmu Kini  Zonk!Alamat yang tertera pada kartu identitas milik Hekal ternyata tidak faktual. Artinya, Hekal tidak tinggal di rumah yang sekarang Olive pandangi dengan mata yang nanar dan wajah yang menahan kesal.Si pemilik rumah mengaku tidak mengetahui, juga tidak pernah mengenal seorang lelaki yang bernama Hekal Pratama. Ia mengaku baru satu bulan tinggal di rumah kontrakan yang dituju Olive sekarang.Selang beberapa saat kemudian Vivian berjalan kembali menghampiri Olive, setelah sebelumnya ia bertanya ke sebuah warung kelontong yang masih tidak terlalu jauh dari tempat Olive memarkirkan mobilnya.“Hekal sudah pindah, Olive.”“Ke mana?” Olive menoleh.“Di daerah Air Hitam sana.”“Di mana itu ya?”“Kata pemilik warung tadi, masih dekat-dekat dengan gapura perbatasan kota. Ya sudah, ayo kita jal
Read more
Bab 40: Sekuntum Bunga Asoka
Bab 40: Sekuntum Bunga Asoka  Sudah pukul dua belas malam, Karin masih juga belum bisa memejamkan matanya. Ia berbaring sendirian di dalam kamarnya yang besar, di atas ranjangnya yang empuk.Ia tak memedulikan Verous yang masih sibuk dengan laptop di ruang kerjanya di bagian depan rumah. Ia tak peduli andai Verous kecapaian lalu jatuh sakit, juga tak peduli pada sebanyak apa pun rokok yang diisap suaminya itu.“Batuk, batuklah situ! Paru-parumu gosong terbakar, biar saja situ! Kamu lupa rokok bisa membunuhmu pelan-pelan, terserah kamu!”Karin balikkan badan ke arah kanan. Ia menghirup nafas sekali, dalam, dan berharap ada pemikiran lain yang bisa membuat dia terlena hingga jatuh tertidur.Huh, tidak juga!Karin membalikkan badannya lagi ke arah kiri, lalu sembari terpejam ia mulai membayangkan sebuah titik imajiner di dalam pandangannya yang serba gelap ini.Syukurlah, K
Read more
PREV
123456
...
31
DMCA.com Protection Status